🐺 S e m b i l a n

5.8K 923 290
                                    

Mau nembak, semoga nggak ditolak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mau nembak, semoga nggak ditolak. Bismillah headshot! 😚🔫
-Haidar.

Ada yang menunggu bosgeng update???

Happy Reading! ❤

Tekan vote dulu kuy! ⭐

Tandai typo! ✔

Satu lagi, sehat selalu kalian semuaa 💕

Satu lagi, sehat selalu kalian semuaa 💕

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Merasakan sinar matahari yang mengintip lewat jendela, perlahan mata Kaella terbuka meski masih terasa berat. Tangannya menepuk-nepuk tempat kosong di tempat tidur, lalu mengernyit. Padahal sebelum pulas, Gabriel masih memeluk erat di sampingnya. Sekarang lelaki itu sudah tidak ada dalam pandangannya.

"Ega?" panggilnya serak khas suara orang baru bangun tidur, tak ada jawaban.

Dengan gerakan lambat cewek berambut hitam sebatas dada itu pun terduduk, melirik jam dinding yang baru menunjukkan pukul tujuh, lalu menghembuskan nafas lelah. Dia baru tidur tiga jam yang lalu ternyata. Inginnya sih balik lagi ke alam mimpi, tapi tidak melihat Gabriel ada di sekitarnya membuat cewek itu memilih untuk bangkit.

Sesaat mata Kaella menatap takjub ke sekeliling kamar. Pertanyaannya, apa yang telah ia lakukan bersama Gabriel sampai membuat sebuah ruangan berantakan dan layak dijuluki kapal pecah? Tetapi detik berikutnya bibir itu tertarik lebar. Tentu saja melakukan sesuatu yang menyenangkan. Gabriel dengan segala dominasinya tentu tidak mustahil untuk mengacak-acak semua yang mengganggu aktifitasnya.

Kaella mengitari villa yang lumayan luas itu untuk mencari sosok Gabriel, namun tetap tidak menemukan keberadaan cowok itu sehingga ia berniat untuk menelepon, tetapi kemudian hanya bisa mendesah karena dia ingat telah meninggalkan ponselnya di kamar.

Akhirnya gadis itu hanya duduk di balkon villa yang menghadap langsung ke hamparan perkebunan teh. Embun pagi masih menyamarkan pandangannya meskipun tidak terlalu tebal. Hawa sejuk menerpa kulit dan menembus kausnya yang tipis. Sejujurnya pemandangan ini amat memanjakan mata untuk ukuran orang metropolitan yang hari-harinya selalu dihadapkan dengan bangunan dan kemacetan. Tetapi Kaella tidak menyukai dingin. Lebih baik laut daripada gunung, pikirnya. Jadi tak berapa lama kemudian ia putuskan untuk kembali ke dalam.

In DangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang