Curiga

501 30 0
                                    

Selamat membaca<3
.
.
.
.
.
.
.

"Dimana-mana pr itu dikerjainnya di rumah bukan di sekolah"
Omel Sila kepada Carlos dan Juga Gerald yang sedang sibuk menulis.

Kini Diza beserta teman-temannya sedang berada di kelas Carlos. Tadi Gerald menghubungi Lara, meminta gadis itu untuk datang kemari karena ingin mencontek tugas matematika. Pasalnya dari tadi mereka berdua menunggu Gio namun laki-laki itu belum juga datang.

Aksa dan juga Reyhan?

Dua dedemit itu sudah ngacir ke kantin dan berkata akan mengerjakan nanti saja. Sudah otak setengah-setengah, malah malas-malasan.

"Yeee kayak gak pernah aja lo ngerjain pr di sekolah"
Sarkas Gerald.

"Sila sayang, kan sekolah itu rumah kedua. Jadi nggak salah dong kalau ngerjain pr di rumah kedua"
Jawab Carlos, sambil terus fokus dengan buku dihadapannya.

"Sila sayang, bapakmu!"

"Kasar banget sih beb, sama pacar sendiri juga"
Lagi-lagi Carlos menggoda Sila, membuat gadis itu jadi emosi pagi-pagi begini.

"Gak sudi gue ya punya pacar modelan kentut bebek kayak lo gini!"

"Jangan gitu Sil, entar nelen ludah sendiri mampus lo"
Kini Berlin yang duduk disamping Lara ikut menimpali.

"Ya gampang, tinggal gue muntahin balik ludahnya"

Berbeda lagi dengan Diza, gadis itu memilih untuk duduk di depan kelas sendirian sambil menikmati udara pagi yang sangat menyejukkan. Kedua tangannya dia letakkan disamping kanan dan kirinya. Kakinya bergerak mengayun ke depan dan ke belakang secara beriringan. Matanya terpejam, hidungnya menghirup dalam-dalam udara diluar.

Ketenangan berakhir saat ada seseorang yang duduk disamping gadis itu, dan Diza langsung menyadari keberadaannya.

"Baru dateng?"
Tanya Diza pada laki-laki disebelahnya.

Laki-laki itu tak merubah pandangannya dan tetap fokus ke depan, "keliatannya?" Ujarnya.

Diza mendengus sebal mendengar jawaban laki-laki disebelahnya. "Yaelah kan basa basi gitu, bilang iya Diza. Apa susahnya sih"

"Susah, gue males ngomong"

Benar-benar Diza tidak habis pikir pada Gio, bisa-bisanya dia berkata lagi males ngomong padahal dia sedang melakukan hal tersebut. Dia pikir sedang apa dirinya barusan, ngerap? Ngerap juga salah satu hal yang bisa disebut bicara. Gio memang garing anaknya.

Cowok aneh, sifatnya berubah-ubah. Kemarin aja aku, kamu-an. Romantis pula. Eh hari ini balik lagi ke sifat awal. Laki-laki itu memang sulit ditebak. Dia berubah sesuai keinginannya sendiri. Dasar bunglon!

"Terserah lo deh"
Jawab Diza pasrah.

"Iya"
Kata Gio singkat. Pagi-pagi begini Diza sudah harus menghadapi Gio. Bisa kena penyakit mental dia gara-gara tidak siap dengan segala tingkah laku laki-laki itu.

Setelah lama saling diam, Gio memilih bangkit dari duduknya dan membenarkan tas yang dia sampirkan asal di bahu kanannya. Laki-laki itu berlalu masuk ke dalam kelas tanpa mengatakan apapun pada Diza yang benar-benar dibuat melongo karena sikapnya. Jangankan pamit, melirik saja tidak. Lihatlah betapa menyebalkannya laki-laki itu.

"Emang jelangkung! Seenggaknya bilang kek, gue masuk ya. Gitu doang juga gak papa. Ini main nyelonong aja. Emang anak gak sopan. Untung pacar gue" omel Diza saat melihat Gio telah masuk ke dalam kelasnya.

"Ngomel di depan gue coba"

Diza terkejut bukan main saat mendengar suara berat Gio yang tidak jauh dari tempat dia duduk. Apa ini hanya imajinasinya saja karena terlalu memikirkan Gio? Tapi bagaimana jika ini nyata, bisa mati Diza.

GiofadizaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang