Sepi

7.2K 702 22
                                    

Matahari sudah berada tepat di tengah, siang hari yang hening di Rumah singgah mereka, biasanya akan ada tangisan ataupun teriakan dari para Pakmil.

Namun kini, sunyi.

Zical, Harvy dan Deno duduk di halaman depan rumah, duduk di kursi kayu panjang dekat taman dan ayunan kayu.

Harvy dan Deno menunggu kepulangan Dokter mereka, keduanya belum makan apapun sedari pagi, tak ada niatan ingin makan jika Dokter kesayangan mereka belum pulang.

Sedangkan Zical, tengah merenungkan kesalahannya. Dia sesenggukan dengan tangan yang masih mengelus perut besarnya.

Dia berulang kali minta maaf pada janinnya, karena sudah memukuli perutnya sampai hampir membuat bayi-bayi tak berdosanya lenyap.

"H-hiks..m-maaf..hiks..ma..afin..da..ddy..hiks.."

Zical juga tak mau terus-terusan dimusuhi Qeila, dia gamau. Zical sudah merindukan sentuhan lembut Qeila di tubuhnya.

Entah itu memijit dadanya, mengelus kepalanya, atau mengelus pipinya. Zical menunduk semakin dalam, dia tak bisa berhenti menangis karena rasa bersalah yang besar di hatinya.

"Hey..apa kalian pernah membayangkan ini akan terjadi.." ujar Harvy memecahkan suasana hening mereka.

Deno mendongak, tatapan matanya kosong. Tak ada binar sama sekali, tangannya yang satu masih setia mengelus perut besarnya "Tidak, yang kubayangkan hanya lulus sekolah lalu kerja. Lalu menikah, tapi tidak dengan hamil." gumamnya datar.

Harvy menyandarkan punggungnya, dia menghela napas panjang. Matanya menerawang ke beberapa bulan yang lalu, di 2 bulan pertama kehamilannya.

Disaat Harvy terus menangis meratapi takdirnya, Milky lah yang senantiasa menyemangatinya dan memberikan warna baru di hidupnya.

Selama ini, Harvy tak pernah serius menyukasi seseorang, dia hanya bermain-main. Namun bertemu wanita cantik itu, dunia Harvy seakan berhenti berputar.

Dan hanya terus tertuju pada Milky.

Flashback.

Harvy menatap kosong makanan di nakas sebelahnya, dia tak ada niat untuk menyentuhnya. Dia masih tak terima dengan kehamilan aneh ini.

Air mata kembali menetes. "Hiks..Harvy mau pulang..hiks..Papa..hiks..Harvy mau pulang.." lirihnya pilu.

Dia mengusap kasar air matanya, sesak menghampiri dadanya, disusul rasa mual di perutnya "Hump!" Harvy berdiri dan langsung berlari ke arah kamar mandi.

"Hueeeek!! Hoeeeek!!..euh..mual.."

Sarapan dulu Vy, kasihan janinmu.
Ujar Judith tenang.

Baiklah..
Gumam Harvy lesu.

Dia kembali berjalan keluar kamar mandi dan melihat Milky baru saja masuk ke kamarnya. "Hai, apa perutmu masih sering mual?" tanya Milky lembut.

Tak lupa senyum manis bersahaja nya. Harvy diam, dia melengos tak menjawab ucapan Milky, Harvy berjalan kembali ke kasur lalu duduk di pinggirnya.

Milky tersenyum maklum, dia mendekati Harvy dan duduk di kursi depannya. Tangan Milky menggenggam erat kedua tangan Harvy. Lalu memijitnya lembut.

"Maafkan kami, karena menculik kalian untuk dijadikan bahan experiment. Maaf sudah menghancurkan mimpi kalian, setelah bayi ini lahir, kamu bisa pulang dan melanjutkan kembali mimpi kamu"

Harvy hanya diam, matanya terus menatap kearah Milky. Sedetik kemudian matanya berkaca-kaca dan air mata mulai menetes.

Harvy membalas genggaman Milky "Hiks..Harvy mau pulang.." lirihnya.

Milky mengangguk mengerti, dia berdiri dan memeluk Harvy erat "Harvy pasti pulang, setelah mereka lahir, Harvy pasti pulang" bisiknya di telinga Harvy.

Harvy membalas pelukan Milky dan menangis di bahunya, menumpahkan isi hatinya tentang rasa ingin pulang ke rumahnya. Dan Milky terus menenangkannya.

Flashback end.

Tes..

Air mata tanpa sadar menetes dari kedua mata Harvy, dia meremat ujung pakaiannya lalu menunduk dalam.

"Hiks..Milky pulanglah..hiks..Harvy gamau pulang..hiks..Harvy mau disini sama Milky..hiks..jadi..hiks..Harvy mohon kembalilah..hiks." isaknya.

Harvy mohon dengan sangat, agar Milky kembali pulang ke rumah ini.




























Tbc.

M-Preg Experiment. [NOT BL!]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang