Chitta dan Chaca sedang ada di kantin. Mereka berdua sedang membahas tentang Mark, kata Chaca Mark makin lama, makin cuek. Chitta hanya bisa mendengarkan celotehan adiknya yang tidak berguna.
"Gimana dong?"
"Gatau."
"Kok gatau."
"Ya gatau."
"Tuh Markkkk!" Chaca menunjuk-nunjuk Mark ke Chitta. Yang diajak ngobrol berlagak tidak peduli.
"Hemm ah. Biarin lah ca, gasuka lo kali. Gausa maksa klo orang gasuka." Chitta menaruh gelas berisi minuman coklat.
"Kan kata lo. Kalau lo suka sama sesuatu, lo harus dapetin itu."
"Ya gak orang juga lah. Lo tau kan kejadian kelas 9? Cowok orang lo embat juga. Bego banget."
"Aishh, apapun yang kita suka harus kita dapatkan."
"Buktinya? Gak bisa lo dapetin. Gak semua hal yang lo suka harus lo dapetin, bakalan ada hal yang jauh lebih dari itu."
"Hah? Apaan? Lo ngomong gajelas anjir."
"Elah, intinya mah yaaa klo lo gak dapet si Mark bisa aja nanti bakalan dapet yang lebih tajir anjir!"
"Jhonny boleh?"
"Boleh. Tapi lo tidur di kolam renang aja ya. Jangan minjem make up gw lagi. Berangkat jalan kaki aja gausa bareng, terus kalo gapunya duit gausa min—"
"Iya ihh iya gaakan! Sama aja kesiksa gw anjir. Tapi klo lo gabisa nganter gw ke sekolah gw bisa dianter Jhonny, atau klo gw gabisa tidur dirumah. Ya gw tidur di rumah Jhonny dong!"
"Sakarepmu le, lagian si Jhonny sukanya ama gw wleee."
"Ihh, dah ah mau ke kelas aja! Mending curhat ke Nana daripada lo."
"Lah nyalahin?"
Chaca pergi, ia benar-benar kesal degan kakaknya itu. Padahal niat hati ingin curhat ehh pas cerita malah bikin kesal.
Chitta duduk sendiri, tidak ada yang mengganggunya. Mungkin cuma suara Mang Udin yang menggelegar diseluruh kantin.
"NAOMI, NAOMI? MANA NIH NAOMI! WOY NAOMI BASONYA DAH JADI NIH!"
Chitta hanya memainkan handphonenya. Biasa chatan dengan Jhonny, rasanya ia selalu berfikir. Mereka tuh hubungannya kayak gimana, serasa digantung. Seperti hanya dijadikan pelampiasan.
Jon🐱
Pap! (09.14)
Gak! (09.14)
Pap ihhhh Jonnn (09.14)
Gw lagi di wc citt Masa gw pap Lo mau liat tai gw? (09.14)
