Irene terbangun dengan kepala pusing. Ia mencoba bangkit dengan menahan pusing di kepalanya. Atensinya lalu teralihkan dengan suara decitan pintu. Dari balik pintu muncul Yoongi, satu tangannya membawa nampan dengan segelas susu putih di atasnya.
Yoongi melangkah mendekat, lalu bertanya, "Apa kamu sudah merasa lebih baik?"
Irene hanya bisa mengganggukkan kepalanya.
"Kepalamu masih pusing?"
Lagi, hanya anggukkan kepala yang menjadi jawaban.
"Ini minumlah. Susu hangat akan membuatmu sedikit lebih baik",
Irene mencoba memegangi gelas susu itu, tapi tenaganya tidak cukup kuat. Melihat itu lantas Yoongi mengangkat gelas itu lalu mengarahkan bibir gelas itu ke dekat bibir Irene. Ia membantunya untuk minum susu. Perlakuan Yoongi membuat Irene sedikit terkejut, tetapi ia berusaha untuk tidak menunjukkan keterkejutannya itu. Entah Yoongi mengetahuinya atau tidak, tetapi yang pasti ia terkejut karena tidak menyangka Yoongi akan membantunya sampai sejauh ini.
Yoongi meletakkan gelas itu kembali pada nampan di atas meja. Ia lalu duduk di pinggir ranjang, dan bertanya, "Apa kamu ingat yang terjadi semalam?"
"Saya tidak begitu mengingatnya", jawabnya.
"Semalam kamu mabuk karena minum anggur",
"Anggur? Minum anggur bisa mabuk?" Irene tidak mengerti, dia pernah minum minuman anggur sebelumnya tetapi tidak pernah mabuk.
"Ini berbeda, anggur ini murni. Kadar alkoholnya tinggi dan itu bisa membuatmu mabuk", jelas Yoongi. Irene menganggukkan kepalanya mengerti akan jawaban Yoongi.
" Apa kamu lapar?"
Sejujurnya Irene merasa lapar, tetapi jika ia mengatakan bahwa ia lapar pasti Yoongi akan sibuk menyiapkan makanan untuknya. Yang dengan kata lain, ia akan kembali merepotkan pemuda itu. Irene menolak tawaran Yoongi dengaan menggelengkan kepalanya.
"Sebaiknya Yoongi pulang saja, saya sudah tidak apa-apa", pinta Irene.
"Dan meninggalkanmu sendiri disini?" Tanyanya kepada Irene dengan sedikit nada khawatir.
Irene terdiam untuk beberapa saat. Dia tidak tahu bagaimana pertanyaan itu harus dijawab. Irene hanya berpikir bahwa Yoongi bukan siapa- siapa sampai pemuda itu masih tetap tinggal di rumahnya. Selain itu apa yang akan tetangganya pikirkan tentang dirinya yang membiarkan seorang pemuda asing masuk dan tinggal dalam waktu yang cukup lama di rumahnya.
"Tidak apa-apa. Saya sudah terbiasa sendirian."
Lalu raut wajah Yoongi berubah menjadi sedikit kesal setelah dua kalimat itu keluar dari mulut gadis di hadapannya. Ia lalu membalasnya, "Baiklah, jika itu maumu", dengan nada yang sedikit kurang bersahabat.
Setelah mengatakan itu Yoongi pergi meninggalkannya. Selang beberapa menit berikutnya terdengar suara pintu tertutup, disusul suara mesin mobil menyala. Suara mesin itu semakin lama dengan perlahan menghilang.
Irene tidak bisa mencerna hal yang baru saja terjadi. Terutama ketika Yoongi berkata seperti itu sebelum pergi dan tidak berpamitan untuk pulang.
Yoongi melajukan mobilnya menuju apartemennya. Ia tidak ingin pergi bekerja hari ini, suasana hatinya sedang buruk. Untungnya tadi pagi Yoongi sudah menelepon Lisa untuk izin tidak masuk kerja hari ini dengan alasan sakit.
Yoongi tidak tahu kenapa dia menjadi merasa kesal dengan ucapan Irene. Apa yang salah dengan dirinya? Mengapa dia merasa kesal saat Irene menolak bantuannya? Yoongi masih terduduk di dalam mobil merenungi serangkaian kejadian dan dialog yang sudah terlewati.
Kesendirian Irene merupakan hal biasa bagi gadis itu. Mengapa Yoongi berusaha mengusiknya? Gadis itu merasa biasa saja dengan kesendiriannya, atau mungkin, jika dia tidak sendirian meskipun sebentar saja gadis itu akan merasa itu bukan dirinya, bukan dunianya. Dia akan merasa asing dan menjadi tidak nyaman.
Akan tetapi selama ini jika Yoongi bertemu atau berbicara pada Irene, kesendirian gadis itu tidak nampak padanya. Ia hanya bisa melihat seorang gadis cantik sederhana dan pendiam sekaligus pekerja keras.
Yoongi memutuskan turun dari mobilnya lalu masuk ke gedung apartemen dan naik lift menuju lantai tujuh. Ia keluar dari lift dengan sisa tenaganya. Di depan pintu apartemennya didapatinya sebuah kotak berwarna cokelat dengan ukuran yang cukup besar. Ia mengangkat kotak itu yang ternyata ringan untuk diangkat. Tidak ada nama pengirim dan keterangan tempat asal pengirim di kotak itu. Hanya ada namanya tertulis di atasnya. Yoongi sedikit mengguncangnya. Ia tidak bisa menebak isinya, kemudian ia putuskan untuk membawa kotak itu bersamanya masuk ke dalam apartemen. Kotak itu diletakkan Yoongi diatas meja lalu ia tinggalkan disana sementara ia membersihkan diri.
Di dapur Irene tengah memasak sarapannya yang sudah terlewati. Seperti biasa hanya telur dadar dan nasi putih hangat. Meskipun sederhana, menu ini sudah menjadi sarapan favorit Irene. Ia suka rasa manis nasi yang dipadukan dengan rasa gurih khas telur dadar yang baru matang. Memberikan kenikmatan sendiri untuknya. Akan tetapi bukan berarti Irene akan menolak makanan lainnya yang lebih 'kaya' akan rasa, ia lebih kepada menyukai hal-hal yang harus dinikmatinya agar tidak terasa bosan dan berat.
Dalam kegiatan sarapannya, Irene tiba-tiba teringat dengan Yoongi. Irene mengingat perlakuan-perlakuan sederhana manis dari Yoongi. Dia menyukainya tetapi rasanya sungguh asing. Tetapi yang paling Irene ingat adalah kata-kata Yoongi sebelum pergi.
Baiklah , jika itu maumu
Apa yang Yoongi maksud dengan 'maumu'? Jika itu berarti kesendirian dia tidak pernah menginginkan itu. Irene hanya mengatakan kenyataannya, bahwa dia terbiasa sendirian dan itu memang benar. Dia tidak ingin menyangkal fakta itu. Tetapi di dalam hati 'maumu' yang sebenarnya Irene inginkan ialah kebalikan dari kesendirian yang dialaminya. Namun bibirnya kelu mengatakan apa yang hatinya itu inginkan. Ia tidak terbiasa. Jika dia mengutarakannya dia takut itu tidak akan terjadi dalam hidupnya dan justru hanya akan terus menjadi khayalan.
Gara-gara mabuk Irene tidak bisa bekerja di cafe. Ia merasa tidak enak pada Seokjin karena tidak masuk kerja tanpa kabar terlebih dahulu. Ia lalu mengambil handphonenya untuk menghubungi Seokjin.
"Halo..."
"Halo Irene, baru saja aku ingin menghubungimu. Kenapa kamu tidak masuk kerja?"
"Maaf, baru memberimu kabar, Seokjin-ssi. Aku sedang kurang enak badan jadi tidak bisa bekerja hari ini. Aku janji besok akan datang lebih awal. A-"
"Iya, iya Irene. Tidak apa-apa. Aku mengerti. Tidak perlu terlalu dipikirkan. Sebaiknya kamu istirahat sekarang"
"Iya, aku akan istirahat. Aku janji besok ma-"
"Istirahat sekarang. Aku tutup"
Seokjin langsung memutuskan panggilannya. Irene merasa lega karena Soekjin memahami kondisinya.
Irene lalu bergegas menyelesaikan sarapannya yang masih setengah jalan, kemudian mencuci peralatan makannya.
Irene berusaha untuk tidur, akan tetapi matanya tidak ingin bekerja sama. Pusing menambah penderitaan di tubuhnya. Dia ingin tidur agar pukulan di kepalanya itu boleh menghilang. Irene sudah meminum obat sebelumnya dan dia yakin ada kandungan parasetamol di dalamnya. Maka, seharusnya kantuk itu sudah menyerangnya sedari tadi atau bahkan harusnya dia sudah ada dalam dunia mimpi. Namun, obat itu tidak memberikan efek sama sekali sejak empat jam lalu dia mengonsumsinya.
Waktu menunjukkan bahwa hari sudah siang. Sayangnya cuaca tidak terasa cerah, karena Irene merasakan udara dingin yang menyelinap dari celah atas jendela menyapa kulitnya. Hujan akan turun.
Irene bangkit dari tidurnya, ia merasa semakin lemah. Tidak sebaik sebelum dirinya makan obat. Irene berjalan menuju dapur untuk mengambil air.
Setelah lega meminum air ketukan pintu tiba - tiba terdengar. Irene berjalan perlahan untuk mencapai pintu, dan ketukan itu makin keras terdengar. Irene tidak lagu memastikan siapa yang bertamu, ia langsung saja membuka pintu dan hilang kesadaran setelahnya.Up up up.... 🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY?
FanficMenjalani hidup yang tidak ingin kau jalani. Semuanya terasa berat sampai kau tak sanggup untuk menjalaninya. Berharap menemukan seseorang sebagai tempat untuk tertawa, menangis, bahkan melampiaskan kemarahanmu. Sampai kau tersadar bahwa semua orang...