Suara gelak tawa terdengar membuat Tania yang sedang sibuk dengan bahan makanan di dapur ikut tertawa. Hari ini jadwal Haera untuk imunisasi, maka dari itu Tania sibuk membuat sarapan untuk suami dan anak sulungnya setelah selesai menyiapkan perlengkapan si bayi. Sedangkan sang kepala rumah tangga tengah duduk di sofa dengan bayi mungil di dekapannya. Oh, tidak lupa dengan Hendery yang senang sekali menciumi pipi adiknya yang baru berusia lima bulan itu.
"Dad, Abang, ayo sarapan dulu," panggil wanita dengan apron berwarna biru sambil menatap piring di meja makan.
"Yeayy, makan!!" Seru Hendery. Ia langsung berlari menuju meja makan. Johnny pun beranjak dari sofa dan berjalan menuju dapur. Saat eksistensi suaminya terlihat oleh matanya, Tania menghampiri lelaki itu dan mengambil alih bayi yang di gendong Johnny. Mereka pun memakan sarapan yang sudah disiapkan.
Tania agak kesulitan memakan sarapannya karena Haera mulai merengek. Johnny yang peka dengan inisiatif menyuapi sang istri. Ia menyodorkan sesendok nasi berserta lauknya ke depan mulut Tania dan di terima dengan baik olehnya.
Hal itu tidak lepas dari pandangan Hendery. Bocah itu mengerutkan keningnya. Kenapa Mommy di suapi oleh daddy, pikirnya, "Kok Mommy makannya di suapin sama daddy?"
"Hm, karena daddy sayang mommy," jawab Johnny dengan asal. Mata Hendery membulat lucu saat mendengar jawaban ayahnya. Dengan tergesa Ia turun dari kursi makan, tangannya menyendok nasi dari piringnya kemudian Ia menghampiri ibunya.
"Abang juga sayang mommy," ucap Hendery, tangan kecilnya mengarahkan sendok ke mulut wanita dewasa itu. Tania tertawa melihat tingkah anaknya itu dan setelahnya Ia menerima suapan Hendery. Bocah itu tersenyum senang, Ia membalikan badannya menghadap Johnny dan menjulurkan lidahnya, meledek. Johnny hanya menggeleng pelan sebagai respon dan kembali memakan sarapannya.
_____
"Kita mau kemana sih?" tanya Hendery sambil berdiri, mencondongkan badannya ke arah ibunya yang duduk di kursi penumpang bagian depan. Johnny yang melihat hal itu membawa sebelah tangannya memegang lengan anaknya dan sedikit mendorongnya ke belakang.
"Abang duduk yang bener. Pake sabuk pengamannya," Hendery mengerucutkan bibirnya namun tetap menurut perintah sang ayah. Tania tertawa melihat ekspresi anak sulungnya dan menoleh ke arah kursi penumpang di belakangnnya, " kita mau ke puskesmas."
"Pukemas?"
"Puskesmas. Mirip seperti rumah sakit namun lebih kecil," jelas wanita itu sambil tertawa kecil. Hendery menganggukkan kepalanya walaupun sebenarnya Ia tidak mengerti. Ia menghabiskan waktu perjalanan menuju puskesmas dengan memandangi Haera yang tertidur di baby car seat.
_____
Suara tangisan bayi terdengar bersahutan di lorong sebuah puskesmas. Tania sedang menunggu giliran Haera untuk imunisasi. Sedangkan Johnny mengajak Hendery ke taman dekat puskesmas karena Ia jengah dengan anak sulungnya yang selalu melempari dirinya dengan pertanyaan yang membuat lelaki itu kewalahan menjawabnya.
"Kok banyak dedek bayi ya, Dad? aku kira cuma aku yang punya dedek bayi."
"Ih ko dia nangis?"
"Dedek itu kenapa nangis ya, Dad?"
"Tapi, tapi yang dedek itu ndak nangis."
"Kenapa ya?"
Maka dari itu Johnny membawa Hendery seperti karung beras keluar dari tempat itu sebelum rasa penasaran bocah itu semakin menjadi. Tapi belum ada lima menit, Hendery mengajak dan menarik ayahnya untuk kembali kedalam puskesmas. Johnny tidak bisa berbuat banyak selain menurutinya.
Setelah menunggu cukup lama akhirnya giliran Haera tiba. Satu keluarga itu masuk ke dalam ruangan dokter. Sebenarnya Johnny berniat menunggu di luar bersama Hendery namun bocah itu memaksa untuk ikut masuk. Tania berbincang singkat dengan sang dokter sebelum dokter itu bersiap memberikan imunisasi pada Haera. Dokter itu mengacungkan jarum suntik dengan cairan di dalamnya. Rasa penasaran Hendery kambuh. Ia menarik celana panjang ayahnya yang berdiri disamping Tania, "Dad, yang di pegang ibu dokter apa?"
"Suntikan," jawab Johnny singkat, berharap anak sulungnya itu tidak bertanya lebih lanjut.
"Buat apa? Dedek mau diapain sih?" ucap Hendery bertanya-tanya. Netra hitamnya memandang jarum suntik yang terus mendekati lengan sang adik.
Bocah lima tahun itu terus menghujani Johnny pertanyaan hingga Haera menangis keras saat jarum suntik itu menembus kulitnya. Tania mencoba menenangkan sang bayi dengan mengelus dan menepuk bokong bayi itu. Disaat yang bersamaan terdengar suara tangisan yang lain. Johnny terkejut dan menunduk, menatap anak sulungnya. Hendery menangis. Pria dua anak itu semakin terkejut saat Hendery berlari menuju sang dokter dan kemudian memukulinya.
"JAHAT!!"
"DOKTERNYA JAHAT BIKIN DEDEK NANGIS!" teriak Hendery. Tangannya memukul-mukul lengan sang dokter. Sedangkan sang dokter menatap bingung kearah anak pasiennya ini. Dengan sigap Johnny membawa hendery keluar dari ruangan, "IBU DOKTERNYA JAHAT SAMA DEDEK DADDY HUHUHU."
Tania hanya meringis malu melihat kejadian tadi. Ia berkali-kali meminta maaf kepada sang dokter atas kelakuan anaknya. Sang dokter hanya tersenyum maklum.
"Aduh, itu anak persis gue banget waktu kecil," gumam Tania sambil keluar dari ruangan dokter dengan rasa malu yang belum hilang.
10/01/2024
YOU ARE READING
Suh Daily Life [GS]
FanfictionHanya berisi keseharian Daddy Johnny dan Mommy Tania dengan kedua anak mereka. Warn! Slow update⚠️ [genderswitch area] This is just a fiction, don't take it too much.