2: She Recognizes Him

193 22 0
                                    

Selesai dari kantin, Haruto kembali ke kelas dan menyibukkan diri dengan handphone kesayangannya. Berselancar di dunia maya tanpa arah dan tujuan, hanya untuk mengisi ruang kosong kesedirian tanpa sahabatnya. Tak berselang lama, pemuda itu menangkap sosok gadis yang mencuri perhatiannya sejak masuk sekolah. Gadis tersebut dipanggil oleh kerumunan siswi di kelas mereka.

"Seoyun, kamu sudah lihat berita sekolah kita?" ucap Mina sambil menunjukan layar handphone-nya ke hadapan Seoyun.

Haruto yang penasaran, turut mengecek sosial media sekolah secara diam-diam. Ia melihat foto Seoyun dan kawannya dengan hastag Three Swans and A Duck.

"Seoyun, maafkan aku tapi aku tidak dapat berhenti tertawa. Yang memposting benar-benar menyebalkan," ucap Mina sambil tertawa terbahak-bahak.

"Aku iri denganmu, Seoyun. Setidaknya kamu bisa masuk berita sekolah padahal kamu adalah anak baru," timpal Hani sambil ikut tertawa.

Beberapa anak lain juga tertawa melihat berita tersebut. Dapat kulihat Seoyun mencoba memaksakan diri untuk ikut tertawa.

Bagaimana bisa mereka tertawa melihat berita tersebut? batin Haruto dalam hati.

BRAK!!!!

Tiba-tiba Haruto memukul meja dengan keras, sehingga menyita atensi seluruh siswa-siswi di kelas tersebut.

"Berisik," ucap Haruto singkat dan datar dengan tatapan mengintimidasi.

Semua siswi yang membicarakan Seoyun sontak terdiam dan menyibukkan diri dengan hal lain. Seoyun menatap Haruto dimana Haruto langsung memposisikan diri menghadap jendela kelas, menghindari tatapan gadis yang menyita perhatiannya itu.

.

.

.

Bel pulang sekolah berbunyi. Seluruh siswa-siswi mulai berhamburan keluar kelas. Haruto yang sepanjang hari hanya tidur di kelas, merenggangkan tangannya begitu melihat hanya tersisa sebagian kecil orang yang bertahan di dalam kelas.

Ketika ia sedang memasukkan bukunya ke dalam tas, tampak seseorang yang mendekatinya.

"Haruto─ gumawo."

Gadis itu, Seoyun, berterima kasih padanya.

"Untuk?" ucap Haruto datar. Sejujurnya, degup jantung Haruto sudah bergemuruh tetapi ia coba kesampingkan.

"Meminta anak-anak untuk diam tadi," ucap Seoyun pelan sambil membungkukkan badannya lalu meninggalkan Haruto.

"Oi, Seoyun," teriak Haruto ketika gadis tersebut hampir meninggalkan ruangan kelas.

Seoyun pun menoleh dimana Haruto berjalan menghampirinya sambil membawa tas dengan sebelah tangannya.

"Bawakan aku makanan besok jika kamu benar-benar berterima kasih," ucap Haruto datar.

"Eh?" ucap Seoyun bingung.

"Ma-Ka-Nan. Itu telinga apa hiasan dinding, sih?" ucap Haruto kesal sambil menunjuk telinga Seoyun dan meninggalkan anak tersebut. Seoyun yang kebingungan akan permintaan tak biasa dari Haruto, hanya mampu menatap kepergian pemuda tersebut.

.

.

.

Disaat Haruto sedang berjalan keluar gerbang, ia menemukan Jaehyuk dan Junkyu yang berkumpul di halaman sekolah.

"Haruto!!!" teriak Junkyu sambil melambaikan tangannya, membuat Haruto mau tidak mau menghampirinya.

"Ayo, kamu pulang bareng denganku," ajak Junkyu sambil menunjukkan kunci mobilnya.

"Junkyu baru bisa menyetir. Aku hanya mau mengingatkan," ucap Jaehyuk yang langsung kakinya mendapatkan injakan keras dari Junkyu.

"Tidak apa. Aku naik bus saja," ucap Haruto.

"Haruto akan naik bus bersamaku," ucap Jeongwoo yang baru saja menghampiri mereka sambil merangkul pundak Haruto.

"Kamu tidak bawa mobil hari ini???" ucap Junkyu dan Jaehyuk bingung. Mereka bertiga memang sudah sepakat untuk membawa mobil masing-masing ketika menginjak tahun kedua SMA.

Jeongwoo menggelengkan kepalanya, "Aku ingin mencoba naik bus."

"Suasana bus yang selalu kamu lihat di drama sangat berbeda jauh dengan kenyataan, Wo," ucap Junkyu mengingatkan.

Jeongwoo tertawa, "Aku paham, Kyu. Tenang saja,"

"Kamu serius? Kamu tidak pernah naik bus, Wo," ucap Haruto.

Jeongwoo yang malas membahasnya, langsung menarik Haruto dan meninggalkan Junkyu serta Jaehyuk.

.

.

.

Begitu Jeongwoo dan Haruto sampai di halte bus, mereka duduk di kursi yang masih kosong sembari menunggu bus datang.

"Rumahmu jauh dari halte bus, Wo," ucap Haruto.

"Pak Han sudah menungguku di halte bus terdekat dengan rumah," ucap Jeongwoo sambil tersenyum.

Haruto hanya menganggukan kepalanya.

"Wo, kamu harus punya kartu untuk bayar naik bus," ucap Haruto dimana Jeongwoo langsung menunjukkan kartunya.

"Wah, kamu benar-benar sudah mempersiapkan dengan baik," ucap Haruto dimana mereka kembali terdiam menunggu bus datang.

"Haru─" ucap Jeongwoo dimana Haruto langsung menatap Jeongwoo.

"Jangan hiraukan apa kata anak-anak dan ceritakan jika kamu di-bully oleh mereka. Jangan melawan seorang diri seperti tahun lalu," ucap Jeongwoo.

Haruto tersenyum, "Kamu tidak perlu khawatir, Wo. Rumor itu benar-benar menyelamatkanku dari orang-orang yang mencoba mem-bully."

"Tapi image-mu jadi buruk. Padahal kamu bukan orang yang seperti itu," ucap Jeongwoo sambil mengerucutkan bibirnya tanda ia kesal.

Haruto tersenyum melihat tingkah sahabatnya itu dan mengacak rambutnya karena gemas.

"Apa kehidupan mewah kami membuatmu kurang nyaman? Mungkin Junkyu dan Jaehyuk tidak bisa, tapi aku akan mencoba naik bus tiap hari denganmu," ucap Jeongwoo dimana Haruto langsung mencubit pipi Jeongwoo keras-keras.

"Aku sama sekali tidak terusik dengan kehidupan kalian, jadi lakukan apa yang biasa kalian lakukan," ucap Haruto dimana Jeongwoo tersenyum mendengarnya.

"Bus kita sudah sampai, Wo," ucap Haruto sambil menunjuk bus mereka yang mendekat. Jeongwoo dan Haruto dengan sigap langsung naik dan berdiri di tempat kosong. Mereka tidak saling berbincang sampai Jeongwoo turun di halte dimana Pak Han sudah menunggu tuan mudanya tersebut.

Yang terpenting bagiku hanyalah padangan kalian padaku, bukan pandangan orang lain terhadapku, batin Haruto.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Next Chapter:

Kuharap bekal ini sesuai. Seoyun.

[Watanabe Haruto - Treasure] The Life of Second LeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang