Empat

38.1K 3.7K 271
                                    

Masalah percintaan itu bagai butiran pasir di pantai. KECIIIIIIIIIIL

---------------

Empat

Red mendengar lagi mereka bertengar di persembunyian mereka. Sudah nyaris sebulan sejak dia jadi tutor Vin dan Vin belum menyapanya sekali pun.

Red sudah berusaha untuk menunggu lama di koridornya, sengaja munyusun bukunya dengan lambat, tapi kali ini pun Vin masih bersikeras.

Cowok itu punya masalah terhadap kepercayaan dirinya.

Pernah Red ingin menyudahi kucing-kucingan ini dan berniat menyapa Vin duluan, tapi cowok itu kabur duluan saat Red berada dalam jarak dua meter. Red juga pernah melambai pada mereka untuk makan bersama dia dan teman-temannya di meja kantin, tapi Vin kembali kabur, tak melihatnya sama sekali. Red berhenti mencoba sejak saat itu.

"Hai sayang," sapa Iki.

Red tersenyum lebar. "Hei," balasnya, memeluk pinggang Iki kemudian memberikan ciuman pada bibirnya. Dahi Red mengerut karena bau Iki berbeda dari sebelumnya. Sudah seminggu ini Red mencium bau yang sama. Tapi Red tak menanyakannya karena merasa kalau Iki mungkin mengganti parfum baru.

"Apa kau ada tutor hari ini?"

Red menggeleng, memegang tangan Iki. "Bagaimana denganmu?"

"Aku ada les dan kegiatan Osis sepulang sekolah. Kami ada rapat terakhir hari ini!" kata Iki.

"Kau ingin aku menunggumu?"

Iki menggeleng. "Tak perlu. Ini hari liburmu. Kau istirahat saja di rumah. Kau juga ada les kan?"

Red ada les piano jam enam sore lalu les gitar jam delapan. "Aku merasa kalau aku terlalu sibuk akhir-akhir ini."

Cewek itu tertawa kecil kemudian menggeleng, "Aku juga sibuk, jadi kau tak perlu merasa bersalah. Anggap saja setelah ini kita akan bersenang-senang dan bersama lagi. Ingat kalau setelah ini kita akan liburan bersama."

Red kembali tersenyum. "Benar. Aku sudah tak sabar ingin liburan denganmu. Aku akan mengantarmu ke kelas."

"Thanks, Sayang."

Mereka melewati Vin dan Rim yang masih bertengkar.

"Selamat pagi, Vin," sapa Red, membuat mereka berdua melonjak.

Wajah Vin segera memerah, mata membulat kaget, dan mulut terbuka lebar. Red tertawa kecil lagi melihat ekspresinya. "P-p-pagi."

"Selamat pagi, em..." Red berkata lambat-lambat karena dia tak mau ketahuan menguping mereka berdua.

"Rim!" sambar Rim.

"Rim," kata Red, tersenyum kecil dengan semangatnya.

Iki mengerutkan dahi. "Kau kenal mereka?"

"Ah, ya," kata Red. "Ini Vin, dia murid Mrs Norris yang pernah kuceritakan. Dan gadis ini temannya."

Iki manggut-manggut. "Hai, namaku Iki. Red tak terlalu keras mengajarimu kan?"

Vin merona lagi saat Red menatapnya. "Dia pernah memukulku dengan gulungan kertas."

Iki menganga, meninju Red. "Kenapa kau melakukannya?"

Red tertawa kecil lagi. "Dia tak ingat salah satu tanggal yang wajib dia hapal dan nama pahlawannya. Aku sudah mengulangnya sejak kami mulai tutor dan dia tak ingat sampai sekarang. Karena kesal, aku memukulnya."

Rim tersenyum lebar. "Aku yakin Vin tak merasa sakit."

Vin menyikutnya, cemberut.

"Apa kalian mau bergabung dengan kami saat makan siang? Aku ingin mendengar apa yang Red lakukan padamu," kata Iki. "Boleh ya, Sayang?"

Love at The First SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang