11. Dibonceng Angga

117 73 9
                                    

Yeyyy akhirnya update 2 chapter sekaligus hehe
Terimakasih buat reader setia "Bucin Insyaf"

Bel istirahat berbunyi. Maira, Ika, Aul dan Dania menuju kantin. Mereka hanya membeli beberapa cemilan lalu ke taman sekolah untuk sekadar bercerita sebelum bel masuk. Ika yang sedari tadi memperhatikan layar hapenya membuka pembicaraan

"Aku nemu quote nih. Katanya, 'jangan jadi payung untuk dia yang suka hujan' nyes banget sih ini" ujar Ika

"Khemmm. 'dia suka pisang, jangan paksa dia suka sama anggur' dengerin tuh quote. Nampar kan?" sahut Dania

"Maksudnya apaan, Nia? Yang gua paham dari kata lo barusan nih ya agak jorok sih. Orang bakal ngeres di kata pisangnya. Anggurnya gua ga tau" ucap Aul dengan begitu polos

"Haduh Aul.. Aulll. Lu pintarnya kapan sih? Gua mah nanggepinnya kek gini, pisang kan makanan monyet. Mana mau monyet ditawarin anggur. Yakan Nia?" ucap Ika yakin.

"Gua mah beda dikit nanggepinnya. Gua kira pisang itu selalu dinilai dengan harga yang lebih kecil. Sedangkan anggur itu harganya lebih mahal. Maksud gua ya kalo dia yang milih pisang itu bego udah mau sia-siain sesuatu yang lebih berharga dan memilih sesuatu yang lebih murah gitu loh. Paham ga sih maksud gua?" tanya Maira

"Ohh iya masuk juga tuh" tanya Ika

"Jawaban kalian sama-sama gua cocokin sama pemahaman gua. Kalo pemahaman Aul mah gua gak nyangka otak polosnya bisa ngeres juga. Baiknya diasah aja kali yak" jawab Dania terkekeh

Ika dan Maira ikut tertawa, "Berarti lo kalo ngomong emang sarkas juga ya. Heran dah gua sifat lo dingin kek kulkas lima pintu. Pantesan aja ngejomblo" ucap Ika

"Liat sifat Dania laki-laki bakal takut lah, Ka" sahut Maira

"Eh ehh... Sarkas apa sih guys?" tanya Aul

"Hadehh pikunnya kumat lagi kayaknya nih. Sarkas atau sarkasme itu majas yang ditujukan untuk mengekspresikan sesuatu dengan pedes gitu loh" jawab Maira sambil mencubit pipi Aul dengan gemas.

"Aduh sakit, Raaa" rintih Aul sambil mengusap pipinya.

"Eh guys, kalian niatnya mau lanjut di mana?" tanya Ika

"Gua kayaknya SMA Nusa Bangsa deh" mendengar jawaban Dania membuat Maira tersedak, "Itu kan SMA Ojan" batin Maira

"Makan yang bener, Ra" ucap Aul sambil menyodorkan minuman untuk Maira

"Iya iya. uhukk. Uhukk" balas Maira yang masih terbatuk-batuk.

"Kalo gua sih SMK" jawab Aul

"SMK mana?" tanya Maira

"SMK Madani"

"Sama dong. Mama juga nyuruh di sana biar deket dari rumah"

"Lo sendiri mau lanjut di mana?" tanya Maira pada Ika

"Kayaknya kita bakal mencar bentuk tim dua lawan dua deh"

"Maksudnya lo di SMA Nusa Bangsa juga?" tanya Maira

"Iya. Pengen masuk jurusan IPA walopun belum tau cita-citanya pengen jadi apa" ketiganya tertawa mendengar jawaban Ika

"Udah ah. Kembali ke kelas yuk" ajak Dania.

***

Merasa suntuk, Maira mencoba menghubungi Fauzan yang seharian belum ada kabarnya. Antara Maira dan Ojan, mereka sama-sama mengerti kesibukan masing-masing. Tak ada dari mereka yang ingin mengekang. Baik Maira maupun Ojan akan membebaskan apapun yang ingin dilakukan, mereka tidak menuntut untuk komunikasi yang keseringan karena akan membuat keduanya merasa cepat bosan.

Bucin Insyaf Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang