Haruto membuka pintu café dimana ia melihat sosok yang sangat dikenalnya sedang duduk santai sambil memakan es krim dan memainkan ponsel di tangannya.
"Kenapa bertemu disini? Kenapa tidak di café-mu sendiri?" ucap Haruto pada Jeongwoo, sosok yang menunggunya tersebut.
"Bosan. Lagipula es krim disini sangat enak," ucap Jeongwoo sambil menyodorkan es krimnya ke Haruto dan Haruto lantas memasukkan sesuai es krim ke mulutnya.
"Tiba-tiba sekali meminta bertemu berdua," ucap Haruto dan duduk di hadapan Jeongwoo.
"Kenapa? Kamu tidak suka bertemu berdua denganku?" ucap Jeongwoo ketus dan Haruto lantas tertawa.
"Kamu bersikap seperti wanita yang kesal dengan pacarnya, Wo," ucap Haruto.
"Mohon maaf, Watanabe Haruto. Meskipun dirimu tampan, aku tidak ada pikiran untuk belok," ucap Jeongwoo santai dan Haruto lantas kembali tertawa.
"Sudah hampir 2 bulan. Sudah dekat waktu bagi Jaehyuk dan Seoyun untuk berpisah," ucap Jeongwoo.
Jeongwoo menatap ke arah Haruto. Ia dapat menangkap senyum kecil dari Haruto yang Jeongwoo sadar itu adalah ekspresi reflek dari sahabatnya tersebut.
"Sejak kapan kamu menyukai Seoyun?" ucap Jeongwoo to-the-point hingga membuat Haruto yang sedang memakan es krim Jeongwoo tersedak seketika.
"Sejak kalian kerja di tempatku? Atau sejak kamu melabrak anak-anak sekolah yang mengejek Seoyun dulu?" ucap Jeongwoo kembali.
Haruto terdiam seketika.
"Dulu, ketika kamu melabrak anak-anak yang mengganggu Seoyun, sempat terlintas di benakku apakah kamu menyukainya. Tetapi melihatmu bersikap biasa setelah Jaehyuk dan Seoyun berpacaran, kupikir itu hanya dugaanku semata. Tetapi─"
Jeongwoo menahan pembicaraannya. Ia ingin melihat dengan jelas ekspresi Haruto saat ini.
"Berbohong dengan mengatakan adikmu berulang tahun hanya untuk pergi dengannya? Itu sangat terlihat jelas bahwa kamu menyukainya," lanjut Jeongwoo.
Haruto mengetuk jemarinya ke meja dengan asal.
"Benar, Wo. Aku menyukainya, sejak kami berada di kelas yang sama," ucap Haruto jujur.
Jeongwoo lantas menepuk pundak Haruto, "Mengapa kamu tidak jujur pada kami, To?"
"Jaehyuk secara tiba-tiba mengatakan ia sudah berpacaran dengan Seoyun. Bagaimana aku bisa mengatakannya?" ucap Haruto.
"Ditambah lagi─ Seoyun sangat bahagia bersama Jaehyuk," ucap Haruto.
Jeongwoo lantas menopang dagunya, "Sahabatku yang malang."
"Kamu mengejekku? Benar-benar sahabat tak berperasaan," ucap Haruto ketus dan Jeongwoo lantas tersenyum. Ia memang suka menggoda Haruto hingga membuatnya kesal.
"Lalu kapan kamu akan mengatakannya pada Seoyun?" ucap Jeongwoo.
"Mengatakan apa?" tanya polos Haruto dan Jeongwoo lantas menjitak kepalanya.
"Perasaanmu padanya, pabo," ucap Jeongwoo sambil memijat keningnya yang tidak pening.
"Melihat Seoyun yang bahagia sekarang sudah cukup," ucap Haruto dan Jeongwoo lantas menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Jangan menjadi pria menyedihkan seperti ini, To. Segera utarakan perasaanmu padanya," ucap Jeongwoo.
"Seoyun menyukai Jaehyuk. Percuma aku mengutarakan perasaanku," ucap Haruto.
"Lebih baik tertolak dibandingkan memendam perasaan tanpa ada kepastian," ucap Jeongwoo kembali.
Haruto terdiam.
"Jauh di dalam hatimu, kamu sebenarnya butuh kepastian tetapi takut untuk menerima kenyataan. Kamu akan terus dalam kondisi menyedihkan seperti ini. Aku tidak tega melihatmu seperti ini," ucap Jeongwoo.
"Tidak perlu khawatir, Wo. Aku baik-baik saja seperti ini," ucap Haruto.
Jeongwoo menghela nafas berat, "Aku tidak bisa mengatakan apapun lagi padamu."
Haruto tersenyum sambil kembali mengambil es krim Jeongwoo, "Bagaimana denganmu dengan Ningning?"
"Jangan bahas perempuan itu lagi. Aku sudah menyuruhnya untuk mencari pria lain, tetapi ia tetap kekeuh ingin bersamaku," ucap Jeongwoo.
"Lalu jika pada akhirnya Ningning akan memilih pria lain, apa kamu siap?" tanya Haruto.
Jeongwoo terdiam.
"Aku tidak pernah membayangkannya," ucap Jeongwoo.
Haruto mengusak rambut Jeongwoo asal, "Pria yang menyedihkan tidak hanya aku disini."
"Enak saja aku dikatakan pria menyedihkan," ucap Jeongwoo sewot.
"Tidak menyedihkan bagaimana? Sudah sama-sama saling suka tapi kamu mencoba menutupinya," ucap Haruto.
"Justru karena aku menyayanginya, aku tidak mau bersama dengannya," ucap Jeongwoo.
"Wo─"
"Aku tidak ingin Ningning─ akan bernasib sama dengan eomma," lanjut Jeongwoo.
Haruto sekarang mulai paham.
"Buah jatuh tak jauh dari pohonnya," ucap Jeongwoo.
"Tapi kita adalah manusia, yang masih bisa berubah, Wo," ucap Haruto.
Seketika suasana mereka pun hening. Tidak ada yang berniat melanjutkan pembicaraan.
"Sepertnya kita hampir sama. Aku harus memiliki keberanian untuk mengutarakan perasaanku, dan kamu─ harus berdamai dengan masa lalumu," ucap Haruto sambil menggenggam tangan Jeongwoo.
Jeongwoo pun membalas dengan mengeratkan genggaman tangan Haruto.
.
.
Setelah pertemuannya dengan Jeongwoo, Haruto pun menuju ke rumahnya dimana sang adik, Airin, sedang mengambil koper mereka di gudang.
"Adikmu benar-benar tidak sabar untuk kembali ke Jepang," ucap sang ibunda ketika Haruto menatap adiknya dengan raut kebingungan.
"Sebentar lagi akan ke Jepang lagi," ucap Airi, sang adik, dengan bersemangat.
Haruto pun tersenyum kecil.
Sudah sebentar lagi.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Next Chapter:
"Lukisan ini─ dari Jaehyuk?" ucap Miyoung.

KAMU SEDANG MEMBACA
[Watanabe Haruto - Treasure] The Life of Second Lead
Fanfiction**Completed** Menjadi tampan tidak selalu membuatmu mendapatkan segala yang kamu inginkan. Watanabe Haruto, murid pindahan asal Jepang, menyukai seorang gadis di sekolahnya. Sayangnya, gadis tersebut malah menyukai teman satu grupnya. Bagaimanakah H...