"Belajar untuk ujian nanti?"
Taeil yang tengah menulis sesuatu di sebuah lembaran kertas mendongak, menatap seseorang yang baru saja tiba dari dekat pintu. Dengan sedikit tergesa-gesa, Taeil menyelipkan lembaran kertas itu di tumpukan buku yang berada di sisi kirinya. Lalu, ia melirik pada sosok mungil yang tengah menyimpan tasnya di atas meja.
"Ya, aku tengah mencoba untuk mempelajari pelajaran ini." jawab Taeil dengan tersenyum tipis.
"Bahasa inggris lagi?"
"Mhm.." Taeil bergumam dengan mengaggukan kepalanya pelan. "Ini sudah kedua kalinya aku gagal ujian bahasa. Jika untuk ketiga kalinya aku gagal, maka aku tidak akan lulus. Dan, mungkin saja aku akan mengulang kelas kembali." lanjutnya dengan wajah murungnya.
"Jika memang begitu, belajarlah dengan giat. Semangat!" sosok itu berkata dengan memberikan senyum manisnya.
Melihat perilaku yang di berikan oleh sosok mungil yang berada tak jauh darinya membuat Taeil sedikit salah tingkah. Terlebih, senyuman itu membuat pipi Taeil secara perlahan memerah.
Memalukan. Taeil membatin.
Mengetuk jarinya di atas meja, secara spontan Taeil melebarkan matanya. Ia kembali menatap sosok mungil itu dengan senyuman tipisnya.
"Tennie, kau pintar bahasa inggris, bukan? Bisakah kau ajarkan aku?" tanya Taeil.
Ten Lee, sosok mungil yang tengah asik membaca buku itu menatap Taeil sekilas. Ia tersenyum tipis, lalu menutup bukunya dan kembali menatap Taeil.
"Begitukah? Jika begitu, baiklah."
"Benarkah? Kau benar akan mengajariku?" ucap Taeil dengan nada bersemangatnya.
Ten tersenyum, dan ia kembali menganggukan kepalanya. Ia menggeserkan tubuhnya, lalu menepuk kursi kosong yang tadi sempat ia duduki.
"Kemarilah. Bagian mana yang tak kau mengerti?"
Dengan sedikit terkejut Taeil mengangguk. Ia berdiri dan membawa bukunya itu. Sedikit merasa malu memang, tapi ia memang sangat membutuhkan seorang pembimbing untuk mengajarinya.
Entah merasa beruntung atau apa, Taeil merasa sangat bahagia kala Ten -sosok siswa terpintar yang cukup sulit untuk di dekati itu menyapanya terlebih dahulu dan menerima tawaran untuk menjadi pembimbingnya.
Beruntunglah siswa lain belum tiba, hanya terisi dirinya dan juga Ten sebelum kelas di mulai. Memang sebenarnya kelas di mulai sekitar 45 menit lagi, tapi Taeil sedikit terkejut kala tahu bahwa Ten termasuk siswa yang akan tiba jauh sebelum kelas di mulai seperti dirinya itu.
.
.
.
"Ge... Gereath.." Taeil berkata dengan sedikit terbata-bata saat membaca buku yang berada di pangkuannya.
Di samping Taeil ada Ten yang tengah membaca buku. Ia melirik Taeil dengan ekor matanya dan menggelengkan kepalanya pelan.
"Great! Bukan gereath, hyung."
Saat ini keduanya tengah berada di suatu taman yang cukup sepi, hanya beberapa orang yang berlalu lalang melewati mereka begitu saja. Taeil kembali membaca bukunya, Ten pun begitu.
"T-thath sho-shound great." lagi, Taeil berkata dengan terbata-bata.
Ten yang mendengar ucapan Taeil memutar bola matanya malas. Ia menutup bukunya dan menyimpannya tepat di samping kanannya, lalu ia menoleh pada Taeil yang tengah menggaruk kepalanya tak gatal.
KAMU SEDANG MEMBACA
All X TEN
RandomHanya sekumpulan cerita oneshoot atau twoshoot ALL x TEN ❗TENHAREM❗ Rate? Aman. Diusahakan gula, gak terlalu suka asem soalnya :") ❗JANGAN BERHARAP BANYAK SAMA BOOK INI ❗ Happy Readin~♡