🐺 S e p u l u h

3.6K 746 173
                                    


Sesi interview bersama pembaca budiman 🙌

🐣: Bagaimana pendapat anda tentang author yang suka ghosting pembacanya???

👭👬👫: ........

🐣: Apakah kalian sangat ingin menjedugkan kepala author yang kalo apdet sangat amat rajin sekali sampe lapaknya lumutan???

👫👬👭: ........

🐣: Kalau kalian ingin lambaikan tangan berjamaah menghadapi author ngeselin ini, mari silahkan disini!!!

👫👬👭: .........

🐣 : Tidak ada lapak untuk menghujat, yang gatal ingin menghujat silahkan ambil lakban di tempat masing-masing dan harap rapatkan sekujur tubuh kalian dengan lakban itu!!!

Happy Reading! ❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤ (banyakin love nya, biar gak ngambek)

Happy Reading! ❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤ (banyakin love nya, biar gak ngambek)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Duduk di kursi mobil sambil menggigiti kuku jarinya, kelakuan Kaella mau tak mau mengundang kerutan di dahi Gabriel. Padahal sejak tadi menaiki banyak wahana di Jungle Land senyuman cewek itu selalu berkembang ceria seolah tidak ada yang dipikirkan selain bersenang-senang. Lalu di sore yang hampir menjelang malam ini, Kaella terlihat gusar saat Gabriel menancap gas untuk mengantarkannya pulang.

"Kenapa?"

Kaella melirik dengan ekor matanya. "Enggak papa."

Sudah menjadi rahasia umum dibalik jawaban nggak papa versi cewek artinya adalah apa-apa.

"Masih lapar?"

"Kenyang, Ega." Lagipula mereka baru makan sebelum akhirnya memutuskan pulang.

Bukannya Gabriel tidak mau berpikir, tetapi cewek dan segala kebungkamannya yang selalu ingin dimengerti cowok adalah sesuatu yang tidak bisa ia tangani dengan baik. Jadi Gabriel memilih membiarkan sampai Kaella cerita sendiri apa yang mengganjal di pikiran perempuan itu.

Gemas melihat cewek di sampingnya tak kunjung berhenti menggigiti kuku, Gabriel meraih tangan Kaella lalu ia kecup lama punggung tangan itu. "Mau gue bantu gigit?" tanyanya, yang belum sempat Kaella jawab pun Gabriel sudah menggigit jari-jari itu meski tidak sampai membuat sakit.

"Ega."

"Hm?"

"Lo anter gue ke rumah Sera aja."

Gabriel menjauhkan tangan Kaella dari wajahnya. "Kenapa?"

"Di rumah ada Haidar. Dia pasti udah tau gue nggak ada di kamar."

Ternyata itu yang membuat Kaella daritadi kepikiran.

"Terus kenapa?"

Kaella mendengus. Dia tahu Gabriel tidak bodoh, tetapi cowok itu memang suka menguji kesabarannya. "Lo bisa bayangin apa yang bakal terjadi kalau Haidar lihat lo nganter gue pulang?" Kengerian yang daritadi ada dalam bayangan Kaella tentang perang dunia kembali berputar. Bahkan Kaella tidak tahu harus berbuat apa kalau-kalau nanti Haidar dan Gabriel adu jotos di depan matanya.

In DangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang