Karena berangkat ke sekolah dihantarkan oleh Daniel, hal itu menjadi kesempatan bagi Zinara untuk meminta tebengan pada Genta. Untuk Agnes yang memang pulang pergi di setiap harinya bersama pemuda itu untuk kali ini akan diambil alih Abi.
Bel pulang sekolah sudah menggema ke seluruh penjuru SMA Cakrawala sepuluh menit lalu, namun Zinara masih belum beranjak dari kursi yang ada di koridor kelas. Diminta untuk menunggu Genta yang belum kembali dari rapat ekstra basket yang diikutinya sejak kelas sepuluh, Zinara memanfaatkan untuk menonton tutorial membuat masakan rumahan.
Zinara memang tidak ahli dan juga tidak mempunyai minat dalam bidang memasak, namun demi Genta yang akhir-akhir ini sering kehilangan selera makan, gadis itu rela belajar memasak karena Genta hanya mau makan makanan rumahan saja, terlebih jika itu nasi goreng yang di mix dengan sambal ati, tanpa perlu menghabiskan banyak waktu Genta akan melahapnya dengan tandas.
"Yuk!" Suara Genta menginterupsi Zinara untuk mengangkat kepala.
"Udah?" tanya Zinara memasukkan ponselnya ke dalam ransel punggung serut.
Genta berdeham sambil mengangguk, lantas mulai melenggang melewati lorong-lorong kelas yang mulai sepi.
"Tadi bahas apa?" tanya Zinara.
"Bahas basket lah," jawab Genta santai.
Zinara sontak saja menoleh, merasa tak habis pikir dengan jalan pikiran seorang Genta. "Ya tau bahas basket, kan lo ikutnya ekstra basket, masa bahas kelereng sih," omelnya.
Genta melirik sebentar, lantas ber-oh riya saja membuat Zinara heran dengan dirinya sendiri, bagaimana bisa-bisanya menyukai makhluk semacam ini.
"Jadi bahas apa? Turnamen kan?" tebak gadis itu belum menyerah. Melihat Genta yang mengiyakan, Zinara menyuarakan pertanyaannya lagi. "Lo ikut?"
"Pasti ikut, gue masuk tim inti." Genta berjalan mendahului untuk mengeluarkan motornya yang terparkir diantara deretan motor lainnya.
Sedangkan Zinara memilih melindungi diri dari cahaya matahari di bawah pohon rindang di samping pos satpam sambil menunggu Genta mengeluarkan kuda besinya itu.
Motor Kawasaki berhenti tepat didepannya. Genta selaku pengendara yang kepalanya terbalut helm full face berwarna hitam selaras dengan motornya yang hitam mengkilap memberi isyarat pada Zinara agar cepat naik.
"Rok gue pendek, Genta!" Zinara memasang wajah luruh, bibirnya mencuat maju.
Genta menghela nafas kasar. "Di tas. Lo ambil sendiri," titahnya.
Garis wajah Zinara seketika mengembang lagi, dengan riang membuka resleting ransel yang sama berwarna hitam itu lalu mengeluarkan sebuah jaket yang lagi-lagi warnanya hitam.
"Astaga, Ta. Lo mau ngelayat atau gimana?" celetuk gadis itu, geleng-geleng heran. "Pantes tiap hari muka lo muram terus, warnanya aja gak ada yang idup."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cuma Teman [TERBIT]
Novela Juvenil"Sampe sini aja, ya, Nar. Jangan terusin lagi perasaan yang mustahil gue bales. Kalo emang lo bener-bener sayang sama gue, please lepasin gue." --- Ketika harapan hanya sebuah angan, ketika aku dan kamu tidak menjadi kita. Ini kisah Zinara yang sela...