Be mine, please?

1.4K 100 11
                                    

"What are you doing here alone?"

Ten yang semula tengah memejamkan matanya kini melirik pada seorang pemuda jangkung yang tengah berdiri tak jauh darinya. Ia mencebikkan bibirnya sebelum pada akhirnya kembali memejamkan matanya..

Melihat Ten yang kembali memejamkan matanya membuat sosok tampan itu terkekeh pelan. Ia melangkahkan kaki panjangnya dan memilih duduk tepat disamping Ten yang tengah menutup wajahnya menggunakan lengannya.

"Kau membolos lagi?" tanyanya dengan menyalakan rokoknya.

Hening.

Ten tak menjawab pertanyaannya. Ia bahkan memilih untuk membelakangi sosok tampan itu saat hidung bangirnya menghirup asap rokok..

Ten sebenarnya tidak tidur, hanya saja ia ingin mengistirahatkan matanya yang kelelahan karena selama semalaman ia sama sekali belum tidur. Mengingat, ia tengah berusaha untuk mempertahankan nilainya agar tak ada yang mampu untuk menyainginya..

Meskipun Ten adalah siswa berprestasi, cukup disayangkan bahwa ia begitu sangat sering meninggalkan kelas dengan membolos. Ia juga bahkan selalu memilih untuk menyendiri, tak pernah mau berbaur dengan siapapun, kecuali sosok tampan yang berada di belakangnya ini.

"Kau, kenapa kau sendiri membolos?"

Suara Ten yang tiba-tiba membuat sosok tampan itu tersenyum tipis. Ia menyesap rokoknya dan setelahnya membuang asap rokok itu dengan sembarang..

"Aku bisa melakukan apapun yang aku inginkan." jawabnya.

Ten masih membelakanginya. Namun, matanya kini telah terbuka seutuhnya, dan ia hanya menatap lurus kedepan memperhatikan rerumputan yang bergerak karena tertiup angin.

"My future has been planned out long time ago, Ten. So don't worry.." lanjutnya.

Kali ini Ten membalikan tubuhnya. Ia menggunakan tangannya sebagai bantalan, lalu mata bagaikan kucing itu menatap langit biru yang dihiasi oleh awan-awan yang secara perlahan mulai bergerak.

Sedangkan sosok tampan itu kini ikut berbaring tepat disisi Ten setelah ia mematikan dan membuang rokoknya kesembarang arah..

"it's nice. I'm still unsure of what to do my self."

Sebuah senyuman kecil tercipta di wajah tampan itu saat mendengar ucapan Ten. Ia memperhatikan wajah Ten dari samping, hingga senyuman itu kian melebar..

"Be my boyfriend, and I'll plan your future."

Mendengar jawaban itu membuat Ten menatap sosok tampan itu dengan tatapan horornya. Ia memilih bangun dari tidurnya dan duduk dengan menatap sosok tampan itu tajam..

Tangannya secara perlahan terangkat, lalu ia memukul perut six-pack itu kencang sebelum pada akhirnya berdiri dengan merapihkan pakaiannya..

"Dasar sinting!" gumam Ten yang masih bisa di dengar oleh sosok tampan itu.

Kembali menatap sosok tampan yang tengah mengaduh itu, Ten kembali melayangkan tangannya untuk sekedar melemparkan topinya.

"Gunakan topi dan maskermu sebelum meninggalkan universitas." kata Ten sebelum pada akhirnya berlalu begitu saja, meninggalkan sosok tampan itu sendirian.



.
.
.




Ten yang tengah melangkahkan kakinya terkejut saat secara tiba-tiba ada yang merangkulnya dan mengajaknya untuk mengantri agar bisa menaiki bianglala.

Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibirnya saat mengetetahui siapa yang merangkulnya ini. Ia hanya terdiam, sesekali membenarkan letak maskernya dengan menatap sekelilingnya selagi mengantri..

All X TENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang