Adrian dan Friska

500 30 2
                                    

Selamat membaca!!!
.
.
.
.
.
.
.

Kini Diza dengan ketiga sahabatnya ditambah Gio sedang berada di dalam UKS, setelah mengobati luka pada telapak tangan Diza semua yang berada disana sekarang sedang menonton Berlin yang tengah mengomeli Rama sambil mengobati luka di wajah laki-laki itu.

"Apa-apa berantem, apa-apa berantem emang dasar cowok!"

"Gak bisa apa ngomong baik-baik? Entar kalau mati baru mampus!"
Ujar Berlin garang sambil menekan luka di wajah Rama dengan kapas yang ada ditangannya.

"Shhh pelan-pelan Ber, sakit tau gak"
Ujar Rama sambil meringis kesakitan, bukannya merasa bersalah Berlin malah semakin menekan luka Rama "awwww"

"Iya-iya gak lagi-lagi deh kapok gue diomelin sama lo" jawab Rama pasrah.

Gio lantas bangkit dari sofa dan berjalan keluar dari UKS, lagipula kenapa dia harus berdiam diri disana jika tidak ada sesuatu yang penting. Melihat Gio pergi Diza juga ikut bangkit dari duduknya dan menyusul Gio keluar.

"Gio tunggu!!!"
Panggil Diza sambil berlari kearah laki-laki itu.

"Belajar dengerin omongan orang deh, lagian disuruh tunggu masih aja terus jalan" ujar Diza saat sudah berjalan berdampingan dengan Gio.

Seperti biasanya jika Diza mengajak bicara Gio laki-laki itu tidak menjawab tidak juga menoleh, Diza lantas mengeluarkan ponsel dari dalam sakunya dan memperlihatkan sesuatu pada Gio yang tertera pada layar ponselnya.

"Nonton teater yukk"
Ajak Diza.

"Males"
Jawab Gio singkat.

"Ayo dong gue pengen banget tauuuu"

"Lo punya temen kan?"
Jawab Gio lagi.

"Berlin sibuk, Sila mau ke rumah neneknya terus Lara harus bantuin mamanya, jadi tinggal lo temen gue"
Ujar Diza menjelaskan.

"Gue bukan temen lo"

"Apa dong? Pacar gue?"
Balas Diza sambil menggoda Gio.

Gio kemudian berhenti melangkah dan memutar badannya ke samping untuk menghadap penuh pada Diza, lalu dia menyentil pelan kening gadis itu "mimpi" ujar Gio kemudian dia kembali melangkahkan kakinya.

Tak mau menyerah Diza kemudian kembali mengejar laki-laki itu "oke pulang sekolah kita nonton, deal? Sip, deal!" Kata gadis itu dan langsung pergi tanpa mau mendengar penolakan dari Gio.

«««

Sesuai perkataan Diza tadi untuk mengajak Gio menonton, kini gadis itu sudah duduk manis di depan kelas Gio dan menunggu laki-laki itu keluar kelas. Namun saat Gio sudah keluar kelas dia malah melewati Diza begitu saja, bahkan menoleh saja tidak.

Tanpa berpikir panjang lagi Diza segera bangkit dari duduknya dan berlari menyusul Gio di depan.

"Mau kabur lo ya?"
Tuduh Diza.

"Gue.udah.bilang.gak"
Ujar Gio sambil menekan setiap kata yang dia ucapkan.

"Dan.gue.gak.nerima.penolakan"
Jawab Diza menirukan nada bicara laki-laki disampingnya.

"Batu"
Ujar Gio.

"Es"
Balas Diza tak mau kalah.

Kali ini Gio menyerah untuk melawan Diza, pada akhirnya sampai kapanpun Diza yang akan menang. Gadis itu punya 1001 jawaban di otaknya untuk melawan semua perkataan Gio.

Dan sekarang mereka sudah berada di parkiran sekolah, Diza terus mengikuti Gio menuju ke tempat mobil laki-laki itu terparkir. Diza membuka pintu penumpang yang berada di depan, namun saat Diza ingin masuk ke dalam mobil dia mengurungkan niatnya ketika melihat laki-laki yang dia kenal tengah berdiri di gerbang depan.

Melihat itu Diza kembali menutup pintu mobil dan berlari ke gerbang depan.

"Adrian!!"
Seru Diza saat sudah berada di samping Adrian, laki-laki yang tadi dia lihat.

"Diza"
Sapa balik Adrian.

"Lo kenapa ada disini?"
Tanya Diza

"Sepupu gue minta di jemput, jadi gue kesini deh. Lo sendiri belum pulang?"

"Oh ini gue mau pulang"

"Lo pulang di jemput?"

"Gue sama..."

Tinn!!!!
Tinn!!!

Diza dan Adrian sama-sama terkejut kala mobil yang berada tepat dibelakang tubuh Diza mengklakson secara tiba-tiba, bukan hanya mereka berdua tapi beberapa murid yang lain juga sama terkejutnya seperti mereka.

Diza lantas menoleh kebelakang dan melihat siapa pelakunya, ternyata itu adalah ulah Gio. Cowok edan!

"Sorry Adrian gue gak bisa lama-lama supir gue galak"
Ujar Diza sampai membuat Adrian terkekeh geli.

"Oke santai-santai"

"Kalau gitu gue balik ya, bye Riann!!"

Diza kemudian berjalan menuju kearah mobil Gio dan masuk ke dalam "galak banget sih pak" ujar Diza namun tidak dipedulikan oleh Gio, laki-laki itu kemudian menginjak gas dan menjalankan mobilnya.

Akhirnya mereka sampai di gedung teater, Diza karena saking semangatnya langsung keluar dari mobil dan meninggalkan Gio begitu saja. Diza berjalan terus tanpa memperdulikan Gio yang entah sudah menyusul atau tidak.

"Eh kita ketemu disini ternyata"
Saat mendengar suara seseorang di sampingnya Diza lantas menoleh dan melihat Friska dengan ke-empat dayang-dayangnya berdiri disana.

Diza lalu melipat kedua tangannya di depan dada "kenapa emang?" Tanya Diza.

"Ya gak papa sih, sendiri aja nih. Apa jangan-jangan ngajak Gio tapi ditolak? Yahhh kasian banget sih" ujar Friska lalu tertawa.

Diza memutar bola matanya malas, dasar cewek sok tau!

"Penting banget emang lo harus tau?"
Jawab Diza.

Saat Friska hendak menjawab perkataan dari Diza tiba-tiba saja Gio datang dan berdiri disamping Diza, membuat Friska dengan segera merapikan rambutnya dengan gaya centil khasnya itu.

Malah ngerapihin rambut, rapihin tuh mulut!

"Hay Giooo" sapa Friska sambil tersenyum malu, dan jujur membuat Diza menjadi mual tiba-tiba.

"Emang bener ya kata orang, kalau jodoh itu gak bakal kemana. Buktinya kita ketemu disini"

Apa? Apa tadi yang Friska katakan?

Jodoh?

Mimpi kalau kata Gio!

"Yah kasian gak direspon" ujar Diza pelan namun masih bisa didengar oleh Friska.

Friska yang sudah terbakar emosi kemudian maju selangkah lebih dekat dengan Diza dan langsung mendorong dengan keras bahu Diza hingga gadis itu kehilangan keseimbangan, namun dengan sigap Gio menahan kedua pinggang Diza agar gadis itu tidak terjatuh. Dan itu semakin membuat kadar keemosian Friska bertambah.

Setelah itu Gio memegang pergelangan tangan Diza dan membawa gadis itu pergi dari sini, saat jaraknya dengan Friska belum jauh Diza menoleh ke belakang dan menjulur lidahnya pada Friska berniat mengejek gadis itu. Friska lantas mengepalkan kedua tangannya emosi dan menghentak-hentakkan kakinya dengan keras.

"Malu-maluin"
Ujar Gio tiba-tiba.

"Dia dulu yang mulai"
Jawab Diza membela diri.

Kini mereka berdua sampai di tempat pemesanan tiket, disini ramai sekali bahkan mereka sampai berdesakan dengan orang lain. Tak jarang Diza tersenggol bahunya oleh orang yang lewat bahkan hingga hampir jatuh kalau dia tidak sigap menahan diri.

Melihat itu Gio lantas melingkarkan tangannya untuk memeluk pinggang kiri Diza, kemudian Gio membawa gadis itu agar lebih menempel pada tubuhnya. Diza menoleh pada laki-laki disampingnya yang fokus menatap ke depan, tanpa melepas lilitan tangannya pada pinggang Diza mereka menunggu giliran untuk membeli tiket. Malahan Gio semakin erat memeluk pinggang gadis itu agar Diza tidak terjatuh akibat tersenggol orang yang berlalu lalang.





















☆☆☆☆

GiofadizaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang