O7. Abang ngambek

6.6K 707 31
                                    

Dua kakak beradik terduduk di sebuah sofa, ditemani dengan serial kartun yang terputar pada televisi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Dua kakak beradik terduduk di sebuah sofa, ditemani dengan serial kartun yang terputar pada televisi. Namun terlihat perbedaan ekspresi dari kedua anak itu. Sudah dua hari ini Hendery memasang wajah murung. Bahkan saat ini matanya masih bengkak karena semalaman menangis. 

Kenapa? Ini semua berawal dari mainan mobil-mobilan kesayangan Hendery yang rusak karena tak sengaja terinjak oleh Johnny. Sang ayah sudah meinta maaf dan berjanji pada anak sulungnya bahwa Ia akan menggantikan mainannya dengan yang baru. Namun hingga saat ini Johnny belum memenuhi janjinya pada sang anak dan malah menyibukkan diri dengan perkerjaan.

Tania sudah mencoba memberi pengertian pada Hendery bahwa ayahnya saat ini sedang sibuk bekerja dan akan membelikan mainannya nanti. Tapi hendery tetaplah hendery, dia akan tetap memasang wajah murungnya sebelum keinginannya terpenuhi. Saat ini bocah itu terduduk di sofa dengan kepala tertunduk, padahal televisi di depannya tengah menayangkan serial kartun favoritnya. Hendery tidak bersuara, hanya terdengar suara televisi dan juga celoteh Haera yang duduk di sampingnya.

Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka dari lantai dua. Hendery langsung mengangkat kepalanya semangat. Dilihatnya sang ayah yang baru saja keluar dari kamarnya dengan setelan jas dan menuruni tangga dengan terburu-buru. Hendery turun dari sofa dan berlari menghampiri ayahnya, "Dad, mana mainan abang? Daddy udah janji mau belikan abang mainan baru!!"

"Sorry, kid. Daddy masih sibuk, nanti daddy belikan mainannya ya. I promise," ucap Johnny sembari mengusap kepala anaknya, kemudian Ia pergi setelah berpamitan dengan istrinya dan mencium pipi anak bungsunya.

Lagi-lagi ayahnya sibuk. Hendery kembali duduk di sofa dengan lemas. Kepalanya Ia tundukkan dan lama-lama air mata keluar dari matanya dan disusul suara isakan. Haera yang tadinya terfokus pada tayangan televisi menoleh kearah sang kakak. Ia menepuk-nepuk paha Hendery, "Bang napa?"

Hendery diam tidak menjawab. Haera mengangkat tubuh gempalnya, berdiri di atas sofa. Kemudian Ia memegang bahu Hendery dan menundukkan kepalanya, ingin melihat wajah kakaknya.

"Bang napa?" tanya Haera lagi, matanya terus menatap wajah sang kakak yang perlahan memerah. Bukannya menjawab, Hendery malah makin mengeraskan tangisannya. Haera terlonjak dan menatap abangnya bingung. Bayi yang sudah berumur satu tahun lebih itu turun dari sofa dan berjalan dengan tertatih-tatih menghampiri Tania yang sedang berada di dapur.

"Miiiiii!!!" Panggil Haera. Tania menoleh dan mendapati anak perempuannya berdiri di dekat meja makan. Wanita itu mematikan kompor kemudian menghampiri Haera, "kenapa sayang?"

"Bang angis mi"

"Kenapa abang nangis?" tanya Tania sambil menyamakan tinggi anaknya. Haera memiringkan kepalanya kemudian menggelengkan kepalanya pelan, "Bang napa angis mi?".

"Abang Hendery sedih soalnya mainannya rusak. Haera mau gak hibur abang biar ga sedih lagi?" jelas ibu dua anak itu sambil mengusap rambut halus anaknya.

Haera kembali memiringkan kepalanya sejenak kemudian tersenyum dan mengangguk semangat. Ia pun berlari menghampiri sang kakak. Tania tertawa kecil saat melihat bocah gembul yang baru berusia satu tahun itu berlari dengan boneka beruang di tangannya.

Haera berusaha naik ke atas sofa dengan susah payah. Setelah berhasil, Ia mendekat kearah Hendery dan menyodorkan boneka teddy bearnya kearah sang kakak. Hendery berhenti menangis saat melihat boneka yang disodorkan oleh Haera.

"Ni, uwat bang. Janan angis agi," ucap Haera dan menaruh boneka kesayangannya ke pangkuan sang kakak.

Hendery mengusap air matanya dan mengambil boneka tersebut. Ia menatap adiknya yang terduduk di sampingnya, Hendery tersenyum kemudian memeluk adiknya gemas. Dengan jahil, Hendery mengigit gemas pipi chubby adiknya dan disambut oleh teriakan melengking Haera. Itu semua di saksikan Tania dari kejauhan. Tania tertawa kecil, "Dasar, anaknya Johnny."

11/02/2024

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


11/02/2024

Suh Daily Life [GS]Where stories live. Discover now