Kacau.

8.6K 805 47
                                    

Hujan badai turun dengan derasnya membasahi rerumputan dan tanah kecoklatan, langit mulai menggelap dengan angin yang menggoyangkan pucuk mereka.

Membuat suasana di dalam hutan semakin menyeramkan, Julia sudah 7 jam berlari di dalam hutan demi mencari Deno, tapi tak kunjung ditemukannya.

"Deno kamu dimana sih!?" gumamnya panik, dia tak bisa tak panik. 7 jam lebih! Deno masih belum dia temukan dan kondisi tengah hujan badai.

Julia berhenti sejenak, dia meringis saat air hujan terus menghujam wajah dan tubuhnya. Ditambah angin kencang disekitarnya.

Semoga Deno baik-baik saja.

Julia menarik napas panjang. "DENOOOOOOOO!!" teriaknya sekuat tenaga, berharap mendapatkan jawaban dari orang yang dicarinya.

Julia terengah-engah, dia kembali berlari menuju hutan lebih dalam, dia harus menemukan Deno bagaimana pun caranya.

Sedangkan itu, ternyata Deno sudah pulang ke rumah, jauh sebelum hujan mendera sekitarnya. Dia bahkan sampai dimarahi Lizi habis-habisan karena membuat Ceiza pendarahan.

Dan kini dia dikurung di kamarnya.

Brak!

Brak!

"KELUARKAN AKU!! AKU MAU CARI JULIAAAA!! JATAKAN PADANYA AKU SUDAH PULANG!!..hiks..diluar hujan..hiks..Julia bisa terluka.."

Deno bersikeras ingin menyusul Julia, tapi diluar sedang badai petir yang mengerikan. Rekan-rekan Julia tak bisa menghubungi gelang darurat di lengan Julia.

Sinyal terganggu karena hujan badai diluar sana. "KELUARKAN AKU!! KELUARKAN AKU DARI SINI!! AAAAARGHHHH KELUARKAN AKUUUU!!!" teriaknya mencelos hati siapapun yang dengar.

Diluar, ada Damian dan Zical yang khawatir mendengar teriakan pilu Deno "Bagaimana ini, apa yang harus kita lakukan?" tanya Damian panik.

Zical mengedik "G..ak..tau.." gumamnya dengan wajah tak berdosanya.

Damian mengusap wajahnya kasar, di Berbalil dan berjalan menjauh, tak lupa tangannya memegang bawah perut besarnya.

"Da..mi..gen..dut..ba..nget.." ujar Zical polos seraya berjalan di belakang Damian.

Damian berhenti, napasnya sudah ngos-ngosan padahal baru jalan 4 detik. Memang sih, dia gendut sekarang.

Damian menggeram pelan kemudian berbalik, dia menatap tajam Zical "Diam! Kau juga gendut Zical! Kau gendut seperti kudanil!! Qeila gamau sama kudanil sepertimu!!" balasnya kejam.

Zical terdiam, sakit hati dia tuh.

"Ku...da..nil?..Zi..cal..seper..ti..kuda..nil?" tanya nya dengan suara bergetar.

Damian mengangguk yakin "Kau jelek seperti kudanil! Qeila gabakal mau sama kudanil jelek sepertimu!" ejeknya lebih jahat lalu berjalan meninggalkan Zical yang menangis.

Dia menunduk dan meremat dasternya kuat, dia menatap buram perut besarnya "Gara..ga..ra..ka..lian.." lirih Zical kesal.

Dia memukul perutnya sendiri dan berteriak, gawat, dia sedang sensitive dan mendapat serangan seperti itu dari Damian. Membuat mentalnya sedikit terguncang.

Baru kali ini Zical menemukan orang sebaik Qeila, Zical menyayangi Qeila. Jika Zical jelek seperti kudanil, berarti Qeila akan berhenti menyukai Zical.

Zical gamau jika itu sampai terjadi.

"ENGGAK!!..hiks..Zi..cal gak..jelek!!..hiks..Qei nanti..gak suka..hiks..Cal benci kalian!!" Zical masih meracau sembari memukul perutnya.

Sampai rasa nyeri dan tegang menjalar di tubuh bagian bawahnya.

"Cal benci..hiks..kalian!!..hiks..CAL GAK SUKA!!" histerisnya, tak lama dia menjambak rambutnya sendiri dan terus berteriak.

Apalagi ketika bayangan Qeila yang menjauhinya dan membencinya, semakin membuat Zical takut. "CAL BENCI!!..hiks..CAL GAK SUKA SAMA KALIAN LAGI!!..hiks..CAL MAU PULANG!!!" raungnya.

Sampai membuat Qeila lari dengan bringas menuju lantai 3 tempat Zical berada. "Cal!? CAL JANGAN PUKUL PERUT KAMU!! ZICAL!!" bentaknya spontan karena panik.

Zical berhenti menangis dan berhenti memukul perutnya. "Hiks..Qei..bentak..hiks..Cal..hiks.." racaunya pilu.

Qeila tak mengindahkan ucapan Zical, dia merogoh jas dokternya lalu mengambil bius. Dia segera menyuntikan bisu itu di lengan Zical.

Sampai membuatnya lemas dan langsung tak sadarkan diri. "Astaga Zical, siapa sih yang buat dia sakit hati" gerutu Qeila kalut.

Sedangkan itu si pelaku, lagi kelahi sama Harvy.

"HAHAHAHAH HARVY KAYAK BADUT!!..HAHAHAHAH PERUTNYA BESAR BANGEEEETT!!" Tawanya tak terkendali.

Damian langsung tertawa saat melihat Harvy yang sedang bersandar di sofa malas, perut besarnya yang terlihat jelas, karena Milky tengah memompa asi Harvy.

Harvy mendelik "DIAM, KAU JUGA GENDUT SEPERTI BABI!" teriaknya emosi, sampai urat lehernya menonjol.

"Harvy jangan teriak, perut kamu tegang jadinya" tegur Milky.

Harvy merengut. "Hiks..Dami nakal..hiks..dia bilang Harvy kayak badut!!..hiks..HARVY GAK SUKA!!..hiks..HUAAAAAAAAAA MILKY!! HARVY GAK KAYAK BADUT!!" histerisnya seketika.

Milky pusing. "QUEENZE!! URUS PASIENMU SEKARANG!!" teriak Milky menggelegar keseluruh rumah.

Kacau sudah.











































Tbc.

Maaf kalau ryn up sedikit. Lagi..jenuh:)

M-Preg Experiment. [NOT BL!]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang