Malam menjelang, sekarang Irene tengah duduk di ruangan khusus pegawai sekedar untuk mengistirahatkan diri sejenak selagi cafe sudah tidak terlalu ramai. Ia sedikit menepuk bahunya yang terasa pegal dan juga meluruskan kedua kakinya. Rasanya setelah pulang kerja ini ia ingin cepat-cepat tidur di atas ranjangnya yang empuk itu.
Kantuk pun menyerang Irene, mungkin faktor kelelahan yang menyebabkannya. Ia mencoba untuk tidak tertidur, tapi tetap saja tubuhnya tidak merespon sesuai pikirannya.
"Irene.."
Suara Seokjin dari balik pintu menyadarkannya. Lantas ia pun segera melangkah menuju pintu lalu membukanya.
"Apa aku mengganggumu?."
Irene hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
"Bisa tolong bantu di bagian kasir. Sana sedang pergi ke toilet,"pintanya.
"Baiklah."
Irene bergegas mengikuti Seokjin lalu menuju meja kasir. Ternyata disana sudah ada seorang pemuda, sepertinya tengah menunggu untuk melakukan pembayaran.
"Maaf telah menunggu."
Irene kembali memeriksa jumlah total pembayarannya lalu menyebutkan jumlah pembayaraan yang harus dibayar pemuda itu. Pemuda itu memberikan sebuah kartu yang langsung diterima Irene. Setelah selesai melakukan transaksi pembayaran, Irene mengembalikan kartunya lalu berkata, "Terima kasih atas kunjungannya."
Setelah menyelesaikan transaksi pembayaran, pemuda di hadapannya itu tidak kunjung bergerak dan itu membuat Irene bertanya-tanya. Irene pun menatap pemuda itu yang sepertinya telah menatapnya sedari tadi.
"Apa ada masalah? Apa Anda mau memesan sesuatu untuk dibawa pulang?" Tanya Irene memastikan.
"Iya. Boleh tahu siapa namamu?"
Irene terkejut dengan pertanyaan pemuda di hadapannya ini. Apa itu sebuah pesanan yang ada di daftar menu? Irene hanya diam, ia bingung bagaimana meresponnya. Sejujurnya ia merasa tidak nyaman dengan pertanyaan itu. Ia tidak ingin memberitahukan namanya tapi juga tidak ingin membuat pemuda ini menjadi tidak enak hati.
"Maafkan aku, aku tidak bermaksud mengganggumu," ucap pemuda itu setelah menangkap gelagat Irene yang tidak nyaman atas pertanyaannya tadi.
"Aku akan pergi. Terima kasih," tambahnya lagi dan berlalu dari hadapan Irene. Pemuda itu keluar dari cafe menghampiri teman-temannya yang sudah menunggu di luar sedari tadi.
Irene menghembuskan nafasnya karena sejak pemuda itu tiba-tiba menanyakan namanya secara tidak sadar ia menahan nafasnya. Irene merasa lega, ia pikir pemuda itu akan memaksa jika ia tidak ingin memberitahukan namanya. Tapi ternyata ia salah sangka, pemuda itu mungkin hanya ingin berkenalan saja, tapi atas dasar apa. Memikirkannya membuat kepalanya jadi pusing dan hal itu tertangkap oleh perhatian Soekjin dan membuat pria itu melangkah mendekat.
"Ada apa?"
"Kepalaku sedikit pusing, tapi tidak apa-apa," ungkapnya. Setelah berkata seperti itu Irene segera melangkah meninggalkan Seokjin yang sepertinya ingin mengatakan sesuatu setelahnya, namun tidak jadi karena Irene berlalu cepat dari hadapannya.
Irene melarikan diri menuju dapur sebelum Seokjin memintanya untuk beristirahat nantinya. Irene tahu Seokjin akan mengatakan itu tadi ketika dilihatnya mulut Seokjin sudah siap mengatakan sesuatu. Mungkin tindakannya tidak sopan, tetapi Irene tidak mau Seokjin memberinya perhatian seperti itu. Ia harus terus bekerja sampai jam kerja usai, sama seperti pegawai lainnya, makanya ia putuskan untuk melarikan diri ke dapur mencari apa ada hal yang bisa dikerjakannya lagi.
Di sisi lain Seokjin hanya menghela napas melihat tingkah Irene. Gadis itu merasa pusing tetapi tetap memaksa untuk bekerja, padahal cafe sudah cukup sepi dan tinggal tiga jam lagi cafe akan tutup.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY?
FanfictionMenjalani hidup yang tidak ingin kau jalani. Semuanya terasa berat sampai kau tak sanggup untuk menjalaninya. Berharap menemukan seseorang sebagai tempat untuk tertawa, menangis, bahkan melampiaskan kemarahanmu. Sampai kau tersadar bahwa semua orang...