Aroma - Obsession

1.5K 95 14
                                        

"Haahh.. Haahhh.."

Deru nafas yang keluar dari bibir Ten terdengar kencang saat ia menyadari jika keadaannya saat ini tidak baik-baik saja. Mata yang tertutup kain dengan tangan dan kaki yang terikat dengan tali membuatnya susah untuk bergerak.

Sudah berulang kali Ten berteriak, memanggil seseorang untuk menolongnya, namun yang ia dapatkan hanyalah angin lalu. Ia juga berulang kali mencoba melepas tali pengikatnya, tapi yang ia dapatkan hanyalah rasa perih di kedua tangan dan kakinya yang terikat..

Derap langkah kaki tiba-tiba terdengar di telinga Ten, membuat kewaspadaannya meningkat ketika mendengar suara tongkat yang di seret. Ia memilih untuk kembali berpura-pura tak sadarkan diri.

Kriieeettt..

Pintu terbuka, dan suara langkah itu semakin mendekatinya. Langkah itu sempat terhenti, dan tergantikan dengan suara sebuah kursi yang dengan sengaja di seret.

"Ge?"

Ten terdiam, masih memilih untuk berpura-pura tak sadarkan dirinya. Ia sebisa mungkin tak bereaksi dengan suara yang cukup ia kenal.

Sebuah uluran tangan yang lebar dan dingin itu tiba-tiba menerpa wajahnya, membuat Ten hampir saja tersentak karena terkejut.

Bisa Ten rasakan jika tangan dingin itu masih menyentuh wajahnya, tapi tak lama tangan itu tiba-tiba saja menarik dan membuka penutup mata yang digunakan Ten..

"Aku tahu kau sudah sadar, ge." bisiknya tepat di hadapan wajah Ten.

Mata Ten yang masih tertutup bergerak gelisah, tapi ia memberanikan diri untuk membuka matanya. Tepat ketika ia membuka matanya, ia bisa melihat jika sosok di hadapannya ini tengah tersenyum dengan manis dan terlihat begitu polos.

"Yangyang?"

Yangyang hanya memperlihatkan senyumannya, tapi tangannya yang dingin itu kembali mengelus pipi putih Ten.

"Kita ada dimana?" tanya Ten dengan memperlihatkan wajah gelisahnya. Namun, tak lama ia kembali memejamkan matanya karena merasa rindunya terbalaskan ketika melihat Yangyang yang terus mengelus pipinya itu.

"Kau merindukanku, ge?" bukannya menjawab, justru Yangyang memberikan pertanyaan padanya.

Ten membuka matanya, ia menatap Yangyang tepat di kedua bola matanya dengan tatapan sendunya.

"Tentu saja! Sudah sebulan lamanya aku tak melihatmu, baobei." kata Ten dengan tersenyum manis.

Jika saja tangannya tak terikat, ingin rasanya ia mengelus pipi dan surai halus Yangyang. Lalu, bahkan ia ingin memeluk Yangyang dengan begitu eratnya..

Lagi, Yangyang hanya memberikan senyuman manisnya. Ia memainkan surai panjang Ten dengan memberikan tatapan rindunya..

"I miss you. I really miss you so bad, ge." ucap Yangyang dengan nada rendahnya. "Apa kau lapar, ge? Sudah dua hari lamanya kau tak sadarkan diri." lanjutnya.

Ucapan yang keluar dari bibir Yangyang membuat Ten melebarkan matanya tak percaya, ia bahkan mengabaikan ucapan Yangyang yang menawarinya makanan. Jika memang Ten tak sadarkan diri selama itu, lalu kenapa saat ini ia terikat di sebuah kursi, bukannya di atas ranjang empuknya.

Sejujurnya ia penasaran dimana saat ini ia berada, karena jika tak salah ingat, ia cukup familiar dengan ruangan bernuasa gelap ini.

Lampu ruangan berwarna merah dengan banyaknya coretan di sekitarnya membuatnya yakin jika saat ini ia berada di dalam salah satu ruangan yang berada di rumahnya yang dulu hangus terbakar.

"Baobei, kita ada dimana ini?" tanya Ten lagi.

Yangyang mengedarkan pandangannya ke segala arah, lalu kembali menatap Ten dengan tersenyum tipis. Ia kembali mengelus pipi Ten dan terkekeh kecil.

All X TENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang