Pelukan

500 31 0
                                    

Selamat membaca!!!
.
.
.
.
.
.
.
"Lemes amat Yo"
Ujar Reyhan sambil menyenggol pelan bahu laki-laki itu.

Mereka berlima sekarang sedang duduk di kursi yang terdapat di depan kelas mereka sambil menunggu bel masuk berbunyi, Gio terlihat lebih pendiam dari biasanya entah laki-laki itu sedang tidak enak badan atau memang mood nya yang sedang berantakan.

Bahkan perkataan dari Reyhan sama sekali tak digubrisnya, Gio masih sibuk memijat pelipisnya dari tadi. Jujur saja, sejak saat Gio bangun tidur kepalanya terasa berat dan pusing tapi suhu badannya normal, jadi Gio berpikir tidak masalah jika dia berangkat ke sekolah. Namun ternyata dia salah. Malahan semakin lama kepalanya semakin terasa sakit.

"Lagian jadi orang rajin amat Yo, lo kan udah pinter kalau sakit ya gak usah sekolah Yo. Nih ya kita jadi orang kalau melakukan sesuatu itu harus balance gitu, kalau udah pinter ya jangan jadi rajin. Sesuatu kalau berlebihan itu gak baik brother" ujar Carlos sambil menepuk-nepuk bahu Gio.

"Emang lo tu otak setan, orang rajin lo tuntun ke jalan kegelapan!"
Jawab Gerald kemudian mengetuk kepala Carlos yang kosong melompong itu.

"Gak papa otak setan asalkan wajah malaikat" Ujar Carlos PD, hingga membuat Aksa jadi membekap mulut laki-laki itu dengan tisu bekas ditangannya.

"Anjir bekas apaan tuh tisu!" Tanya Carlos kemudian mengusap-usap mulutnya dengan punggung tangannya.

"Jigong gue, kenapa? Wangi kok"
Balas Aksa santai.

"Jigong lo bau bensin" Ujar Carlos membuat mereka semua tertawa tak terkecuali Gio.

"Lo kalau sakit ke UKS aja Yo nanti kita laporin" saran Reyhan, namun ditolak oleh laki-laki itu.

"Gue sehat"
Ujar Gio, kemudian Gio pamit untuk masuk ke dalam kelas dan beristirahat sebentar sebelum jam pelajaran dimulai, mungkin dengan begitu kepalanya akan sedikit membaik. Semoga saja.

Diza berjalan dengan tergesa-gesa di koridor sekolahnya, tujuannya saat ini adalah toilet. Dari tadi pada saat jam pelajaran gadis itu berusaha untuk menahan pergi ke kamar mandi karena dia ingin buang air kecil. Karena Diza pikir tanggung sekali jika dia izin ke kamar mandi padahal jam istirahat tinggal beberapa menit lagi.

Namun karena sudah berada di ujung dan dia benar-benar tidak bisa menahan lagi jadi terpaksa Diza harus izin ke toilet jika dia tidak mau mengompol di kelas nantinya.

"Gila lega banget"
Ujar Diza setelah keluar dari toilet dan berdiri di depan wastafel.

Dia kemudian mencuci tangannya di kran wastafel lalu membenarkan tatanan rambutnya yang sedikit berantakan sambil berkaca pada cermin yang ada di hadapannya.

Setelah selesai Diza lalu membuang tisu yang tadi sempat dia gunakan untuk mengeringkan kedua tangannya pada tempat sampah disamping wastafel, dan sekarang barulah Diza pergi keluar dari toilet untuk menyusul teman-temannya di kelas karena bel istirahat sebentar lagi akan berbunyi.

Namun saat Diza baru saja keluar dari toilet dan hendak berjalan menuju kembali ke kelasnya, di depan sana dia melihat Gio sedang berjalan sendirian dan sepertinya sedang menuju ke toilet. Karena memang toilet siswa laki-laki dan perempuan itu bersebelahan, tapi yang membuat Diza merasa aneh yaitu, karena Gio berjalan sempoyongan sambil memegangi kepalanya dari tadi.

Ada apa dengan laki-laki itu? Apa iya dia mabuk?

Karena penasaran akhirnya Diza pun berjalan menghampiri laki-laki itu dan saat Diza sudah berada di hadapan Gio tiba-tiba saja badan laki-laki itu ambruk ke depan, untungnya kerja otak Diza cepat jadi dia dengan sigap menahan tubuh Gio agar tidak jatuh ke lantai.

Diza menahan tubuh Gio dengan cara mendekap tubuh laki-laki itu dalam pelukannya karena jika menahan dengan kedua tangannya tentu Diza tidak akan sanggup.

"Gio"

"Gio bangun Gio"
Ujar Diza panik sambil menepuk pelan pundak Gio, namun laki-laki itu tidak merespon apapun.

Karena takut terjadi apa-apa dengan Gio, Diza kemudian menegakkan kembali tubuh Gio dan melingkarkan tangan kanan Gio pada lehernya, lalu Diza membopong tubuh laki-laki itu untuk dibawa ke UKS.

«««

Kini Gio sudah terbaring diatas brankar UKS, untungnya pada saat Diza membawa Gio ke UKS ada siswi yang sedang bertugas menjaga UKS jadi dia tidak kesulitan untuk menaikkan Gio keatas brankar, dan sekarang Diza sedang mencoba menyadarkan laki-laki itu dengan cara menggunakan minyak kayu putih yang didekatkan dengan hidung Gio agar Gio bisa menghirup aroma minyak itu.

Jujur saja sebenarnya Diza juga tidak tahu apakah ini akan berhasil, karena dia tidak pernah menangani orang pingsan sebelumnya. Tapi dari hasil penelitian dari film-film yang dia tonton sih cara ini sangat mujarab.

Diza terkejut saat perlahan-lahan mata Gio mulai terbuka sedikit-demi sedikit, hebat ternyata cara ini boleh juga dicoba. Diza kemudian menaruh minyak kayu putih itu di meja yang berada di sebelah brankar karena hendak mengambilkan Gio segelas air. Namun belum sempat Diza bangkit dari duduknya Gio tiba-tiba saja sudah bangun dan menarik tubuh Diza lalu memeluk gadis itu sangat erat.

Saat itu juga otak Diza tiba-tiba saja bekerja sangat lambat untuk mencerna apa yang terjadi, detakan jantungnya berpacu dua kali lebih cepat. Badannya menegang, dan dia sangat sulit sekali untuk bernafas normal seperti biasanya.

Ada apa ini?

"Mama....."
Ujar Gio pelan dan masih belum melepas pelukannya pada gadis itu.

Karena mendengar Gio menyebutkan mamanya, Diza kemudian tersadar dan kerja otaknya langsung kembali normal.

"Gue bukan mama lo Gio"
Jawab Diza polos.

Saat mendengar suara gadis yang sangat dia kenali buru-buru Gio melepaskannya pelukannya itu dan kembali mengontrol wajahnya untuk menampilkan ekspresi datar seperti biasanya dan berlagak layaknya tidak terjadi apa-apa.

"Tapi kalau lo mau peluk gue lagi juga gak papa kok, gue ijinin"
Ujar Diza sambil menaikkan turunkan alisnya menggoda laki-laki dihadapannya ini.

"Gak"
Jawab Gio menolak.

"Yakin? Kayaknya lo nyaman-nyaman aja meluk gue"

Mendengar penuturan gadis itu Gio langsung saja memberikan tatapan mematikannya pada Diza, "iya iya becanda, galak amat sih lo" ujar Diza.

"Lo kenapa? Pusing? Atau gimana?"
Tanya Diza.

"Gak, sana pergi!"
Usir Gio.

"Lagi sakit juga, masih aja gengsi. Udah buruan bilang sakit apa nanti gue ambilin obatnya"

"Gue bisa sendiri"

Jengah akan sikap gengsi Gio, Diza lantas bangkit dari duduknya dan berjalan menuju ke lemari tempat penyimpanan obat-obatan. Gadis itu memutuskan untuk memberi Gio obat pusing saja karena tadi Diza sempat menyentuh kening Gio untuk mengecek suhunya namun sepertinya laki-laki itu tidak demam.

Setelah mendapatkan obat dan juga segelas air, Diza menaruh itu di meja yang berada tepat disamping brankar agar Gio tidak kesulitan.

"Tuh udah gue ambilin, lo minum aja sendiri. Gue tinggal kalau gitu"
Ujar Diza kemudian dia berjalan untuk keluar dari UKS.

"Makasih"
Balas Gio membuat Diza sekilas menolehkan kepalanya kebelakang, lalu gadis itu kembali melanjutkan langkahnya untuk keluar dari UKS dan membiarkan Gio beristirahat.






















☆☆☆☆

GiofadizaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang