1
2
3
Kata salah satu tokoh di drama korea jatuh cinta hanya butuh tiga detik. Mungkinkah aku jatuh dalam waktu sesingkat itu? Bodoh sekali. Gegara tiga detik itu, tiga hati harus menawan racun dalam diri mereka sendiri.
***
"Tolong itu yang di pinggir nyalakan projector-nya, ya!", kata guru sambil menunjuk ke arahku.
Aku memang duduk dekat dengan tombol proyektor hari itu. Aku merasa akulah yang harus menekan tombol itu. Aku bersiap berdiri, tetapi orang itu tetiba berdiri juga untuk menyalakannya.
Kami berdua sama-sama kaget. Aku otomatis duduk karena aku merasa dia yang akan maju dan dia juga duduk karena merasa hal yang sama. Lalu, aku berdiri karena dia duduk dan dia juga berdiri karena aku duduk.
"Sudah-sudah, biar aku saja yang nyalakan", dengan isyarat tangan dia menghentikanku dan tersenyum geli padaku.
Hal sereceh itu, menghancurkan bertahun-tahun masa mudaku. Melihat orang itu, senyumannya, caranya menghentikanku, caranya berjalan, caranya kembali duduk dan kemudian menertawakan kelakuan kami, hal yang belangsung hanya selama tiga detik itu, sudah memenuhi seluruh isi hatiku. Kalau bisa kugambarkan dengan sedikit lebay, mungkin sudah ada soundtrack film India yang terputar di otakku dalam selang tiga detik itu.
Fatih. Hanya karena tiga detik itu nama orang itu tak lagi sama bagiku. Namanya selalu istimewa di hatiku baik itu orang lain yang menyandangnya. Aku tak lagi mampu mengucapkan namanya kecuali dengan getaran di bibir dan desiran di hatiku.
Enah nama orang itu akhirnya akan aku imbuhkan dengan panggilan sayang. Atau mungkin desiran hangat tak lagi menyertaiku sembari menyebut namanya karena sudah ada nama lain yang menggantikannya. Aku tidak tahu. Yang aku tahu, aku lebih suka menyebutnya 'orang itu'. Dengan begini, aku masih dapat membendung milyaran rasa yang berusaha mendobrak dinding hatiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salah Kita
Teen FictionKamu menjadikanku ratumu, tetapi bukan kamu rajaku. Salahku. -Maria Malahayati- Aku mencintaimu tanpa izinmu. Salahku. -Ananda Zainal- Dia lebih tepat bagimu. Salahku. -Fatih Ghani-