Second : First Meet

262 41 12
                                        

Irene berjalan menyusuri trotoar sambil sedikit mengayunkan keranjang yang digengggamnya. Menyusuri jalanan sambil menikmati angin malam yang cukup dingin, membuat Irene sedikit merapatkan jaket yang dikenakannya. Selama perjalanannya ia mulai memikirkan kira-kira apa yang harus dimasaknya untuk makan malam. Irene tidak terlalu mempedulikan pemuda yang sebelumnya ia tunggu. 

"Permisi, saya pesan secangkir espresso."

"Selamat datang", sapa Seokjin sambil berbalik. Ia lalu terkejut melihat pemuda yang sedari tadi ditunggu sekarang berdiri dihadapannya. Seokjin pun melihat jam yang melilit tangannya.

Pukul 6.52

"Apa ada masalah?", tanya pemuda yang ada di hadapan Seokjin. 

"Oh, maafkan saya. Tidak.. tidak ada masalah." 

Seokjin pun mulai meracik espresso dan sesekali melirik pemuda tersebut. Rasa penasarannya mendorong Seokjin untuk memulai pembicaraan kepada pemuda itu. "Tidak biasanya Anda datang di jam segini." Merasa diajak berbicara, pemuda tersebut menoleh kepada Seokjin. "Hmmm..., saya cukup sibuk hari ini." Seokjin pun mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Nama saya Soekjin. Kalau Anda tidak keberatan, boleh saya tahu nama Anda?"

"Nama saya Yoongi.."

Lalu Soekjin mengulurkan tangannya yang disambut oleh Yoongi. "Senang berkenalan denganmu, Yoongi." Yoongi pun tersenyum tipis.

"Ini pesanannya. Apa ada lagi, Yoongi?"

Mata Yoongi beralih melihat etalase yang didalamnya berjajar berbagai macam kue. Seokjin pun memperhatikan arah mata Yoongi dan wajah Yoongi secara bergantian.

"Saya minta ini lima."

Seokjin tersenyum lebar saat melihat jari Yoongi menunjuk kue buatan Irene. "Baiklah, akan saya antarkan ke meja. Silahkan duduk, Yoongi."

Lalu Yoongi duduk di sebuah meja dekat kaca cafe tersebut sambil memandang keluar.

"Ini pesananmu, Yoongi. Selamat menikmati."

"Terima kasih."

Atensi Yoongi mengamati kendaraan yang berlalu lalang di jalanan dan sesekali berhenti tatkala lampu merah menyala. Seketika guntur terdengar yang membuyarkan lamunan Yoongi dan secara tidak sadar matanya tertuju ke atas. Langit mulai diselimuti hitamnya awan yang mulai bergerak menyatu bersama dengan angin yang bertiup. Hujan.

Lonceng cafe berbunyi bersamaan dengan seorang gadis yang keadaannya hampir setengah basah. 

"Oh... Irene?" 

Irene dengan nafas memburu memasuki cafe. Seokjin pun menghampiri Irene yang masih mengatur napasnya sambil menunduk dan menopang kedua tangannya di atas lutut.

"Ada apa Irene?" Nada bicara Seokjin terdengar khawatir melihat Irene yang habis berlari. "Apa kamu berlari kesini? Saat hujan?"

Napas Irene perlahan-lahan normal, kemudian menatap Seokjin yang sedari tadi melemparinya dengan pertanyaan. "Hosh.. aku.... melupakan sesuatu... "

"Apa?"

"Handphoneku."

"Handphone?"

"Iya, tadi aku mengisi daya handphoneku selagi menunggu. Aku baru sadar handphoneku tidak ada saat aku di rumah."

Seokjin pun mengambil handphone Irene yang berada di dekat mesin kasir dan memberikannya. "Maafkan aku. Aku tidak mengingatnya."

"Hmmm.. tak apa. Ini salahku."

"Apa kamu berlari dari rumah?"

Irene yang telah berfokus pada handphonenya tersadar oleh pertanyaan Seokjin. "Apa? Iya. "

WHY?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang