🐺 Prolog

18K 2K 701
                                    

 
 

Klise. Kaella kesiangan. Ini hampir pukul tujuh dan ia tidak bisa membayangkan pengorbanannya harus ekstra sabar terjebak dalam kemacetan. Jakarta dan lalu lintas enggak pernah akur. Gadis dengan rambut hitam sedada itu buru-buru  mencomot roti milik Haidar yang sudah diolesi selai kacang lalu melahapnya. Padahal Haidar sudah mangap lebar-lebar untuk mendaratkan roti dua lapis itu ke mulutnya sendiri.

"Kampret!" adalah umpatan pertama yang Kaella dapatkan di pagi yang mepet.

"Kembali kampret," balas Kaella tak segan sambil memasang senyum ramah, mulutnya masih penuh dan buru-buru menelan roti lalu menggigit sisanya, matanya mengkilat menatap segelas susu di meja makan.

Melihat kemana arah bola mata sepupunya, Haidar segera melindungi minuman itu. "Awas aja ya lo rampas semua kebahagiaan gue di pagi hari ini!" peringatnya protektif.

Dengan mulut penuh Kaella mendengus pendek. Tidak mau berdebat lebih rempong lagi, ia memilih menuang air putih dan meneguknya sampai tandas satu gelas. "Gue sumpahin kuburan lo sempit sampe tanahnya mentok ke pantat lo," seru Kaella. Haidar melotot tak terima.

Kaella segera berlari keluar, namun belum ada dua langkah tubuhnya langsung terjerembab, nyusruk akibat kesandung kaki sendiri.

Haidar yang melihatnya sontak menyemburkan tawa geli. Sama sekali tak kepikiran buat kasihan apalagi menawarkan uluran tangan. "Tuhan maha adil. Do'a buruk akan berbalik pada yang mendo'akan."

"Bangke lo!" Kaella meringis ngilu pada lututnya. Namun tak ada waktu untuk mengasihani diri sendiri. Dia langsung bangkit dan melangkah buru-buru keluar.

Melihat sepupunya yang menghilang di balik pintu, Haidar cuma geleng-geleng. Paling bentar lagi juga balik.

"Haidaar!" Kepala Kaella nongol lagi.

Tuh kan.

"Anterin gue, dong. Mobil masih di bengkel, Sera udah nyampe sekolah, gue nggak mungkin naik kopaja dan membiarkan wangi parfum Victoria Secret yang elegan ini bercampur sama ibu-ibu yang mau beli wortel sama kentang di pasar."

"Idih, ada butuhnya. Siapa elo?"

"Gue traktir bakso lava besok minggu!"

"Nah, gitu baru cakep."

Kaella memutar bola matanya. Dasar sepupu kentung! Melihat Haidar melangkah jumawa mendekat, Kaella jadi mengernyit menyadari satu hal. "Lo nggak sekolah?" tanya cewek itu. Seharusnya pagi ini sepupunya juga berangkat sekolah, mengingat mereka berada di tingkat yang sama, kelas dua belas namun memilih sekolah di tempat berbeda, Kaella di SMA sedangkan Haidar masuk jurusan teknik mesin di SMK. Namun alih-alih memakai almamater SMK Pemuda Nasional, Haidar malah koloran dipadu padankan dengan kaos oblong hitam tanpa lengan.

"Libur," balas Haidar singkat.

Alasan tak masuk akal macam apa itu? Dipikir Kaella bakal percaya begitu saja? Haidar, yang seharusnya sudah lulus tahun ini tapi sekarang malah mesti mengulang lagi kelas dua belas akibat tidak lulus, beralibi libur sekolah padahal Kaella tahu bagaimana padatnya kegiatan di tingkat akhir masa SMA.

"Libur sendiri sih kalau elo tuh."

Haidar nyengir. "No comment."

Sungguh Kaella tidak paham dengan cara kerja otak para manusia seperti Haidar yang masih bisa makan santai dan bolos sekolah tanpa khawatir apapun. "Ngeri gue, entar gue lulus kuliah dan lo udah jenggotan masih belum lulus juga."

"Wah, ide bagus. Awet muda, dong."

Kalau tidak ingat Haidar lebih tua satu tahun, Kaella sudah menggetok kepala batu itu. "Buru ah gue telat!"

In DangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang