Appoinment 14

293 60 7
                                    

Sepanjang perjalanan kembali ke rumah dr. Shen, mereka saling berdiam diri. Kecanggungan yang lebih dari dua orang asing yang pertama kali berjumpa menguasai keduanya.

Zhao Yunlan mengemudi dengan santai, menatap lurus ke depan. Datar dan tenang, seolah-olah tidak ada kabar buruk apapun yang ia terima.

Dia tidak tahu bagaimana detail kecelakaan yang menimpa Yu'er. Ibunya tidak menjelaskan karena dia bicara terputus-putus dan gugup. Zhao Yunlan pun tidak berniat membahas hal itu di telepon. Praktis, percakapan singkat dengan sang ibu mengakhiri acara makan malam mereka dengan buruk.

Zhao Yunlan mendesah berat. Dadanya diam-diam terasa sesak. Padahal dia sudah menginginkan saat seperti ini bersama dr. Shen. Padahal dia ingin menjadikan ajakan ini sebagai undangan kencan secara tidak langsung.

Kenapa Yu er harus kecelakaan sekarang?

Yunlan mencengkeram kemudi.

Mengingat kecerobohan gadis itu, mungkin dia hanya mengalami insiden kecil, atau mengemudi sambil mabuk. Dia berpikir begitu dan berharap itulah yang terjadi.

Semua pasti akan baik-baik saja. Dia tidak merasa terlalu khawatir terhadap Yu er. Satu-satunya hal yang membuatnya khawatir dan gelisah adalah bahwa dia harus benar-benar pergi meninggalkan rumah dr. Shen, dengan memberikan kesan bahwa ia akan kembali bersama istrinya, hidup rukun dan bahagia sampai selamanya.

Huft!

Sungguh lelucon!

Zhao Yunlan menggeram tidak berdaya.

Perjalanan pulang terasa lebih panjang dikawal kebisuan. Saat mobil mereka memasuki komplek tempat tinggal dr. Shen, Zhao Yunlan semakin gelisah.

Apakah kali ini benar-benar saatnya mengucapkan selamat tinggal.

Dr. Shen turun dari mobil tanpa suara. Angin malam mengibar-ngibarkan blazer panjangnya. Dia berjalan menuju pagar, sebelum membuka kunci, dengan canggung dia menoleh pada Zhao Yunlan.

"Terima kasih atas makan malamnya," ia berkata, menatap sendu dari balik lensa kacamata.

Zhao Yunlan berdiri dengan kedua tangan di saku celana. Sikapnya benar-benar seperti seorang pria sejati.

"Kau tidak ingin mengajak aku mampir?"

Dr. Shen mengatupkan bibir, menggeleng perlahan.

"Maaf, bukannya kau sudah berniat untuk pergi?" Dia mengingatkan akan ucapan Zhao Yunlan sebelumnya.

"Lagipula," dr. Shen berhenti dengan nada pahit yang mengganjal, "kau harus menemui dan merawat istrimu."

Kata-kata itu membuat Zhao Yunlan membisu. Keduanya terperangkap kecanggungan beberapa lama. Shen bahkan menghentikan usahanya membuka kunci pagar.

Dr. Shen tidak pernah menempatkan pengharapan tinggi pada apa pun. Tidak karier, kehidupan, atau pun cinta. Dia telah melatih diri untuk menerima kemungkinan terburuk. Kegagalan maupun kekecewaan.

Setelah melewati masa kecil yang suram, dia bahkan nyaris tidak berani memimpikan hidup bahagia. Tidak pernah berani mencari tahu apa yang diinginkan hatinya, terlebih lagi memperjuangkannya.

Dia terlalu penakut.

Atau mungkin dia memang seorang pecundang yang berpura-pura bijak dan memberikan semangat dan motivasi pada para pasien yang datang tetapi tak mampu merekatkan apa yang telah hancur dalam dirinya.

Sekarang, saat dirinya mulai yakin bahwa hatinya menginginkan Zhao Yunlan.

Tapi kala momen itu tiba, saat ia ingin memberikan kesempatan pada dirinya sendiri untuk mencapai satu kehidupan yang berbeda, satu fakta menghantam dan menenggelamkan harapannya. Membuatnya kecewa.
Dan dia menyalahkan diri sendiri karena membiarkan kedekatan ini terjalin.

𝐌𝐲 𝐏𝐬𝐲𝐜𝐡𝐢𝐚𝐭𝐫𝐢𝐬𝐭 (𝐆𝐮𝐚𝐫𝐝𝐢𝐚𝐧 𝐅𝐚𝐧𝐟𝐢𝐜𝐭𝐢𝐨𝐧) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang