Appointment 2

557 89 8
                                    

Klinik Kesehatan Jiwa Eternity

Matahari senja mulai melingsir turun ke ufuk barat. Semburat merahnya melemah dan menyelinap masuk menembus kaca jendela ruangan praktek dr. Shen. Dalam suasana ruangan yang kuning kemerahan, siluet dirinya begitu gemilang dalam kesendirian.

Dr. Shen berusia dua puluh sembilan tahun. Berwajah lembut dan ramah, tatapan yang menyejukkan dan senyuman bersahabat, nyaris bagai malaikat di depan para pasiennya.

Sore ini dia akan menyelesaikan satu appoinment terakhir dalam schedule hariannya. Pintu ruangannya terbuka dan seorang wanita melangkah masuk. Wajahnya cantik tetapi merengut, keningnya berkerut dalam. Dia menghempaskan dirinya di kursi seberang meja dr. Shen.

Psikiater tampan itu menggaruk dagu, menatap wanita yang duduk di hadapannya.

"Bicaralah. Ajukan keluhan," ujarnya lembut dan santun.

Pasien wanita itu bernama Mrs. Zhu. Dia berusia tiga puluh lima dan memiliki masalah pernikahan yang rumit. Saking rumitnya dia tak mampu menjelaskan apa pun.

"Aku membenci suamiku!" dia nyaris berteriak, membelalak pada dokter tampan di hadapannya.

"Aku ingin menceraikannya, tapi sebelumnya aku ingin menyakitinya sekeras mungkin. Aku akan gila jika terus begini!"

Dia berkata tegas seraya menampar meja.

Dr. Shen menyentakkan kepala ke belakang, lantas mengerjap-ngerjap.

"Apa masalahnya?" dia bertanya setelah beberapa kali mengeluarkan suara berdehem.

"Sudah kubilang aku membencinya! Apa alasan itu tidak cukup?"

Dr. Shen bengong sesaat. Dilihatnya Mrs. Zhu kesulitan bernafas seolah tercekik, sementara jemarinya mencengkeram pinggiran kursi.

"Baiklah... baiklah..." dr. Shen berkata penuh maklum.
"Salah satu tahap awal untuk menyakitinya adalah, aku menasihati Anda untuk mulai membanjirinya dengan pujian, berikan dia perhatian yang lebih dari biasanya. Ajak suamimu berjalan-jalan di bawah langit berbintang, membersihkan rumah bersama, minum kopi di kedai kopi tak dikenal yang kalian temukan secara acak. Ketika Anda mulai tak tergantikan baginya, ketika ia berpikir Anda mencintainya sepenuh hati, mulailah tindakan perceraian. Itulah cara menyakiti seseorang yang paling kejam, dan tak terlupakan."

Mrs. Zhu tercenung sejenak, dia nampak berpikir, tetapi garis mulut dan rahangnya masih tetap mengeras.

"Kau yakin aku bisa menekan kebencianku dan berpura-pura perhatian?" dia membentak.

"Tergantung. Jika niatmu memang mantap ingin menyakitinya. Anda akan mampu melakukannya."

Wanita itu mengangguk-angguk, cengkeraman di tepi kursi mulai mengendur.

"Patut dicoba," dia bergumam.

"Kembalilah dalam satu bulan. Jika Anda masih yakin ingin bercerai, aku akan membantumu menghubungi seorang pengacara perceraian terbaik di kota ini. Dia akan membantumu memenangkan hak asuh anak dan harta gono gini."

Ucapan dr. Shen meski diucapkan dengan lembut tapi sangat mantap dan mengandung kekuatan. Keberanian seketika tumbuh dalam hati wanita galau itu.

"Baiklah, dok. Aku merasa lega, memikirkan akan menyakiti suamiku saja sudah membuatku bahagia."

"Tidak ada orang yang bahagia setelah menyakiti orang lain, Nyonya. Cobalah dan buktikan padaku apakah ucapan itu salah atau benar."

Mrs. Zhu bangkit berdiri dan tersenyum kecut.

"Aku akan kembali dalam satu bulan setelah melaksanakan semua saranmu," dia membungkuk ringan.

"Terima kasih."

𝐌𝐲 𝐏𝐬𝐲𝐜𝐡𝐢𝐚𝐭𝐫𝐢𝐬𝐭 (𝐆𝐮𝐚𝐫𝐝𝐢𝐚𝐧 𝐅𝐚𝐧𝐟𝐢𝐜𝐭𝐢𝐨𝐧) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang