Bagian 7 - Ayahanda

137 17 15
                                    

-------------------------
WARNING TYPO!!!
SELAMAT MENIKMATI😚😚😚

--------------------------

Tanyakan padaku, apa hal yang paling kubenci didunia ini. Maka tanpa ragu aku akan menjawab, "mendapatkan gertakan dari orang lain dan yang lebih memalukannya, aku merasa terintimidasi".

Sialnya, itulah yang sedang terjadi padaku saat ini.

Begitu aku pulang dari pasar, ayah Mingmei —yang Mulia Kaisar, sudah duduk di singgasananya dengan tatapan setajam silet mengarah lurus padaku.

Aku yakin bahwa aku tak akan merasa begitu gugup, jika seandainya saja puluhan pengawal disetiap sudut itu tidak ikutan menatapku, dengan menggenggam erat tombak di tangan mereka.

Kutekankan sekali lagi, TOMBAK!!! KENAPA MEREKA HARUS MEMEGANG BENDA ITU DENGAN TATAPAN YANG MENGIRINGI SETIAP LANGKAHKU, SEAKAN MEREKA SIAP MELEMPARKAN BENDA ITU PADAKU SEWAKTU-WAKTU?!!

Yah, kuakui aku sedikit paranoid. Aku menatap langsung pada kaisar itu. Rasanya sudah hampir satu jam aku berdiri disini, tapi orang itu tak mengatakan apapun. Ia hanya menatapku dalam diam. Aku sempat berpikir bahwa dia sedang sariawan.

Jika boleh jujur, penampilan kaisar di istana ini sangat jauh dari ekspektasiku. Liu Haocun —kaisar itu, Apabila kalian membayangkan penampilannya sebagai seorang pria tua berwajah menyebalkan, berperut buncit maupun berwajah penuh, maka anggapan itu salah besar.

Sebaliknya, wajah pria itu tampan, meskipun terdapat keriput samar pada wajahnya, ia masih tampak muda. Tubuhnya tegap dan kekar dan terlihat seperti versi lebih maskulin dari Liu Yaoshan. Dengan penampilan itu, aku tebak usianya masih diawal tiga puluhan.

"Apa kau hanya akan diam disini sepanjang hari, atau mengakui kesalahanmu?"

Oh astaga, syukurlah akhirnya dia berbicara. Aku pikir dia benar benar sedang sariawan. Lagipula, dia yang mengundangku kemari, mengapa tidak dia saja yang berbicara dulu, bukannya menyuruhku untuk mengakui kesahalan.

Aneh sekali. Padahal aku tidak merasa telah membuat kesalahan.

"MINGMEI!!"

"AYAM!!"

"...."

Hening.

Seketika suasana menjadi hening. Tidak ada satupun yang berani membuka suara. Kaisar terdiam cengo —barangkali ia berpikir bahwa otak putri tertuanya sedang bermasalah. Namun dapat kulihat, bahu pemuda di sampingku— Liu Yaoshan— itu bergetar. Berusaha mati-matian menahan tawa.

Aku berdehem sejenak, "menjawab ayahanda. Mohon maafkan putri ini. Putri ini mengaku salah"

"Benarkah? Kau sadar apa kesalahanmu?" ucap Kaisar begitu ia mendapat kesadarannya kembali.

Tidak. Tidak sama sekali,

"putri ini memohon ampunan, dan bersedia untuk dihukum, ayahanda"

Aku mendengar deheman pelan dari Yaoshan di samping ku. Wajahnya masih menyisakan jejak-jejak tawa, "Ayahanda, sepertinya adik masih belum menyadari kesalahannya"

Sebelah alis pria penting di kerajaan itu berkedut. Bagus, sepertinya aku telah membuatnya marah.

"Aku baru saja pulang dari kerajaan sebelah, demi membangun persaudaraan karena kau akan segera menikah, Putri Mingmei. Mengapa kau tidak hadir untuk menyambut ayahmu?"

"Ohh.."

"Oh?!!!!"

"A-maafkan gadis ini, ayahanda. Saya— ah, maksudku— aish. Putri ini tidak akan mengulangi kesalahan yang sama"

Another Dimensions|| Psychologist, Mr(s). LiuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang