8. Kebenarannya

116 16 0
                                    

"Tapi kalau nanti kamu akan balik lagi. Aku percaya, sejauh apapun kamu pergi, tetap aku tujuan kamu kembali." -
Akbar Putra Milano.

***

Happy Reading!❤

Gibran berusaha bangun dari rasa sakit ditubuhnya akibat pukulan Akbar yang tidak ada habisnya. Dengan senyum menyeringai ia menatap Akbar yang masih mengepalkan tangan, merasa belum puas untuk memukuli Gibran.

"Salut gue sama lo, segininya ya lo mau gimana pas gue tidur sama Bella, " ujar Gibran meringis kesakitan.

"Lo udah gue buat begini, mulut lo masih kurang ajar ternyata," balas Akbar sambil memegang kerah baju Gibran.

"Lo itu pengecut, Gib!" tambahnya.

"Lo itu-" Akbar kembali melayangkan pukulannya ke wajah Gibran tanpa ampun.

"Anjing lo," Gibran berusaha membalas pukulan Akbar.

Akbar kembali membalasnya sampai Gibran kembali jatuh tidak berdaya, memegangi dadanya yang sesak dan badannya yang terasa remuk.

"Woi keluar lo, urus ni bocah" teriak Gibran dan keluarlah beberapa orang yang sepertinya anak buahnya.

Perkelahian itu terus berlanjut hingga Akbar tidak sanggup melawan sepuluh orang itu. Kedua tangannya diikat ke belakang.

"Lo jangan sok jagoan makanya," Gibran tersenyum meledek.

"Sekali pengecut tetep aja pengecut!" teriak Akbar dihadapannya.

Bugh!
Gibran memukul perutnya Akbar.

"Argh, bangsat!" Akbar ngeringkuk kesakitan.

"Lo tau Bar, lo cowo paling bego! Bella itu udah ninggalin lo, dan lo masih aja bela dia segininya? Bahkan lo rela bikin diri lo begini," ucap Gibran.

"Gak penting, yang gua tau lo itu banci," balas Akbar sengit.

Tawa Gibran meledak, "Bagian mana gue banci? Gue tidurin dia, wajar dong. Cewe gue,"

"Gue gak akan percaya sama omongan busuk lo itu," ucap Akbar dengan emosi yang kembali memuncak.

Alin menelfon Bani dan Fathan untuk segera datang dan menolong mereka. Ia cemas karna tadi ia dengar suara Akbar yang teriak merintih kesakitan. Beberapa menit, Fathan dan Bani sampai. Tak lupa ia mengajak Adli, Rasya dan segerombolan teman tongkrongannya.

"Alin!" ujar Fathan mengagetkan.

"Ih Fathan!" Alin mengusap-usap dadanya kaget.

"Akbar masih didalem?" tanya Rasya.

Alin mengangguk dan keluar dari mobil.

"Bentar-bentar, kenapa lo bisa sama Akbar?" tanya Adli bingung.

"Nanti aja bahasnya, sekarang kita tolongin Akbar dulu," ucap Bani menjawab Adli.

"Tapi lo gapapa, kan?" tanya Adli memastikan.

"Engga, gue cuma takut dan panik banget,"

"Kayanya Akbar dikeroyok beberapa orang deh, soalnya dari sini kedengeran banget kaya banyak orang," ucap Alin cemas.

"Soalnya gak mungkin kan kalau cuma Akbar dan siapa tadi?"

"Gibran,"

"Nah iya itu dia, pasti gak akan ada suara grasak-grusuk. Dan tadi juga Akbar teriak kesakitan gitu, lagian kalau berdua doang Akbar juga bisa kan lawan Gibran," jelasnya lagi.

ALBARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang