Dengan seragam sekolah yang melekat pada tubuhnya dan tas di punggungnya, Hendery berjalan menuju ruang keluarga. Disana ia melihat adiknya tengah duduk di karpet sambil menonton televisi, tak lupa biskuit di kedua tangannya."Dedek..," panggil Hendery dengan riang. Haera menoleh dan tersenyum lebar menampilkan gigi kecilnya yang sudah mulai tumbuh. Bayi berumur sepuluh bulan itu mengangkat tangan gembulnya, masih dengan biskuit di tangannya, ke arah kakaknya dan mengoyangkannya seolah mengajak yang lebih tua untuk duduk menemaninya. Hendery melempar tasnya ke sofa dan ikut bergabung dengan adiknya.
Sementara itu Tania tengah sibuk menyiapkan sarapan untuk keluarga kecilnya. Ia menyiapkan nasi goreng untuk sarapan kali ini. Saat ibu dua anak itu tengah menata meja makan, Johnny, sang suami keluar dari kamar dan menghampiri Tania. Tak lupa memberi kecupan di pipi istrinya.
"Abang, ayo sarapan dulu.." panggil Tania, si sulung langsung bangun dari duduknya dan menghampiri kedua orang tuanya di meja makan. Tangannya mengambil piring berisikan nasi goreng dan hendak beranjak dari meja makan, "Eh, abang mau kemana?"
"Mau makan bareng dedek, Dad." Ucap Hendery dan berlalu dari hadapan ayahnya.
Hendery memakan sarapannya dengan lahap, dan sesekali melirik kearah Haera. Adiknya itu terpaku pada kartun di televisi, melupakan makanan di hadapannya. Dengan inisiatif, Hendery mengambil mangkuk kecil yang berisikan nasi dan sup ayam dan mulai menyuapi sang adik. Tentu suapan sang kakak diterima dengan baik oleh Haera. Bahkan Ia bertepuk tangan saat mulutnya terisi penuh oleh makanan.
"Abang, ayo berangkat," ajak Johnny yang sudah rapi dengan setelan kantornya. Anak yang dipanggil dengan sebutan abang itu mengangguk kemudian kembali menyodorkan sendok ke mulut Haera.
"Sini biar mommy yang nyuapin adek, " ujar Tania. Hendery memberikan mangkuknya kepada sang ibu dan menghabiskan sarapannya yang tersisa. Bocah itu mengambil tasnya di sofa dan memberi ciuman di pipi Tania dan juga Haera, dan setelahnya Ia berlari menyusul ayahnya.
Haera yang melihat kakaknya pergi, mencoba mengejarnya dengan merangkak cepat. Saat di dekat pintu, Ia mencoba berdiri sambil berpegangan pada rak sepatu. Satu tangannya terangkat melambai-lambai dan berteriak memanggil kakaknya. Berharap kakaknya tidak pergi.
"Bang! Bang!"
Yang di panggil hanya tersenyum dan melambaikan tangannya dari dalam mobil. Dan setelahnya Hendery pergi berangkat ke sekolah. Bibir Haera mulai melengkung ke bawah saat mobil berwarna hitam itu melesat pergi. Tubuh mungil itu jatuh terduduk dan kemudian tangisan keluar dari mulutnya. Tania menghela napas melihatnya. Anak perempuannya itu sama dramatisnya dengan sang kakak. Ia akan menangis saat ayahnya atau kakaknya pergi.
"Adek, abangnya sekolah dulu, nanti siang baru main lagi sama adek," ucap wanita itu sambil menghampiri Haera kemudian menggendongnya. Tania menutup pintu rumah dan berjalan menuju kamar, bermain air mungkin akan menghentikan tangisan bayi itu.
_____
Suasana rumah sedang sepi, hanya ada Tania dan Haera di rumah. Si sulung masih ada di sekolah sedangkan sang suami bekerja. Pekerjaan rumahnya telah selesai untuk sementara ini, maka dari itu Tania menyandarkan punggungnya pada sofa dengan nyaman. Di hadapannya, Haera tengah terduduk di atas karpet. Kepalanya mengangguk-angguk mengikuti irama lagu yang terputar di televisi. Tania sengaja memutar lagu kesukaan bayi itu tidak rewel dan dia bisa bersantai sejenak.
Dino ABC~
Dino ABC~
Sing dinosaurs A to Z~
Haera tertawa sambil menepuk kedua tangannya. Scene favoritnya sebentar lagi akan muncul, Ia pun merangkak mendekati televisi. Kemudian mengangkat badannya untuk berdiri, tak lupa tangan gembulnya berpegangan pada meja televisi. Haera berteriak senang saat scene favorit nya muncul.
Tania ikut tertawa melihat anaknya berteriak senang. Setelahnya Ia mengalihkan pandangannya ke majalah yang ada di pangkuannya. Tak terasa lagunya sudah terputar habis, Haera merengut kesal dan menepuk layar televisi. Ia menjatuhkan tubuhnya kemudian merangkak mendekati ibunya. Ia ingin mendengarkan lagunya kembali. Di tengah jalan Haera berhenti merangkak kemudian mengangkat bokongnya, Ia mencoba untuk berdiri. Badannya masih sempoyongan dan sesekali terjatuh, namun Haera tidak menyerah.Tania melirik Haera saat mendengar suara terjatuh. Ia membulatkan matanya dan tersenyum kecil melihat bayi itu mencoba untuk berdiri. Tania mengambil handphonenya di meja dan mendekati Haera, duduk dengan jarak cukup dekat dari bayi itu, "Ayo, adek pasti bisa."
Dengan cepat Tania menekan nomor suaminya, tangannya mengangkat benda persegi itu sejajar dengan wajahnya. Tak menunggu waktu yang lama, Johnny mengangkat video call istrinya, "Ada apa, yang?"
"Dad, lihat adek!" seru Tania sambil menekan tombol kamera belakang. Terlihat Haera yang terus berusaha mengangkat badannya agar bisa berdiri. Diseberang sana, Johnny membulatkan matanya tidak percaya.
Setelah beberapa kali gagal, akhirnya kaki kecil Haera berhasil menopang tubuhnya walaupun masih sempoyongan. Johnny yang melihat buah hatinya sudah bisa berdiri, berteriak senang, "Adek hebat!"
Tania kembali mangatur mode kamera, kemudian mengarahkan layarnya ke arah sang anak, agar Haera bisa melihat wajah sang ayah. Sang ibu terus mengajak Haera untuk mendekatinya dan juga Johnny yang ada di layar handphone, "Adek, ayo jalan ke sini!"
Akhirnya, bayi kecil itu mengangkat salah satu kakinya dan disusul kakinya yang lain. Berhasil. Walaupun masih tertatih-tatih, tapi Tania sangat senang melihatnya. Haera langsung menubrukan badannya saat jaraknya sangat dekat dengan Tania. Sepasang ibu dan anak itu tertawa, tak lupa Johnny yang berada di tempat yang berbeda juga ikut tertawa.
"Mii, no mii," ucap Haera meminta sang ibu memutar ulang lagu dino ABC nya. Tania menciumi pipi gembul Haera dan terus memuji betapa hebatnya dia. Tania dan Johnny selalu bersyukur bisa melihat dan menemani setiap pertumbuhan anak-anak mereka.
05/02/2024
YOU ARE READING
Suh Daily Life [GS]
Fiksi PenggemarHanya berisi keseharian Daddy Johnny dan Mommy Tania dengan kedua anak mereka. Warn! Slow update⚠️ [genderswitch area] This is just a fiction, don't take it too much.