49. Jalan buntu

361 37 67
                                    

Edisi malam Minggu, spesial buat kalian^_^

"Ketika kamu sebagai jalan buntu dan aku langkah yang memutar balik."

Oma berhenti melangkah kala inderanya menangkap Genta lewat pintu yang setengah terbuka tengah duduk di bawah ranjang, ia memutuskan untuk masuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Oma berhenti melangkah kala inderanya menangkap Genta lewat pintu yang setengah terbuka tengah duduk di bawah ranjang, ia memutuskan untuk masuk.

"Oma masuk, ya?" katanya seraya menyembulkan kepala.

Genta menoleh kaget, namun wajah itu kembali menekuk sama halnya dengan kaki yang ditekuk. "Masuk aja, Oma."

Usai mendapatkan izin, Oma mengikuti Genta yang duduk di lantai. Tentu saja pemuda itu melarangnya dengan menahan lengan wanita Oma.

"Duduk di atas kasur aja, ngapain ikutin Genta duduk di lantai sih?" tegurnya tak suka.

"Oma enggak masalah kok." Oma menyahut santai, dengan sembarangan langsung menetapkan bokong di sebelah cucunya.

Genta pasrah saja karena mau melarang dengan keras sekali pun, jika Oma sudah maunya ini tidak bisa diganggu gugat. Dan yang sekarang mereka lakukan hanya saling diam dengan pikiran masing-masing membuat kamar tidur itu sunyi senyap hanya suara gesekan kaki Genta yang turun satu menjadi pemecah. Terlebih untuk pemuda berambut urakan, yang ia lakukan sedari tadi hanya menatap kosong ke satu titik di mana terdapat frame foto masa kecilnya di panti asuhan tengah tersenyum ceria memamerkan dua es krim.

"Kamu pasti lagi dilema, iya kan?" Oma menoleh dengan alisnya yang terangkat menunggu respon Genta.

Perlu diacungi jempol, Oma memang ahli dalam menebak apa yang tengah ia pikirkan. Genta tersenyum kecut, kepalanya manggut-manggut kecil.

"Sayang," panggil Oma dengan suara lirih bersama tangan mengelus surai yang sedikit kemerahan hasil seringnya terkena terik matahari itu. Genta perlahan menoleh. "Oma percaya kalo kamu tau mana yang terbaik," lanjutnya tulus.

"Tapi transplantasi sumsum tulang belakang bisa fatal kalo gagal. Terus juga kemungkinan sembuh cuma 70-80% itu pun dokter bilang berkemungkinan masih bisa kambuh lagi," jelas Genta meraup wajahnya gusar.

Oma mengangguk paham. "Kalo bahas gagal emang berujung fatal, tapi kita bisa serahin sama yang di atas. Kamu jangan pesimis, emang mau liat Mama terus-terusan sakit? Kamu tega?"

Genta menggeleng lemah membuat Oma bergerak menarik kepala cucunya agar bersandar ke bahu. "Nak, setidaknya kamu udah berusaha kasih yang terbaik. Bayangin deh kalo Mama nyerah dan kamu enggak lakuin hal apapun, Oma pastiin seumur hidup kamu pasti ngerasa bersalah terus-terusan."

Cuma Teman [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang