Hening menyelimuti mereka. Suasana canggung sangat terasa atau hanya Irene yang beranggapan begitu?.
Ia bingung untuk memulai pembicaraan. Saat di cafe pun yang berbicara hanya Seokjin dan pemuda di sampingnya yang sekarang tengah fokus mengendarai mobil, sedangkan Irene hanya menjawab pertanyaan yang sesekali diajukan kepadanya.
Irene bingung mengapa dia berusaha mengajak pemuda di sampingnya ini berbicara? Irene tidak biasa untuk memulai pembicaraan dengan orang lain, bahkan dengan Seokjin. Apalagi pemuda yang baru ditemuinya kurang dari tiga jam lalu tersebut.
Sebenarnya Irene merasa tidak enak jika menolak tawaran pemuda ini, tapi dia juga ragu awalnya untuk menerima ajakannya. Kalau boleh jujur, Irene beranggapan bahwa pemuda ini bukanlah orang jahat meskipun dia sedikit dingin. Namun disinilah Irene, duduk di samping Yoongi menerima tawaran Yoongi untuk mengantarnya pulang ke rumah.
Irene...
"Irene..."
"Iya?" Irene sedikit terkejut, tiba-tiba dirasa sesuatu menyentuh pundaknya.
"Maaf, saya membuatmu terkejut. Saya hanya ingin bertanya rumahmu yang mana?"
Betapa bodohnya Irene, dia terlalu kalut dengan pemikirannya yang sedari tadi tanpa memberitahukan alamatnya yang pasti Yoongi tidak tahu. Irene pun melihat ke luar jendela.
Tunggu dulu..., sepertinya daerah ini bukan daerah tempatnya tinggal. Irene merasa asing dengan rumah-rumah yang mereka lalui. Semakin lama diamati memang ini bukanlah daerah tempatnya tinggal atau bisa dikatakan Irene tidak tahu kemana Yoongi membawanya.
Lama tidak dijawab, Yoongi pun melirik Irene sesekali sambil fokus mengendarai mobil. "Ada apa, Irene?"
"Mmm... i-i-itu..." Irene berusaha memberanikan diri untuk mengeluarkan suaranya. Dia mulai membayangkan Yoongi yang akan membawanya pergi entah kemana, lalu dia akan dijual atau dia akan....
Pemikiran negatif Irene berkeliaran sambil menatap Yoongi takut, tetapi pemuda itu belum menyadarinya sampai Yoongi menangkap sorot mata Irene. "Irene?"
Tidak ada jawaban dari Irene, malah punggungnya semakin menempel pada pintu mobil sambil menatap Yoongi was-was. Gelagat yang aneh menurut Yoongi dia pun bertanya lagi tetapi kali ini sambil mencoba meraih tangan Irene. "Irene ada apa??"
"Jangan sentuh saya!" Irene menjauhkan tangannya sebelum tangan Yoongi menyentuhnya.
"Apa yang Anda inginkan?"
"Anda ingin membawa saya pergi kemana? Anda akan menyiksa saya, atau mau menjual saya?. Apa yang Anda mau lakukan?"
Dahi Yoongi berkerut bingung akan arah pembicaraan Irene yang tiba-tiba menurutnya sangat tidak masuk akal. Kemudian Yoongi memberhentikan laju mobilnya di pinggir jalan. "Apa maksudmu? Saya hanya ingin mengantarkanmu pulang. Saya tidak punya maksud lain."
Mendengar penuturan Yoongi membuat Irene sadar, tidak mungkin penculik akan menanyakan alamat rumahmu kan? Untuk memastikan, dia mulai tenang dan bertanya lagi. "Kalau begitu, kemana kamu mau membawa saya?"
"Apa?" Yoongi semakin bingung dan terlihat mulai berpikir.
"Tunggu dulu. Saya akan coba luruskan ini. Mengapa kamu bertanya seperti itu? Jelas tadi saya katakan. Saya...hanya... mengantarkanmu... pulang. Hanya itu."
Setelah mendengar jawaban Yoongi yang penuh penekanan itu Irene pun mulai berpikir. Berarti mereka mungkin salah jalan atau tersesat entah dimana, karena Yoongi tidak tahu persis dimana Irene tinggal dan juga mungkin karena dia yang sebelumnya sibuk dengan pemikirannya sendiri sehingga tidak memperhatikan jalan dan memberikan arahan kepada Yoongi dimana tempat tinggalnya. Menyadari kebodohannya Irene pun merasa sangat malu. Ia sudah salah besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY?
FanfictionMenjalani hidup yang tidak ingin kau jalani. Semuanya terasa berat sampai kau tak sanggup untuk menjalaninya. Berharap menemukan seseorang sebagai tempat untuk tertawa, menangis, bahkan melampiaskan kemarahanmu. Sampai kau tersadar bahwa semua orang...
