Mark mematut dirinya di depan cermin, penampilannya sudah rapi dengan setelan jas hitam dan kemeja putih yang membalut tubuhnya.
Hari ini Mark akan pergi bekerja, sedangkan Haechan akan kembali bersekolah seperti biasa, dan hari ini tentu Mark yang akan mengantar Haechan menuju ke sekolahnya. Ah dan juga selama tinggal di apartemen Mark, belum ada yang tahu tentang Haechan. Mark ingin mengenalkan Haechan pada keluarganya, tapi sepertinya itu terlalu beresiko.
"Haechan," Mark memanggil Haechan yang tengah menikmati acara televisinya,
"Sudah? Ayo," pemuda itu lantas berdiri dan menghampiri Mark.
"Jangan pergi kemanapun sebelum aku menjemputmu," ucap Mark yang dibalas anggukan oleh Haechan,
"Ya, aku mengerti Tuan Jung. Sekarang ayo berangkat karena aku sudah mulai bosan denganmu yang sangat formal ini," Haechan meraih tas nya lalu berjalan mendahului Mark untuk memakai sepatunya.
Setelah mating, tak ada yang special di antara keduanya. Haechan masih berusaha menerima keberadaan mark di hidupnya, karena mau bagaimanapun dia masih merasa asing dengan orang itu. Tak peduli jika Mark adalah mate-nya, mereka belum mengenal baik satu sama lain.
Dalam perjalanan pun tak ada yang bisa mereka bicarakan dan hanya ada suara radio yang menjelaskan tentang bagaimana situasi lalu lintas saat ini. Begitu sampai di gerbang sekolah, banyak pasang mata yang memperhatikan Haechan, karena mau bagaimana juga Haechan dikenal selalu berangkat dengan berjalan kaki dan keluarganya tak terlalu kaya. Tapi kali ini dia berangkat diantar oleh pria tampan dan mobil mewah,
Bukankah itu mencengangkan?
Ah bagi manusia tentunya,
"Cepat pergi, aku tidak suka menjadi pusat perhatian," ucap Haechan yang melihat Mark malah keluar dari mobil dan berjalan menghampirinya.
"Biarkan saja mereka tahu jika kau milikku," Mark mengecup kening Haechan, tangannya menelusupkan sebuah barang pada saku jas almamater milik Haechan.
"Mark!" protes Haechan yang hanya dihadiahi kekehan oleh Mark.
"Dasar tidak ada sopan santun," gerutu Haechan sembari berjalan masuk ke dalam kelas. Bisa-bisanya Mark melakukan itu di depan umum? Yang benar saja?!
Haechan mendudukkan dirinya, baru saja ingin bersantai tapi suara Winter mengejutkan dirinya.
"Apalagi sih?" tanya Haechan.
"Kau berhutang penjelasan padaku," ucap Winter.
"Ya..ya..ya..nanti saja, aku sedang malas," jawab Haechan.
"Baiklah, kalau begitu nanti makan siang. Oke?" ucap Winter, perempuan itu lantas berdiri setelah mendapatkan jempol dari Haechan. Kelas mereka bersebelahan by the way.
Entah kenapa bagi Haechan beberapa hari ini terasa melelahkan baginya,
"Kenapa kau jahat sekali padaku? Haruskah aku bertemu dengannya secepat ini? Dasar dewa brengsek, tak cukup membuat orang tuaku membuangku, kini kau mempercepat masa kebebasanku. Sialan," Haechan bergumam, bertemu dengan mate adalah mimpi buruk baginya, dia tidak bisa bebas.
🌻🌻🌻🌻🌻🍉🍉🍉🍉🍉
Berbeda dengan Haechan yang uring-uringan, kini Mark harus berhadapan dengan adiknya yang menyebalkan. Entah apa yang dilakukan Jeno pagi-pagi di kantornya, tapi itu jelas membuat Mark risih karena Jeno terus bertanya soal omega-nya, bau feromon Mark jelas bercampur dengan milik Haechan. Membuat Jeno yakin bahwa Mark sudah melakukan mating apalagi dengan tanda di dada milik Mark yang telah berubah menjadi phoenix diatas bunga teratai. Salahkan Jeno yang dengan kurang ajarnya menarik kemeja Mark setelah mencium feromon milik Haechan,
KAMU SEDANG MEMBACA
BLOOD(MARKHYUCK) END
FanfictionMark dan Haechan bertemu adalah sebuah takdir moongodness yang membawa malapetaka. OMEGAVERSE BXB NO CHILDREN FANTASY