🐺 S e b e l a s

3.5K 720 226
                                    

 

Biasa, kalo abis ngilang lama apdet nya suka gercep. Biasalahh 🐣

Happy Reading! ❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤

Happy Reading! ❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

 

Bruk.

Haidar menaruh sekantung kresek putih berisi jeruk di nakas, di samping tray makanan rumah sakit yang isinya hanya tersentuh sedikit. Sepasang mata tegasnya mengamati seisi ruangan bercat putih itu, pada tetesan air di selang infus yang menetes perlahan, juga beberapa bingkisan makanan di sofa kecil dekat jendela, sepertinya bukan cuma dia saja pengunjung pasien istimewa ini. Haidar membuka kresek bawaannya dan mengambil satu jeruk dari sana, menyeret kursi besi dan mendudukinya. Lalu mengupas jeruk dalam diam.

Dengan tingkah seaneh itu, tentu saja ada yang terusik. Seseorang dengan baju pasien yang tengah terbaring sadar di brankar itu mengerutkan kening, tampak risih.

"Datang tiba-tiba sambil bawa buah terus dimakan sendiri, tanpa ngomong apapun. Lo sebenarnya niat jenguk gue apa enggak?" Sang pasien berujar sinis.

Haidar menghentikan kupasannya sebentar. "Gue kan ya, lagi mumet nih semalem. Tiba-tiba datang gitu aja ke rumah sakit," Haidar memasukkan sepotong jeruk ke mulutnya. "Kayaknya gue kangen elo, Gal."

Bibir tipis Galaksi mendecih. "Najis," balasnya lirih namun nyelekit. Mata tajam yang kini terlihat sedikit layu itu memejam malas. Sepertinya bos galak satu itu sedang enggan menerima tamu. Apalagi tamu itu makhluk tidak jelas seperti Haidar.

Haidar terkekeh masih menghabiskan jeruknya. "Tega lo najis-najisin gue."

"Yosa bilang lo nggak lulus."

Kunyahan Haidar berhenti. Yosa kampret.

"Katanya lo kabur pas UN biar sengaja enggak lulus. Bener?"

Haidar menggaruk belakang telinganya.

"Sengaja enggak lulus biar bisa seangkatan lagi sama gue?"

Haidar berdeham.

"Dan katanya lo bilang ke semua orang bahwa, bahkan kalau sampe tahun depan gue belum sadar pun, lo bakal ngelakuin hal yang sama."

Haidar meneguk ludah. Tidak membantah, tapi mau mengiyakan juga tak punya nyali. Kenyataannya dia memang berkata seperti itu dulu. "Eng, sebenarnya—"

"Tolol."

"Hm." Haidar mingkem. Ternyata menjenguk Galaksi adalah keputusan yang salah. Lihatlah, dia lagi dimarahi.

"Kalau gue mati, lo ngapain? Ikut mati? Nggak punya tujuan hidup lain?"

"Ada," Haidar cepat menjawab. Tetapi pendelikan Galaksi yang seolah berkata 'jangan nyela omongan gue' akhirnya membuat kepalanya tertunduk. Haidar sepertinya sedang dalam posisi kalau ngejawab bakal dibilangin ngelawan, kalau diam juga dihina nggak punya mulut.

In DangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang