With Adrian

444 27 7
                                    

Selamat membaca!!!
.
.
.
.
.
.
.
Seperti perkataannya tadi, Adrian memenuhi janjinya untuk mentraktir Diza semangkok bakso di depan sekolahnya dan kebetulan sekali Diza memang lapar jadi tidak ada alasan baginya untuk menolak. Adrian benar soal bakso di depan sekolahnya yang terkenal enak, entah karena Diza lapar atau bakso nya memang seenak itu tapi hanya butuh waktu lima menit untuk Diza menyantap habis bakso di dalam mangkoknya.

Kini gadis itu sedang mengaduk-aduk es teh dihadapannya lalu meminumnya, "ini beneran lo yang traktir?" Tanya Diza memastikan sambil tertawa kecil.

"Iya Dizaaaaaa"
Jawab Adrian gemas.

"Waktu itu lo ngasih gue brownies, sekarang lo traktir gue. Sedangkan gue belum ngasih apa-apa ke lo"

"Lo kasih gue senyuman termanis lo aja itu udah lebih dari cukup" ujar Adrian sambil menjawil gemas hidung Diza.

Diza lantas tersenyum kecil, "oke gue bakal kasih lo 2500 senyuman termanis gue hahahah" ujarnya kemudian terkekeh pelan.

"Oh ya? Coba kasih liat gue"
Jawab Adrian.

Diza kemudian tersenyum lebar sampai membuat kedua matanya terpejam, sedangkan Adrian tertawa dengan kencang karena ekspresi gadis itu, "udah udah udah bisa-bisa gue mati muda gara-gara liat senyum lo yang pahit itu" ujar Adrian.

"Tai lo!"

"Udah kan makannya? Kita keluar yuk" ajak Adrian, Diza kemudian mengambil sling bag nya dan mengikuti Adrian keluar dari sini.

Saat mereka keluar dari sini terpaan sinar matahari tepat mengarah langsung kearah wajah mereka, membuat Diza menyipitkan kedua matanya karena silau. Melihat itu Adrian langsung mengarahkan tangan kanannya ke depan kening Diza untuk menghalangi sinar matahari agar tidak menyilaukan gadis itu.

Perlakuan dari Adrian membuat Diza mendongakkan kepalanya dan menatap laki-laki itu, "lebay banget deh, gak usah ah gapapa lagian" ujar Diza tidak enak.

Sedangkan Adrian hanya merespon itu dengan senyuman"Kalau kata orang, princess itu gak boleh kepanasan" ujar Adrian membuat Diza terkekeh geli.

"Terserah lo deh"

"Kita kesana dulu yuk, adem kayaknya"
Jawab Adrian sambil menunjuk kearah bangku taman yang berada di samping pohon rindang, dan gadis itu menyetujuinya.

Mereka berdua akhirnya duduk berdampingan di bangku taman itu sambil menikmati hawa sejuk disini, "adem ya disini" ujar Diza sambil memejamkan kedua matanya menikmati suasana disini.

Adrian lalu menoleh kearah Diza yang ada di sebelah kanannya, "iya adem" ujar laki-laki sambil diam-diam tersenyum.

"Eh gue bingung deh mau ngasih kado buat adik sepupu gue, lo bisa bantu pilihin gak Za gaun mana yang paling keren" ujar Adrian tiba-tiba sambil menunjukkan dua foto gaun pesta berwarna pink dan biru muda.

Diza kemudian mengambil alih ponsel Adrian lalu memperhatikan dua gaun di dalam foto itu sambil menimang-nimang pilihannya, "emm dua-duanya bagus sih, tapi kayaknya yang ini....."

"Diza!"
Tak disangka entah dari mana, Gio tiba-tiba datang dan menarik tangan Diza sampai gadis itu bangkit dari duduknya.  Namun saat Gio hendak membawa Diza menjauh dari sini Adrian menarik satu tangan Diza yang satunya untuk mencegah gadis itu pergi.

Gio menatap datar tangan Adrian yang memegangi pergelangan tangan Diza "lepas!" Ujar laki-laki itu dingin.

"Lo jangan kasar dong bro"
Jawab Adrian santai.

"Ini bukan urusan lo"

Adrian lantas melepaskan pegangan tangannya pada pergelangan tangan Diza, kemudian mengangkat kedua tangannya ke udara, "oke oke bukan urusan gue" pasrah Adrian.

Gio kembali menarik tangan Diza dan membawa gadis itu sedikit menjauh dari Adrian "semua orang nyariin lo, Berlin, Sila, Lara khawatir lo ilang gitu aja. Telpon gak diangkat, chat gak lo balas. Dan lo malah santai disini!" Jelas Gio to the point.

Diza tidak berani menatap Gio saat ini, gadis itu terus menundukkan kepalanya sambil memainkan jari-jari tangannya.

"Lo denger gak!?"
Tanya Gio.

"Iya maaf, hp gue ke silent"
Jawab Diza pelan masih sambil menundukkan kepalanya.

Bagaimana Gio tidak marah, sejak saat Diza lari begitu saja dan saat Gio mencarinya ternyata dia sedang bersama Adrian, Gio pikir mereka masih disekitaran sekolah. Dan ternyata mereka sudah main keluar dari lingkungan sekolah, pasalnya gadis ini sudah menghilang sampai satu jam lebih dan membuat semua teman-temannya khawatir karena tidak membalas satupun pesan dari mereka.

"Sekarang pulang!"
Perintah Gio.

Diza kemudian mengeluarkan ponselnya dan saat dia menghidupkan layar ponselnya itu terdapat banyak notifikasi dari sahabat-sahabatnya baik notifikasi telfon maupun chat yang membuat Diza jadi merasa bersalah. Gio mengerutkan keningnya heran saat melihat Diza mengotak-atik ponselnya.

"Ngapain?"
Tanya Gio.

"Pesen taksi, katanya gue disuruh pulang"
Ujar Diza.

"Sama gue"
Jawab Gio.

"Hah?"

"Sama gue, lo tuli?"

"Is biasa aja kali, gak usah sewot!"

"Ayo"
Gio kemudian menarik kembali pergelangan tangan Diza namun gadis itu meminta izin untuk berpamitan kepada Adrian.

"Tunggu, masak Adrian ditinggal gitu aja sih, pamit dulu biar dia gak bingung"

Saat Diza hendak berbalik badan dan berpamitan kepada Adrian yang masih menunggu disana, Gio menarik tangan gadis itu dan langsung membawanya pergi begitu saja. Bodo amat dengan Adrian yang akan kebingungan dan menunggu sampai pagi disini, memang itu urusan Gio.

"Bisa gak kalau apa-apa gak usah tarik-tarikan gitu, sakit tau ga!"
Omel Diza saat mereka sudah berhenti di parkiran SMA Gempita.

Bukannya merasa bersalah Gio malah sudah ngacir masuk ke dalam mobilnya, bahkan laki-laki itu juga sudah menyalakan mesin mobilnya itu.

Tinn
Tinn

"Mau masuk apa gue tabrak?"
Ujar Gio mengeluarkan kepalanya lewat kaca mobil.

"Iya bawel!"

Dengan setengah kesabarannya Diza masuk ke dalam mobil Gio dan menutup pintu mobil itu lumayan keras hingga membuat Gio menoleh kearah gadis itu.

"Mobil gue mahal"
Ujar Gio memperingatkan.

"Katanya kaya, ya beli lagi lah. Kok repot"
Jawab Diza santai.

"Mulut lo juga bisa gue beli, biar gak bawel!"
Ujar Gio kesal.

"Mulut lo juga bisa gue beli, terus gue ganti pakai mulut kuda. Biar gak bisu!"
Jawan gadis itu lagi.

Gio memilih untuk menjalankan mobilnya saja daripada meladeni Diza yang bahkan sampai 1000 abad pun tidak akan berakhir, otak dan mulut gadis itu memang sangat cepat bekerja dalam hitungan detik sudah dapat mengeluarkan kata-kata yang bisa  membuat orang naik pitam.
































☆☆☆☆

GiofadizaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang