22. Tersulut Amarah

61 36 3
                                    

Bucin Insyaf chapter 22 update!
.
.


Alunan lagu perpisahan mengiringi tangis para siswa. Usai lagu habis, mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Ada segerombolan cewe yang sedang berpelukan, beberapa orang membawa setangkai bunga mawar buat guru tersayang, ada yang menerbangkan balon bertuliskan pesan dan juga cita-cita. Ada juga yang mengambil kesempatan untuk menyatakan cinta pada sang pujaan hati.

Seperti hari biasa, keempat sejoli akan berduduk santai di taman sekolah.

"Sedih banget harus misah" keluh Aul

"Kata siapa?" sahut Dania

"Gue"

"Kita kan bisa ketemu kalo ada libur" balas Ika

"Lo ngomong kayak gua sama Ika mau ngerantau aja. Jarak sekolah kita tinggal naik ojek lima menit udah nyampe yaelah"

"Tapi kan gak bisa sesering kayak dulu"

"Lo pikir gua arwah penasaran yang ngikutin lo mulu?" cibir Dania. Aul hanya menghela napas kasar, tak ingin memperpanjang debat dengan Dania yang akhrinya bakal dia yang kalah.

"Eh gimana tes kalian? Udah ada pengumumannya?" ucap Maira bergabung dalam obrolan

"Masih nunggu"

Ting!!
Notifikasi di hape Maira membuat ketiganya menoleh ke sumber suara.

"Dari Ojan" batin Maira dan mengendarkan pandangan pada ketiga sahabatnya. Seperti menunggu jawaban atas pertanyaan "Siapa?"

"Ngapain natapnya kayak gitu?"

"Gaboleh?" tanya Ika dengan wajah datarnya

"Gaboleh kepo" ucap Maira mengalihkan pandangannya ke layar hp.

"Ojan gak nganggep lo sebagai pacar. Ojan malu punya cewe kaya lo. Putusin aja udah, daripada sakit hati kayak gitu"

Deg.
Jantung Maira seperti tertusuk oleh sesuatu.

***

Jam kosong adalah waktu yang paling menyenangkan oleh siapapun. Tak terkecuali dengan kelas Ojan saat ini. Semuanya nampak sibuk dengan urusan masing-masing. Ada yang berkumpul di pojokan untuk agenda ngeghibah, ada yang sibuk dandan padahal gak kemana-mana, ada yang sharing tentang skincare, ada si cupu yang setia dengan buku dan kacamatanya, ada yang sibuk meracau bermain game online, dan juga beberapa manusia yang menyulap kelas menjadi arena bermain bola. Kalau Ojan? Ia hanya bersender di bangku sambil menatap plafon.

"Jaaan. Bengong mulu lo. Sini main" pekik Fadlan

Ojan berhenti dari lamunannya dan berjalan menuju Fadlan yang sedang bermain bola. Eitss, bukan bola asli ya, tapi penghapus papan tulis yang berkedok bola.

"Penghapus tuh buat papan tulis bego" cibir Ojan

"Alaaahh sok-sok-an lo. Main aja udah" sahut Iqbal, teman sekelas Ojan dan Fadlan dengan tubuh yang tegak bak atletis.

"Ini aja. Jangan pake penghapus" ucap Ojan seraya merobek kertas di buku bekas dan diremas membentuk seperti bola

"Sama aja ngerusak barang"

"Setidaknya ini gak ngerusak barang umum di kelas" balas Ojan menendang bola kertas ke arah teman-temannya.

"Eh Jan, gua masih penasaran pacar lo siapa sih, ga pernah lo pamerin ke kita" ucap Iqbal dengan bergaya bak pemain bola handal yang mengelabui musuhnya.

Bucin Insyaf Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang