37. Perang saudara

233 45 31
                                    

"Sahabat adalah orang yang berdiri di garis terdepan ketika sahabatnya terluka."

Jika ditanya apakah Zinara kesal atau bahkan marah, tentu jawabannya iya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika ditanya apakah Zinara kesal atau bahkan marah, tentu jawabannya iya. Namun, rupanya hal itu terkalahkan oleh rasa suka gadis itu yang semakin hari semakin kuat. Definisi cinta membuat seseorang bodoh.

Di koridor ruangan yang menghubungkan antara lab sains dan perpustakaan, tubuh Zinara merosot tak bertenaga di kursi panjang yang ada di sana. Setelah dirinya didepak karena telah menyebabkan kekacauan di lab, nasibnya kini berubah jadi cleaning servis di perpustakaan.

Sangat cocok sekali jika hari ini disebut hari tersial. Sudah diturunkan di tengah jalan oleh Genta, naik angkutan umum yang sialnya mogok di tengah jalan, lari marathon yang berakhir mendapat hukuman, dan sekarang bagian membersihkan ruangan penuh buku. Entah kesialan apalagi yang akan ia dapatkan nantinya, Zinara sudah pasrah menerima.

Gadis itu beranjak dari duduknya, melangkah lunglai sembari mengikat surai hitam panjangnya dengan ikat rambut yang ia pinjam dari salah satu anak kelas sebab Zinara kelupaan membawa.

"Cari apa, Dek?" tanya seorang wanita kisaran umur tiga puluhan menyapa.

"Enggak lagi cari apa-apa, cuma mau bersihin apa aja yang perlu dibersihin," jawab Zinara dengan bibir ditekuk.

Wanita itu terkekeh. "Ooh lagi kena hukuman," katanya manggut-manggut. "Di samping rak paling belakang ada pintu, kamu masuk aja. Tinggal pilih deh mau nyapu apa bersihin buku. Alatnya tersedia semua di sana semua," jelas wanita itu mengarahkan.

Zinara mengangguk mengerti, kembali membawa langkahnya dengan lunglai tak berenergi menuju rak belakang. Ternyata memang benar ada ruangan di sana, Zinara baru tahu setelah hampir empat semester sekolah. Pun Zinara bukan si kutu buku yang setiap harinya nongkrong di perpustakaan, jadi wajar saja jika ia baru tahu ada ruangan semacam ini.

Perlu diketahui, perpustakaan SMA ini dibilang cukup luas. Jika dihitung-hitung, mungkin rak buku besar bisa mencapai tiga puluh buah. Juga dengan meja yang sebagai akses untuk tempat membaca tersedia di bagian depan, dengan meja-meja bulat yang dilingkari lima buah kursi di setiap mejanya. Karena itu, Zinara memutuskan untuk mengambil kemoceng saja. Tak bisa dibayangkan jika ia menyapu seluruh ruangan ini, bisa-bisa tepar nantinya.

"Semangat Zinara, jangan ngeluh, ya. Pokoknya harus semangat, kalo enggak semangat bakal dapet hukuman lagi," ucap gadis itu mengepalkan tangan di udara.

Dan aktivitas membersihkan buku dari debu ia mulai. Kemoceng berwarna cokelat itu bergerak asal di barisan buku, terserah jika nantinya debu masih menempel, yang terpenting Zinara sudah melaksanakan hukuman.

Cuma Teman [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang