"Nyatanya kebanyakan telinga lebih memilih mendengarkan hal yang banyak dibicarakan dibanding dengan faktanya."
Barisan dibubarkan setelah pemimpin upacara kembali ke posisi awal. Bak bebek kala keluar kandang, murid-murid SMA Cakrawala berbondong-bondong menepi dari lapangan. Tempat utama yang menjadi tujuan mereka tak lain dan tak bukan adalah kantin, entahlah makanan serta minuman kantin lebih mengunggah selera dari pada koperasi sekolah yang tak kalah lengkapnya bahkan sudah seperti mini market.
Zinara menarik topi abunya, mengeluh karena hawa panas masih terasa menyengat di tubuh. Penutup kepala yang menjadi atribut untuk upacara itu ia gunakan untuk mengipasi leher, meski tidak sesejuk AC atau bahkan kipas angin, setidaknya sedikit udara bisa gadis itu rasakan.
"Anna katanya udah di kantin sama Gibran," ucap Abi menoleh bergantian pada teman-temannya yang berjalan mengapit tubuh. "Gue suruh pesenin aja ah, terus suruh Gibran yang bayar," lanjutnya lihai mengetikkan balasan pesan pada Anna.
"Tumben lo enggak heboh bayarin makanan kita?" tanya Agnes. Si gadis dengan rambut sebahu serta wajahnya yang flat itu sedikit menaikkan alisnya.
"Boke kan lo?" tebak Zinara.
Abi meluruhkan garis bibirnya, melengkung ke bawah. "Gue marahan lagi sama Mama, terus males minta jajan," ceritanya dengan nada sendu.
"Kenapa lagi? Perasaan baru kemaren lusa baikan?" Lagi, Zinara melempar pertanyaan.
"Lagian Mama tuh ngeselin, mentang-mentang lagi bunting semua skincare aku diambilin. Bahkan parahnya lipstik gue juga Mama ambil, keterlaluan." Abi bersungut-sungut, jelas dari deru nafasnya jika gadis itu tengah kesal.
"Anaknya cewek tuh pasti," kata Agnes membuat dua temannya menoleh serempak. "Mama gue juga gitu waktu bunting Sisil, hobinya pake skincare mulu tapi nggak separah nyokap lo sih."
Zinara menyenggol lengan Abi. "Harapan lo enggak terkabul ternyata, Bi. Peluang cewek lebih gede dari cowok," ujarnya.
Abi yang berharap punya adik cowok jadi semakin murung. "Ya udah nanti tinggal minta mereka bikin anak lagi," selorohnya enteng sekali.
"Minta adik kayak minta beliin es boba," sindir Agnes, Abi acuh saja.
Lorong menuju kantin ramai dilewati, tapi tiga sekawan itu memotong jalan, belok ke ruangan bertulis toilet wanita.
"Kalo mimpi punya pacar tuh tandanya apa sih?" tanya Zinara yang tengah membasuh tangan di wastafel.
Agnes menarik tisu gulung yang tersedia di sana setelah mencuci mukanya. "Jangan rekayasa mimpi, itu emang mau lo kan," tukasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cuma Teman [TERBIT]
Teen Fiction"Sampe sini aja, ya, Nar. Jangan terusin lagi perasaan yang mustahil gue bales. Kalo emang lo bener-bener sayang sama gue, please lepasin gue." --- Ketika harapan hanya sebuah angan, ketika aku dan kamu tidak menjadi kita. Ini kisah Zinara yang sela...