• 53 •

1.2K 200 45
                                    

Della baru selesai keluar dari toilet. Akhirnya lega juga. Gimana tidak lega, 3 jam dia di kelas nahan kebelet. Udah begitu gurunya anjing sekali, tidak mengizinkan dirinya ke toilet. Gimana coba kalau dirinya kencing di celana. Untung saja Della bisa menahan sampai akhir pelajaran.

"Bu Yuni awas ya. Capek banget, dah gila tuh guru. Kelas 11 sama dia lagi. Hadeuh lah. Lama-lama pindah juga ke kelas IPA. Salah jurusan keknya. Tapi— masa gw harus belajar kimia, fisika. Males banget. Gajadi lah."

Della berjalan kembali ke kelas. Namun sebelumnya ia bertemu dengan Reni dan Yasmin. Tidak ada angin, tidak ada hujan. Anak bernama Yasmin itu tiba-tiba mengambil uang yang ada di saku Della. Sudah begitu dia langsung kabur. Reni  dan Della saling diam, mereka belum konek. Sampai akhirnya Della tahu uangnya diambil Yasmin.

"YEH SI ANJING! DUIT GW BALIKIN!" Della mengejar Yasmin yang sudah sangat jauh. Sudah tahu Della tidak suka berlari, lemah dia sama olahraga yang satu ini. Akhirnya dia pasrah saja dan kembali ke kelas.

"Ceban gw. Lumayan buat beli somay 2 mangkok."

Dirinya kembali duduk dengan lesu. Capek habisnya, tenaganya habis cuma buat ngejar Yasmin. Anak gak ada akhlak, tau gitu gausah temenan mereka.

"Woy Yanto." Ucap seorang lelaki disebelahnya.

"Sana lu. Gw gak mood." Kata Della. Ia menidurkan kepalanya di meja.

"Anak bapak Yanto napanih? Lesu banget. Habis ngapain? Udah ee nya? Tadi kan ke toilet buat ee kan?"

"Mana ada anjir. Sana ahhhh, capekkk banget gw."

"Ya hallo Pak. Ini Hendra, anaknya katanya tadi mules-mules sampe kecapean. Kalau bisa dibawa ke rumah sakit jiwa ya eh maksudnya rumah sakit umum. Kasian mukanya juga Pak. Kayak orang habis nahan berak 7 abad. Iya pak gitu..." Hendra berlagak seperti orang yang sedang serius menelepon seseorang. Della sih tidak peduli. Sejak kapan coba Hendra berani nelepon bapak-bapak.

"Siapa tuh?"

"Sutt. Kamu diem aja, iya Pak. Oh suruh izin aja? Iya iya nanti saya bilang ke Della suruh izin. Iya Pak, terimakasih ya. Waalaikumsallam." Lelaki itu menutup teleponnya. Lalu, memandang Della.

"Siapa si. Nelpon siapa? Bohong ya."

"Nelpon Pak Cahyo. Terus dia bilang kamu izin aja kalau mules terus mencret mah katanya."

"GW GAK MENCRET ANJIRR. DAHLA SANA LO."

"Lah terus napa dong? Ohh jangan bilang kamu lagi kere ya?"

"Apasiii."

"Ih pms mulu dah. Mending jadi pmr."

Lelaki itu duduk disebelah Della. Dia malah menceritakan sebuah dongeng. Dari dongeng anak-anak sampai tiba-tiba nyambung ke kerajaan Majapahit.

Della menahan amarahnya. Anak yang disebelahnya memang random. Siapa sih yang mau ngobrol tentang kerajaan Majapahit. Hanya orang pintar saja mungkin, belum tentu juga sih.

Perempuan itu masih menyimak apa yang dikatakan manusia yang disebelahnya. Dirinya membuka sebuah buku catatan milik Hendra. Melihat nilai anak itu yang selalu dicoret menjadi huruf A+. Memang licik.

Lalu, setelah sekian lama. Saat Della mau membuka sebuah buku aneh yang ia dapati dari kolong meja Hendra. Tapi, anak itu langsung memegang tangannya.

"Terus si pewaris itu mempunyai seorang anak. Anaknya perempuan, ia akhirnya berhasil kabur ke sebuah hutan. Hidup sebatang kara, dan berteman dengan kera. Sampai suatu ketika, bertemulah dia dengan pangeran yang sedang melintasi hutan tersebut. Kamu tahu akhirnya apa?" Katanya, dia juga mengambil buku tersebut dari Della.

Sekolah NEO ( Nct Couple )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang