'Semua takdir Allah baik. Cuma terkadang penerimaan kita atas takdir yang kurang baik.'
_________________Tangan Ibra berulang menepuk pelan lengan Nia, berusaha membuat mata Nia kembali terbuka.
Namun, hanya suara deru napas pelan yang terdengar. Mata istrinya itu masih saja betah terpejam. Dengan hati-hati Ibra langsung merebahkan tubuh Nia.
"Dek, bangun." Ibra mengusap pelan pipi Nia. Mengambil minyak angin di laci, mengoleskan di hidung dan telapak tangan Nia yang terasa dingin. Mengosokkan kedua telapak tangannya di tangan Nia. Berharap gosokan tangannya mampu membuat Nia terbangun dari pingsannya.
"Ya Allah, apa yang terjadi padamu, Dek? Jangan membuatku takut."
Ibra masih terus menggosokkan telapak tangannya di kedua tangan Nia. Mengembuskan napas lega setelah usahanya membuahkan hasil. Menyaksikan kedua kelopak mata istrinya itu perlahan terbuka.
Dengan kepayahan Nia merubah posisinya untuk duduk bersandar di kepala ranjang. Menatap sendu sepasang netra kelam milik Ibra dengan mata berkabut. Menunduk sejenak sebelum mengalihkan pandangan ke arah lain.
Seperti diremas, kebenarannya yang baru terungkap ternyata melukai hati Nia dan membuatnya turut merasakan hal serupa, melihat binar mata Nia meredup karenanya. Dia kira dengan menunggu waktu yang tepat mengatakan itu tidak akan berpengaruh besar pada hubungan mereka. Namun, nyatanya perkiraannya keliru.
Tidak benar jika menunggu waktu, bila terkuak rahasianya dari orang lain malah berpotensi menyakiti hati Nia. Harusnya lebih baik mengatakan dari awal meski cukup pahit karena itu lebih tepat dari pada mencederai kepercayaan Nia seperti sekarang. Benar-benar membuatnya diliputi penyesalan.
Bibir Nia yang awalnya membisu mulai membuka suara. Merangkai kata hingga tercipta tanya yang membuat sesuatu dalam dada Ibra berdenyut nyeri. Serupa dihantam bogeman tak kasat mata.
"Nyatanya keberadaanku selama ini tidak begitu berarti bagimu, Mas. Haruskah aku tetap bertahan?"
Ibra menggeleng cepat, berusaha meraih tangan Nia namun ditepis.
"Beri aku kesempatan menjelaskan semuanya, Dek. Tanpa ada yang ditutup-tutupi lagi."
Nia bergeming. Kembali menatap netra Ibra yang entah sejak kapan berkaca-kaca.
"Apakah penjelasan Mas bisa membuatku yakin sedangkan sebelum penjelasan itu datang aku sudah tau permasalahannya? Aku takut kecewa lagi. Aku takut jika kembali percaya, kamu juga kembali mencederai kepercayaan yang telah kuberikan."
Ya Allah, haruskah memberikan jeda untuk menyembuhkan luka yang kembali tercipta karenanya? Haruskah kembali menaruh percaya usai sebelumnya disiakan begitu saja?
Ibra membisu, tidak mampu membalas ucapan Nia. Hanya keheningan yang tercipta cukup lama hingga Nia berusaha bangkit meski tubuhnya masih lemas dengan memegang ujung meja kayu kecil di sisi ranjang.
Beranjak dari kamar yang menjadi saksi terkuak setiap kebenaran yang Ibra simpan menuju kamar lain yang sebelumnya digadang menjadi kamarnya jika Ibra benar-benar mendua.
Ibra mengusap wajahnya kasar setelah netranya tidak lagi melihat tubuh mungil istrinya itu. Meremas selembar kertas yang membuat kepercayaan Nia menguap. Menyisakan kecewa yang teramat.
"Jika waktu bisa diputar, maka aku akan katakan semua kebenaran padamu tanpa satupun yang ditutupi. Melihat binar dari matamu redup adalah hal yang menyakitkan bagiku, Dek."
Mungkin luka fisik tidak begitu sulit mendapatkan obat, namun luka hati sebab kecewa entah apa obat yang tepat menyembuhkan. Semakin menjelaskan maka semakin menusuk hingga melukai kian dalam, mencoba terdiam tapi masalah akan semakin runyam.
Harus bagaimana Ibra? Apakah harus kembali membentang jarak dengan Nia setelah dirasa hati Nia sanggup menerima kebenaran darinya?
.
.
.Versi lengkap part ini ada di novel
****
اللهم صل على سيدنا محمد
اَللّٰهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَ بَلِّغْنَا رَمَضَانَ
سُبْحَانَ اللّٰهِ الْأَحَدِ الصَّمَدMalam Rabu
Semarang
23 Februari 2021
13 Rajab 1442Rabu (Revisi)
25 Januari 2023
3 Rajab 1444
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Pak Dosen [End]
SpiritualeHak cipta di lindungi Allah SWT, JANGAN DI COPAS Siapkan hati, siapkan tisu baca cerita ini Dania Ramadhana tak pernah menyangka takdir menghendakinya menikah dengan pria yang telah dijatuhkan rasa dalam diam. Sosok itu tak lain adalah dosennya. Beg...