37. Sakit

25 7 0
                                    

Hawooo. Bucin Insyaf 37 up!

“Bang, permen kapasnya satu, ya,” ucap Ojan mengeluarkan selembar uang kertas berwarna biru.

Dengan semangat Maira meraih permen dari tangan Abang penjual. Sudah lama ia tidak mencicipi permen yang satu ini. Tanpa berpikir lama, ia merobek bungkusan permen dan langsung melahapnya. Oh iya, Maira sekarang sudah lupa keberadaan Ojan di sampingnya yang sedari tadi tidak henti menatap Maira seperti anak kecil yang kegirangan dapat permen.

“Enak?” tanya Ojan yang hanya dibalas dengan anggukan.

“Aaaa…” Maira hendak menyuapi Ojan permen kapas yang ada di tangannya.

“Kamu aja yang abisin, Ra,” tolak Ojan halus.

“Ga suka?” Ojan hanya membalas dengan senyuman.

“Ke sana yuk,” ajak Ojan.

Maira hanya mengikuti langkah Ojan dengan kesibukannya yang tidak henti mencecap permen.

“Kok di sini? Sepi banget, Jan,”

“Emang kenapa? Bukannya kamu yang gamau diliat sama temen-temen kamu?”

“Ya iyaaa. Tapi kan ka-” Ojan memotong ucapan Maira.

“Tapi apa? Takut aku apa-apain karena tempat sepi? Yakali. Punya kamu datar kayak gitu kok, mana mau aku,” Ojan terbahak-bahak setelah puas melihat wajah Maira yang berubah ketakutan. Ia menjauh dua meter dari Ojan. Sambil memalang dirinya dari Ojan.

Ojan menghela napas panjang agar menghentikan ketawanya.

“Gausah takut, Ra. Aku satu macem kok, ga bakal macem-macem.” Ucapnya santai

“Lagian bapak kamu galak, aku takut lah,” lanjutnya.

“Tau darimana bapak aku galak?”

“Kumisnya.” Ojan tertawa lagi membuat Maira memanyunkan bibirnya.

Setelah kesibukan Maira bersama permen, mereka berdua memilih untuk menaiki komedi putar. Seperti yang Ojan duga, Maira sangat antusias. Ojan merasa bahwa Maira cantik dengan kesederhanaannya. Ia beruntung karena membahagiakan Maira tidak perlu dengan cara yang mewah. Akan tetapi Ojan akan terus berusaha untuk membuat Maira nyaman dan bahagia selalu di sampingnya dan tak ingin Mairanya merasa kekurangan.

“Jan, duduk sini!” seru Maira. Ojan hanya mengikuti keinginan Maira. Baru kali ini dia menemukan sesosok perempuan spesial seperti Maira. Yang membuat Ojan senang adalah, Maira memiliki sesuatu yang orang lain tidak punya. Seperti mantan Ojan sebelumnya. Hanya Maira yang mampu menerima Ojan dengan apa adanya. Begitupun sebaliknya, Maira merasa istimewa dengan Ojan yang mampu menerima kekurangannya.

Setelah puas bermain, mereka memilih untuk pulang ke rumah. Namun Ojan bingung dengan raut wajah Maira yang sedikit berubah.

“Kenapa?” tanya Ojan.

“Gapapa kok. Makasih ya,”

“Iyaaa, sama-sama. Kamu seneng kan?” tanya Ojan.

“Seneng kok. Seneeennggg bangett. Makasih ya.” Ucapnya. Tapi dia belum puas dengan pernyataan Maira. Dia masih bingung dengan tingkah Maira yang kini tak berani menatap mata Ojan.

“Kenapa sih cantik? Kok gitu mukanya?”

“Em… Jan,”

“Kenapa? Hm?”

“Pengen foto,” jawab Maira pelan. Ojan tersenyum lebar melihat Maira yang malu-malu untuk mengajaknya berfoto.

“Jadi tadi kamu diem-diem karena pengen ngomong ini tapi malu?”

Bucin Insyaf Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang