Eighth: Near

63 20 2
                                    

Irene..?

Apa benar didepanku ini Irene?

"Yoongi... syukurlah kamu sudah sadar," ucap Irene lega.

Yoongi menatap wajah Irene sedikit samar karena kepalanya yang masih pusing serta pandangannya yang belum fokus. Irene pun terus menatap Yoongi sampai suara Yoongi menyadarkan Irene, sehingga ia mengalihkan pandangannya 

"Bagaimana.. kamu bisa disini?"

Ia pun menatap Yoongi lalu menjawab, "Saya tadi melihat Yoongi hampir pingsan di depan gedung apartemen. Jadi, saya bantu untuk masuk ke apartemen"

"Kenapa kamu bisa ada di depan gedung apartemen ?" tanyanya lagi dengan suara sedikit serak.

"Kemarin, saya sudah janji akan datang kesini untuk mengambil seragam sekolah",

"Oh.. iya. Maaf saya lupa".

Setelah itu mereka kembali saling menatap, Irene lalu tersadar dengan tujuannya membangunkan Yoongi.

"Ini, saya membawa bubur. Sebaiknya dimakan dulu, lalu minum obat," ujar Irene sambil mengalihkan pandangannya pada nampan di atas meja.

Mendengar penuturan Irene, Yoongi pun bangkit dari tidurnya. Irene sigap membantu Yoongi untuk duduk dan bersandar. Irene rasakan nafas Yoongi masih memburu walaupun tidak seperti sebelumnya, tetapi terlihat bahwa keadaan Yoongi belum bisa dikatakan baik.

"Terima kasih"

Irene membalasnya dengan senyum tipis.

Tangan Irene mengambil mangkuk bubur dan ingin memberikannya kepada Yoongi. Namun saat hendak menyerahkannya, Yoongi berucap, "Bisa tolong suapi saya. Saya rasa tenaga saya tidak mampu untuk makan". Suaranya pelan namun masih bisa terdengar oleh Irene.

"Mmm... baiklah"

Irene tidak menganggap Yoongi mencari kesempatan kepada dirinya. Ia tahu Yoongi memang tidak memiliki tenaga, bahkan hanya untuk menyendokkan bubur ke dalam mulut.

Maka, tanpa pikir panjang Irene lalu meletakkan kursi tepat di samping ranjang dimana Yoongi duduk. Ia gugup sekali terlihat dari tangannya sedikit bergetar. Irene menenangkan dirinya dan mulai menyuapi Yoongi perlahan. Sendok demi sendok diberikannya sampai bubur di mangkuk tersisa sedikit, karena Yoongi bilang ia sudah kenyang. Setelah itu Yoongi meminum obatnya.

Irene merapikan mangkuk dan gelas di atas nampan. Kemudian ia duduk kembali di kursi, menghadap Yoongi.

"Yoongi.., ini handphone dan juga dompetmu,"

Irene menyerahkan kedua benda tersebut kepada Yoongi.

"Maafkan kelancangan saya.. karena sudah mengambil uang dari dompetmu. Saya tidak punya uang untuk membeli obatnya,"

Yoongi membuka dompetnya dan mendapati bahwa tidak banyak uang yang diambil Irene.

"Sa.. saya nanti akan menggantinya," tambah Irene dengan kepala tertunduk.

Yoongi tersenyum mendengar perkataan Irene. Rasanya salah jika Irene mengembalikan uangnya yang jelas-jelas digunakan untuk keperluan dirinya dan lagi pula Irene jujur padanya bahwa ia memakai uang miliknya.

Hal yang tidak Yoongi mengerti ialah kenapa ia harus tetap tinggal di apartemennya sekaligus merawatnya padahal ia bisa menghubungi Taehyung, setidaknya Irene tahu bahwa ada Taehyung sebagai sahabat Yoongi yang bisa menjaganya.
Jika pun ini dianggap sebagai balas budi atas pertolongannya, dia tidak pernah berharap untuk itu karena Yoongi benar-benar tulus untuk menolongnya. Namun untuk sekarang Yoongi tidak akan ambil pusing, dia bersyukur ada Irene yang membantunya.

WHY?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang