Begitu Mark dan Haechan memasuki hutan láthatatlan, suasana mencekam langsung menyambut keduanya, namun sepertinya hal itu tidak mengganggu baik Haechan maupun Mark. Keduanya terus berjalan menyusuri hutan hingga hal yang paling tak terduga adalah mereka menemukan sebuah gubuk rumah tua disana,
"Siapa yang memilih untuk tinggal di hutan ini?" gumam Haechan, dia masih mengamit lengan Mark dan memeluknya. Tak peduli dengan siapa pemilik gubuk kecil ini, Haechan dan Mark memilih untuk masuk kedalam, meskipun tak banyak barang, dan hanya ada meja, kursi, dan ada satu tempat tidur yang terbuat dari kayu.
Haechan memilih untuk mendudukkan dirinya disana, kemudian membiarkan Mark yang mengelilingi gubuk kecil itu mencari tanda-tanda kehidupan, dan Mark menemukan beberapa bahan makanan disana, walaupun sebatas rempah dan dedaunan.
"Hanya ada beberapa bahan makanan, sepertinya orang ini tak jauh," jelas Mark, Haechan hanya mengangguk menjawabnya.
"Kemari," Haechan menepuk spot kosong disebelahnya, menyuruh Mark untuk duduk. Pria itupun menuruti permintaan Haechan yang dipikirannya sekarang adalah Tuan-nya, ingatan Mark belum juga kembali.
Begitu Mark sudah mendudukkan diri disamping Haechan, pemuda manis itu lantas menidurkan kepalanya di paha Mark sembari menatap wajah sang kekasih dengan lekat. Padahal mereka sedekat ini, tetapi kenapa rasanya Mark sangat jauh. Tangan Haechan meraih tangan Mark kemudian menggenggamnya dengan erat,
"Jangan pergi lagi," ucap Haechan, ia menarik tangan Mark menuju ke kepalanya dan membuat Mark mengusap kepalanya dengan lembut.
"Aku tidak akan pergi kemanapun," jawab Mark, kemudian sekelebat ingatan muncul di kepala Mark, membuat pria itu terdiam. Kenapa Haechan dan dia...
Menangkis ingatan yang muncul dikepalanya membuat Mark menggeleng kecil, berusaha untuk menolak ingatan yang tak masuk akal di otaknya itu.
"Ada apa?" tanya Haechan, Mark menunduk untuk menatap wajah Haechan. Manis, sangat manis, matanya nampak begitu bersinar meskipun hanya dengan penerangan dari lampu teplok yang ada disana, pipinya terlihat begitu halus dan berisi -mengundang untuk dicubit dan dicium-, bibirnya berbentuk hati dan hidung yang tak terlalu mencung itu terasa begitu sempurna di mata Mark. Pria itu bahkan sampai lupa menjawab pertanyaan Haechan dan sibuk memandangi makhluk semanis Haechan.
"Mark, kau baik-baik saja?" tanya Haechan yang belum mendapatkan jawaban dari Mark, membuat Haechan sedikit khawatir karena Mark hanya menatapnya sedari tadi.
"Aku baik-baik saja," Mark menjawab dengan suara yang sedikit bergetar, dan Haechan menyadari hal itu.
"Katakan padaku, jangan berbohong," ucap Haechan.
Ikatan batin mereka terputus begitu Mark meninggal waktu itu, semua takdirnya sudah terputus termasuk juga ikatan mate mereka. Belum pernah ada kasus yang sama seperti Haechan, ketika pasangannya kembali dihidupkan dari tangan Hades apakah ikatan mereka masih sama atau mate Haechan kini telah berganti, tapi Haechan tak peduli, dia hanya ingin Mark. Kalaupun ada yang menghalanginya maka Haechan akan menentang hal itu dengan segenap kekuatannya.
Ketika Haechan dan Mark sudah mulai merasa aman di dalam hutan, seorang werewolf terlihat berjalan mengitari area hutan. Seorang alpha pure, saudara Mark....
Jung Sungchan.
Dia bisa merasakan keberadaan kakaknya disini, tapi dia tidak terlalu yakin karena bau-nya, memudar, tak sekuat dulu. Seperti ada hal lain yang bersama Mark,
KAMU SEDANG MEMBACA
BLOOD(MARKHYUCK) END
FanfictionMark dan Haechan bertemu adalah sebuah takdir moongodness yang membawa malapetaka. OMEGAVERSE BXB NO CHILDREN FANTASY