Cemburu?

602 32 9
                                    

Selamat membaca!!!

"Lah kenapa jidat lo biru gitu?"

Diza baru saja memasuki kelasnya dan langsung duduk di bangkunya setelah menaruh ransel yang dia gendong, Berlin yang tadinya mengobrol dengan Sila langsung terkejut ketika melihat kening Diza yang membiru di bagian kanan.

Dugaan Diza benar tentang keningnya yang akan membiru keesokan harinya, pasalnya kemarin saat dia terjatuh suaranya saja begitu keras apalagi rasa nyerinya jika boleh jujur Diza ingin menangis karena Diza itu anaknya paling tidak bisa menahan sakit dia juga paling takut dengan jarum infus dan juga suntikan.

"Ini gue tidur gak tau mimpi apaan sampai jatuh ke bawah gila jidat glowing gue kebentur sakit bangett"
Ujar Diza berbohong sambil mengusap pelan keningnya itu.

"Heran gue sama lo sumpah segitu cerobohnya tau gak, sampai tidur aja jatuh"
Jawab Sila.

"Makanya punya jidat itu di jaga"

"Apaan sih Ber gak jelas!"

"Kalau gue tonjok sakit gak?"

"Sakit lah goblok!"
Sila malah tertawa dan menggoda Diza dengan sengaja menyentuh keningnya yang sakit itu.

Kegiatan pembelajaran sedang berlangsung di kelas XII IPA 4 hari Rabu di jam ketiga yaitu mata pelajaran Fisika pelajaran yang sangat disukai oleh beberapa murid saja, memang benar begitu adanya karena fakta menunjukkan  tidak semua anak IPA menyukai pelajaran Fisika bukan?

Tidak tahu mengapa tapi memang selalu begitu disetiap jurusan pasti ada beberapa pelajaran atau bahkan semua pelajaran yang tidak disukai oleh anak yang mengambil jurusan tersebut antara memang benar-benar tidak bisa atau pasrah dengan bagaimana takdirnya ke depan.

Pak Rafli selaku guru yang mengajar sedang menjelaskan materi di depan kelas dan setelah selesai menjelaskan materi tersebut selalu muncul pertanyaan.

"Jadi anak-anak apa kalian sudah mengerti?"
Tanya Pak Rafli sambil memandang semua murid di kelasnya.

Dan jawaban dari mereka semua pastilah "sudah pakkkk"

"Kalau begitu buka halaman 25 dan dikerjakan soal itu satu sampai sepuluh dulu,boleh kerjasama tapi jangan kerja sendiri terus yang lain tinggal copy ya"
Ujar pak Rafli seakan mengerti dengan raut wajah senang beberapa murid disini.

"Iya bapak ganteng"

Carlos membuka bukunya yang menunjukkan halaman 25 tiba-tiba saja kepalanya mendadak pusing dia lalu menoleh kearah Reyhan teman sebangkunya.

"Han lo paham gak?"

"Paham lah ngeremehin gue lo"

"Emang iya?"

"Iya paham ini nomor 1-3 doang sisanya nggak"

"Tai"

"Lah emang lo paham?"

"Hehe paham kok kayaknya"

Dia lalu menoleh kearah Aksa dan Gio yang duduk tepat di belakangnya, dilihatnya Aksa yang terlihat sedikit kebingungan sedangkan Gio mengerjakan semua soal-soal di depannya itu dengan santai matanya bahkan tidak beralih dari buku di hadapannya saking fokusnya dia.

Melihat itu Carlos sampai menggeleng-gelengkan kepalanya antara salut dan bingung, iya bingung karena Gio ini kelewat pintar padahal pak Rafli kalau dilihat-lihat menjelaskannya tadi kurang mudah di pahami tapi Gio semudah itu paham apa karena otak Carlos yang kapasitasnya kecil ya jadi susah menangkap materi.

"Kenapa?"
Tanya Gio saat melihat Carlos masih menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Hehe nggak kenapa-kenapa sih lanjut aja lanjut"

GiofadizaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang