Irene berjalan menyusuri trotoar sambil sedikit mengayunkan keranjang yang digengggamnya. Menyusuri jalanan sambil menikmati angin malam yang cukup dingin, membuat Irene sedikit merapatkan jaket yang dikenakannya.
Kling... Kling...
"Permisi.., aku pesan secangkir espresso."
"Selamat datang"
Seokjin pun berbalik dan terkejut melihat pemuda yang sedari tadi ditunggu sekarang berdiri dihadapannya. Seokjin pun melihat jam yang melilit tangannya.
Pukul 6.52
"Apa ada masalah?"
"Oh.. maafkan saya. Tidak.. tidak ada masalah."
Seokjin pun mulai meracik espresso dan sesekali melirik pemuda tersebut. Rasa penasarannya mendorong Seokjin untuk memulai pembicaraan kepada pemuda itu.
"Tidak biasanya Anda datang di jam segini."
Merasa diajak berbicara, pemuda tersebut menoleh kepada Seokjin.
"Hmmm.... saya cukup sibuk hari ini."
Seokjin pun mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Nama saya Soekjin. Kalau Anda tidak keberatan, boleh saya tahu nama Anda?"
"Nama saya Yoongi.."
Lalu Soekjin mengulurkan tangannya yang disambut oleh Yoongi.
"Senang berkenalan denganmu, Yoongi."
Yoongi pun tersenyum tipis.
"Ini pesanannya. Apa ada lagi, Yoongi?"
Mata Yoongi beralih melihat etalase yang didalamnya berjajar berbagai macam kue. Seokjin pun memperhatikan arah mata Yoongi dan wajah Yoongi secara bergantian.
"Saya minta ini lima."
Seokjin tersenyum lebar saat melihat jari Yoongi menunjuk kue buatan Irene.
"Baiklah, akan saya antarkan ke meja. Silahkan duduk, Yoongi."
Lalu Yoongi duduk di sebuah meja dekat kaca cafe tersebut sambil memandang keluar.
"Ini pesananmu, Yoongi. Selamat menikmati."
"Terima kasih."
Atensi Yoongi mengamati kendaraan yang berlalu lalang di jalanan dan sesekali berhenti tatkala lampu merah menyala. Seketika guntur terdengar yang membuyarkan lamunan Yoongi dan secara tidak sadar matanya tertuju ke atas. Langit mulai diselimuti hitamnya awan yang mulai bergerak menyatu bersama dengan angin yang bertiup.
Hujan
Kling... Kling...
"Oh... Irene?"
Irene dengan nafas memburu memasuki cafe. Seokjin pun menghampiri Irene yang masih mengatur napasnya sambil menunduk dan menopang kedua tangannya di atas lutut.
"Ada apa Irene?"
Nada bicara Seokjin terdengar khawatir melihat Irene yang habis berlari."Apa kau berlari kesini? Saat hujan?"
Napas Irene perlahan-lahan normal, kemudian menatap Seokjin yang sedari tadi melemparinya dengan pertanyaan.
"Hosh..Aku.... lupa sesuatu... "
"Apa?"
"Handphoneku."
"Handphone?"
"Iya, tadi aku mengisi daya handphoneku selagi menunggu. Aku baru sadar handphoneku tidak ada saat aku di rumah."
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY?
FanfictionMenjalani hidup yang tidak ingin kau jalani. Semuanya terasa berat sampai kau tak sanggup untuk menjalaninya. Berharap menemukan seseorang sebagai tempat untuk tertawa, menangis, bahkan melampiaskan kemarahanmu. Sampai kau tersadar bahwa semua orang...