Dua Belas

52.8K 3.4K 445
                                    

Musik disko yang berdentam-dentum bergetar di dalam kotak persegi empat. Suaranya amat memekakan telinga, sekaligus menjadi pemicu orang yang saat ini berdisko di lantai dansa. Minuman dan makanan kecil berserakan di sana-sini. Bau keringat dan parfum bercampur menjadi satu. Kebanyakan manusianya sedang berdansa dan menempel seperti belut.

Dan saat ini, Vin salah satu dari sekian banyak manusia di dalam sana yang sama sekali tak berniat untuk ikutan.

"Vin!" Jordan merangkul bahunya. Bau alkohol menguar dari tubuhnya. "Kau harus ikut pesta! Ingat, ini hari ulang tahunku!"

Akos nongol di sisi satunya, menyodorkan segelas vodka di gelas kecil. "Yep, kami sama sekali tak senang kau ngambek sendirian di sini hanya karena Red sedang tak ada bersamamu."

Jordan mengangguk. "Aku sengaja mengajakmu kemari supaya kau senang, tahu! Ayo, minum dulu."

"Red pasti tak senang bila kau ngambek sendirian sementara orang lain tengah bersenang-senang."

Vin menghela napas, namun tidak menolak sama sekali gelas yang disodorkan padanya. Dia hanya menghirup sedikit untuk memuaskan Jordan dan Akos yang terus-menerus mengajaknya untuk minum.

Ah, hari ini adalah ulang tahun Jordan. Dia sedang berbahagia karena tepat di saat ulang tahunnya, dia mendapatkan seorang pacar yang cantik jelita. Betapa beruntungnya dia.

Sementara Vin? Cih. Vin mendengus sebal. Red sedang ada di luar negeri, lagi. Setelah kepindahan mereka ke apartemen baru, Vin seakan terbang ke luar angkasa saat Red mengajaknya untuk membeli perabotan rumah. Mereka benar-benar seperti pasangan pengantin baru.

Selama seminggu penuh mereka mempersiapkan kediaman baru mereka dan sibuk dengan proses administrasi. Selain itu, mendekati akhir semester ada banyak sekali ujian dan mereka jadi jarang bertemu karena Red jadi jauh lebih sibuk pada pekerjaannya.

Mereka hanya bisa bertemu sesekali. Itupun saat Vin terbangun begitu Red tak sengaja menjatuhkan tasnya.

Pria itu terlihat begitu lelah sekali tiap malam dan pasti akan langsung tertidur begitu dia merebahkan diri. Pernah Vin mendapati Red masih memakai jaket dan sepatu kerja di sofa begitu dia bangun keesokan paginya.

Vin sama sekali tak ingin menganggu Red dan membuatnya jadi jauh lebih stres, itu sebabnya Vin tak pernah mengucapkan apapun. Tapi, bila boleh jujur, Vin ingin bilang kalau dia merindukan Red. Dia menginginkan saat di mana Red memeluknya dari belakang, atau paling tidak tersenyum padanya.

Namun Vin tak boleh egois.

Kali ini, Red ada di luar negeri karena menjadi salah satu karyawan yang diutus menangani masalah di kantor cabang. Vin sebal sekali karena Red tidak ada memberitahunya masalah ini sebelumnya.

Sudah dua minggu mereka tinggal bersama dan satu-satunya saat mereka berada di waktu yang sama hanya saat mereka pergi ke kampus. Selebihnya, mereka selalu pergi sendirian.

Tinggal bersama hanya membuat Vin semakin mengingingkan Red lebih dan lebih. Perasaan ini begitu besar dan membuatnya ngeri karena dia takut, bila dia memberitahukan keinginannya, Red akan cepat bosan padanya.

Biar bagaimana pun, ada banyak wanita yang lebih baik daripadanya di luar sana untuk Red.

***

Vin pulang dalam keadaan mabuk. Akos dan Jordan yang berusaha untuk menahan tubuh Vin untuk tak jatuh, berjalan tertatih-tatih untuk mengantar Vin pulang.

"Vin, cepat berikan kunci kamarmu," kata Akos, meraba-raba kantong celananya. "Di mana kau simpan kunci rumahmu?"

Vin malah bergumam tak jelas.

Love at The First SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang