Kaella sadar, terjebak dalam hubungan tanpa status adalah hal paling idiot. Daripada berada dalam hubungan tak jelas semacam itu, mending cari yang lain, kan? Tetapi ia terlanjur jatuh dalam pesona Gabriel. Bos geng satu itu adalah pria dengan tempr...
Absen pake emot terakhir yang kamu pake disini!!! 🐣
Happy Reading! ❤
Tandai typo ✔
Vote dulu kuy! ⭐
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dunia tidak pernah ramah kepada orang lemah.
Ketika seseorang tidak bisa diandalkan, maka apa yang akan terjadi pada dirinya? Dibuang. Ketika seseorang hanya menjadi beban tanpa memiliki kekuatan, lalu apa yang orang lain lakukan kepadanya? Disingkirkan. Ketika seseorang memiliki suara pelan, tidak mendominasi, tidak berpengaruh, orang-orang hanya akan menatapnya sebelah mata, seperti kaum buangan, tanpa harga diri, dan tidak pernah berada di depan.
Setidaknya itulah yang selalu diajarkan Jonathan Alezander –ayahnya, kepada Gabriel. Dan telah tumbuh sebagai bibit yang sudah tertanam begitu kuat dalam karakternya. Sejak kecil ia selalu dituntut menjadi unggul, tidak ada punggung yang dilihat di depannya karena dia sendiri lah orang yang harus menempati garis terdepan. Kekuatan dan kekuasaan sudah menjadi jati diri keluarganya.
Gabriel kecil tidak pernah menangis, karena sulit baginya untuk mempelihatkan emosi kepada orang tua yang memandangnya sebagai aset tangguh masa depan. Selama yang dia ingat, Gabriel hanya pernah menangis sekali, yaitu ketika melihat saudara kembarnya terbaring di ruang ICU. Saat Shanin berada dalam ambang hidup dan mati, diam-diam Gabriel menitikkan air mata yang segera dihapusnya.
Sejak Shanin lumpuh, semua keadaan menjadi tidak memiliki hari yang cerah bagi Gabriel, bahkan di rumahnya sendiri. Pandangan sang ayah seringkali membuatnya geram, entah mengapa. Lelaki tua itu menjadi sedikit menyebalkan dengan sikap angkuhnya.
Seperti pagi ini saat keempat anggota keluarga itu tengah menyantap sarapan bersama di meja makan. Tidak ada yang mengeluarkan suara hingga Jonathan akhirnya berkata, "Sabtu malam nanti akan ada pesta undangan dari keluarga Karaka, pastikan kamu tidak kemana-mana, Gabriel."
Karaka adalah kolega bisnis terkuat keluarga Alezander, sekaligus pemilik yayasan tempat Gabriel bersekolah sekarang. Yang artinya ini adalah salah satu pesta penting untuk dihadiri.
Gabriel diam sejenak, kemudian mengangguk kecil. "Aku akan datang dengan Shanin."
Seketika gerakan sendok di meja makan itu kompak berhenti kecuali Gabriel yang dengan santai masih menyuap nasinya. Bahkan meski di pagi hari dengan sinar matahari yang cerah, nuansa pekat seakan tidak bisa pudar dari aura keluarga Alezander. Terdengar hembusan pelan, sepasang mata gelap Jonathan yang diturunkan kepada dua anaknya kini menatap dingin pada Gabriel, lalu beralih pada Shanin yang diam tertunduk.
"Pesta itu akan berlangsung lama, Papa tidak mau Shanin kelelahan."
Gabriel mendengus pelan. "Tidak mau Shanin kelelahan? Atau malu memperkenalkan anak sendiri?"