Liburan akhir semester pun tiba dan musim panas masih setia menemani. Banyak orang memanfaatkan waktu liburan ini untuk bertamasya, tapi tidak untuk Irene. Ia sekarang bekerja di cafe Seokjin untuk mengisi waktu liburannya. Untung saja hasil ujiannya bagus, kalau tidak ia harus ikut kelas tambahan musim panas.
Sebenarnya Seokjin lah yang menawari pekerjaan ini pada Irene. Awalnya Irene ingin menolaknya karena tidak enak terus menerima bantuan darinya, tetapi bukan Seokjin namanya jika ia tidak memaksa. Ia mengancam tidak akan memperbolehkan Irene untuk menitipkan kue lagi di cafenya. Lantas Irene langsung menerima pekerjaan ini dan hal itu membuat Seokjin tersenyum lebar saat itu.
"Irene, tolong antar ini ke meja nomor lima," pinta Seokjin sekembalinya Irene dari mengantar pesanan meja nomor dua.
Irene dengan segera mengantarnya.
"Pesanan Anda, selamat menikmati."
Irene cukup letih karena tidak berhenti berjalan kesana kemari. Hari ini satu pegawai mengambil cuti, kata Seokjin ia pergi berlibur ke pantai dengan kekasihnya. Seokjin mengizinkannya dan bahkan meminta pegawainya itu untuk membawakannya oleh-oleh.
"Kenapa Seokjin-ssi tidak pergi liburan juga?" tanya Irene ketika keduanya sedang berjalan menuju tempat parkir. Seokjin mengajak Irene pulang bersama namun sekali lagi Irene menolaknya tadi, tetapi Seokjin tidak menerima penolakan. Ia langsung mengambil tas yang Irene pegang saat itu dan membawanya pergi. Tasnya tidak akan kembali jika ia tidak menerima tawaran Seokjin, alhasil Irene pun menerima tawarannya.
"Tidak, aku terlalu sibuk. Lagipula dengan siapa aku pergi berlibur? Aku saja tidak punya pacar."
"Apa harus punya pacar dulu baru bisa liburan?" tanya Irene lagi.
"Ah ... ya tentu saja tidak," ucap Seokjin salah tingkah.
"Bagaimana denganmu?" tanya Seokjin balik.
Irene tidak menjawab langsung hanya menarik napas sebentar lalu menghembuskannya pelan kemudian menggelengkan kepalanya.
"Tidak. A-Aku, tidak akan liburan," jawabnya.
"Kenapa? Kamu bisa berlibur bersama teman-temanmu."
Irene terdiam. Ia tidak punya teman dan apakah Seokjin harus tahu jika ia tidak bisa berlibur karena memang tidak ada yang bisa diajak ataupun mengajaknya libur. Alhasil ia terpaksa berbohong dengan menjawab bahwa teman-temannya pergi berlibur bersama keluarga.
Keduanya pun sampai di tempat parkir dan Seokjin meminta Irene untuk segera masuk ke dalam mobil. Lalu kendaraan itu pun melaju meninggalkan tempatnya.
"Selamat datang, Tuan Muda."
Pemuda yang diberi salam hanya menganggukkan kepalanya sebagai balasan kepada pelayan rumah dan berlalu melangkah masuk ke dalam.
Matanya melihat arloji di tangannya.11.20
Yoongi sengaja pulang larut malam karena ingin menghindari ibunya. Ia tidak suka diinterogasi oleh Nyonya Min. Pernah satu kali Yoongi pergi berlibur dengan teman-teman satu angkatannya ke pantai untuk menghabiskan libur musim panas. Yoongi berpamitan kepada Nyonya Min dan mengatakan hanya akan pergi selama lima hari. Namun nyatanya mereka pergi selama delapan hari karena ada tambahan kegiatan yang dilakukan secara mendadak disana, sehingga ia diinterogasi Nyonya Min selama kurang lebih setengah jam sesaat setelah ia pulang ke rumah. Padahal saat itu umurnya sudah 21 tahun, tetapi ibunya masih overprotektif, memperlakukannya seperti anak kecil.
Meskipun begitu Yoongi bersyukur memiliki orang tua yang masih mau mempedulikannya dan menyayanginya, bahkan sampai mencarikan pendamping untuknya. Namun Yoongi pikir jika sampai mencari pendamping untuknya itu sudah kelewatan karena sekarang ia sudah cukup dewasa untuk menjalani hidupnya sendiri. Ia ingin mendapatkan pendamping hidupnya sendiri, yang memang membuatnya nyaman dan bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY?
FanfictionMenjalani hidup yang tidak ingin kau jalani. Semuanya terasa berat sampai kau tak sanggup untuk menjalaninya. Berharap menemukan seseorang sebagai tempat untuk tertawa, menangis, bahkan melampiaskan kemarahanmu. Sampai kau tersadar bahwa semua orang...