"T-T-Tunggu..."
Yoongi berhenti melangkah lalu berbalik menatap Irene. Ia diam disana menunggu Irene mengatakan sesuatu.
"A-aku takut... dengan.... Aaakkh..."
Suara petir menyambar kuat kembali terdengar, sontak membuat Irene menutup mata dan kedua telinganya. Irene tidak dapat menyelesaikan kata-katanya, karen rasa takut kembali menyelimutinya. Setelah itu hujan turun dengan sangat deras. Yoongi lantas menutup tirai kamar yang sebelumnya memperlihatkan indahnya langit malam. Namun sekarang tidak lagi, melihat hujan malam dengan situasi saat ini rasanya tidak tepat.
Yoongi lalu menghampiri Irene. Ia mendudukkan dirinya perlahan diatas ranjang menghadap Irene.
"Irene, tenanglah"
Selanjutnya dirasakan Irene bahwa kedua tangannya ditarik secara perlahan. Tangan itu kembali menggenggamnya membuatnya merasa sedikit tenang. Genggaman lembut itu memberikannya kenyamanan. Perasaan ini sudah lama tidak Irene rasakan sejak ayah, ibu, bahkan kakak yang disayanginya meninggalkan dirinya. Mereka semua meninggalkan Irene dan tidak pernah kembali ataupun memberi kabar.
"Tenanglah..", ucap Yoongi dengan ibu jari yang sesekali mengelus punggung tangan Irene.
"Saya disini, bersamamu"
Irene perlahan membuka matanya dan melihat Yoongi. Jarak mereka cukup dekat. Irene memberanikab diri untuk menatap mata Yoongi. Dari sorot mata itu juga seolah mengatakan agar dirinya tenang. Irene tenggelam dalam mata itu. Ia bahkan tidak bisa melepaskan pandangannya sampai Yoongi mengulas senyum tipis di wajahnya.
Irene sedikit menurunkan pandangannya, melihat kedua tangannya diselimuti kehangatan kedua tangan Yoongi.
"A-a-ak-"
Irene berusaha bersuara untuk mengatakan sesuatu, tetapi Yoongi langsung memotong perkataannya.
"Ssst.... tidak apa-apa. Kamu tidak perlu bicara sekarang. Sebaiknya kamu istirahat,"
Yoongi melepaskan genggamannya membuat hati Irene sedikit kecewa. Yoongi pun turun dari ranjang lalu berlalu keluar setelah memastikan Irene sudah berbaring nyaman di ranjang.
Tok.. Tok... Tok..
Seorang pelayan dengan segera menuju pintu dan membukanya. Ia lalu mempersilahkan sang tamu untuk masuk.
"Apa Yoongi Oppa ada di rumah?" Tanyanya kepada pelayan tersebut.
"Tuan Yoongi tidak ada di rumah, Nona"
"Kalau bibi ada di rumah?"
"Ibu sedang ada di teras belakang. Mari saya antarkan",
Nyonya Min dipanggil ibu oleh semua pelayan dan pekerja di rumah keluarga Min, karena menurut Nyonya Min itu terdengar lebih dekat dan akrab. Nyonya Min tidak ingin ada kecanggungan antara dirinya dan para pekerja di rumahnya agar para pekerja merasa senang melakukan pekerjaannya tanpa adanya tekanan sehingga suasana rumah menjadi lebih nyaman.
"Terimakasih, sepertinya tidak perlu", ucap Wendy lembut.
Wendy melangkahkan kakinya menuju teras belakang rumah keluarga Min. Dilihatnya Nyonya Min sedang menyiram tanaman menggunakan selang air. Padahal ada pengurus taman, tetapi Nyonya Min masih saja mau repot-repot menyiram tanaman.
"Bibi..", sapa Wendy
"Oh.. Wendy", balas Nyonya Min dan sambil sesekali melihat Wendy dan tanaman yang tengah disiram dengan senyuman lebar di wajah.
Wendy menghampiri Nyonya Min yang juga menyudahi kegiatannya saat itu juga.
"Bibi rajin sekali"
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY?
FanfictionMenjalani hidup yang tidak ingin kau jalani. Semuanya terasa berat sampai kau tak sanggup untuk menjalaninya. Berharap menemukan seseorang sebagai tempat untuk tertawa, menangis, bahkan melampiaskan kemarahanmu. Sampai kau tersadar bahwa semua orang...