Enam

37.1K 3.8K 389
                                    

Hmm, udah lama ngga update karena ternyata tak ada yang baca :v

Sebentar lagi kisah ini akan selesai. Just for your information

Dedicated to @SaiRein @SmexySinowa and @rotxinxpieces because they're amazing!


Enam



Empat Tahun kemudian

Vin berlari sekuat tenaga menuju perpustakaan kampus. Lalu memperlambat larinya dan desahan napasnya sampai sampai di depan pintu perpustakaan. Begitu dia berhasil menenangkan napasnya, dia mendorong pintu dan masuk ke dalam.

Penjaga perpustakaan menoleh padanya sambil menaikan kacamata, tersenyum kecil padanya, lalu kembali melanjutkan aktivitasnya yang tertunda.

Kegugupan Vin kembali melanda. Dengan tangan basah, dia duduk di salah satu depan monitor komputer yang kosong. Hari ini dia tak membawa laptopnya karena tas bawaannya berat sekali dengan buku-buku.

Begitu berhasil menghidupkan layar monitornya, Vin segera login ke salah satu website beasiswa yang sudah dia daftarkan.

"... kejarlah aku sampai ke Oxford..."

Tantangan Red terngiang terus di telinganya.

Selama empat tahun ini dia sudah berjuang sekuat tenaga untuk mendapatkan beasiswa. Sudah lima belas kali dia ditolak, tapi dua tahun lalu dia berhasil mendapatkan satu beasiswa. Bukan beasiswa yang biasa karena selama dua tahun ini Vin harus jungkir balik untuk memperebutkan beasiswa itu.

Pihak sponsor melakukan uji kelayakan selama dua tahun pada mereka, yang sulit sekali bagi Vin, tentunya, tapi dia masih bisa bertahan saat ini. Vin tak akan melepas beasiswa penuh plus uang hidup plus biaya penelitian di Oxford. Saingannya tentu sangat banyak, tapi selama dua tahun, saingannya menipis dan kali ini hanya ada sepuluh kandidat.

Vin tak menyangka dia bisa bertahan selama dua tahun mengingat betapa sulitnya ujian yang diberikan.

Vin tentu saja sudah mendapatkan beasiswa itu bersama dengan sepuluh kandidat lain, tapi dia belum tahu apakah dia masuk ke Oxford atau tidak. Pihak sponsor sudah bilang padanya kalau Oxford mustahil baginya. Mereka menyarankannya untuk memilih universitas lain yang sedikit lebih mudah, tapi Vin menolak.

"... kejarlah aku sampai ke Oxford..."

Selama empat tahun ini, ucapan Red seperti mantra untuknya. Rim mengatainya gila karena masih memberikan harapan. Sahabatnya itu sampai marah-marah padanya karena dia tak melihat bahwa Red menolaknya.

"Itu mustahil, Vin! Apa kau tak lihat? Kau tak mungkin bisa! Menyerah saja!"

Vin berulang kali ini menyerah melihat betapa terjalnya usaha yang harus dia lakukan. Betapa sinis dan kesalnya Rim juga keluarganya padanya karena dia ingin Oxford. Mereka bukannya mendukung malah mengejeknya. Mereka tak percaya kalau dia akan mampu ke Oxford.

Vin juga ragu. Tapi saat dia mengingat kembali senyuman Red untuknya sewaktu cowok itu berbalik padanya untuk yang terakhir kalinya ketika dia hendak berangkat ke Inggris, Vin bangkit kembali.

Red tak pernah menghubunginya lagi. Semenjak kejadian mengerikan waktu itu, pria tampan itu menontaktifkan akun miliknya. Dia selalu menemani Vin di sekolah agar tak diganggu kembali, meski sebenarnya itu tak mungkin karena semua orang di sekolah tampaknya sadar kalau mereka tak ingin berurusan dengan Red. Mereka tak banyak bicara atau membahas masalah tantangan Red. Bahkan saat kelulusan pun Red tak bicara pada siapapun kecuali Vin dan Rim.

Love at The First SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang