Late Call

1.3K 110 1
                                    

Kai tak pernah merasakan sejenuh ini selama dua puluh tujuh tahun hidup. Biasanya, setiap kali ia selesai berlatih menyanyi atau menari, setibanya di apartrmen miliknya ia akan langsung tertidur begitu saja. Namun, untuk saat ini ia bahkan berani menjamin rasa kantuknya bahkan tidak menyerangnya sama sekali.

Padahal, hari ini jadwal Kai cukup sangat padat. Mengingat tadi pagi bahkan ia baru saja tiba di Seoul setelah perjalanannya dari Perancis untuk menghadiri undangan fashion show. Lalu, saat siang harinya pun bahkan ia kembali berlatih menyanyi dan menari. Terkadang, disela-sela kesibukannya ia akan membaca script untuk drama baru yang akan dibintanginya.

Menghembuskan nafasnya panjang saat melihat acara televisi yang sama sekali tak ada yang menarik, membuat ia melempar remot televisi itu dengan kesal. Ia bergulingan di atas ranjang kingsizenya dengan rasa bosannya.

1 : 27

Kai mengusap wajahnya kesal saat melihat angka yang berada di jam dinding yang terhias dengan indah di kamarnya.

Orang-orang pasti sudah larut dalam lautan mimpinya, pikir Kai.

Mengambil ponsel pintarnya, Kai mencoba untuk menekan angka yang sudah ia ingat dengan betul dan berada di luar otaknya. Ia menempelkan ponsel pintarnya ke telinga dan menggigiti kukunya saat panggilan itu masih tersambung.

Ketika sambungan yang terakhir, suara halus dan lembut terdengar dengan begitu nyaring dari sebrang sana, sehingga membuat senyuman Kai melebar begitu saja.

"Hallo, Nini?"

Kai berdehem untuk menghilangkan rasa gugupnya, "Apa kau sudah tidur? Maaf, aku pasti mengganggumu ya?"

Disebrang sana terdengar cukup hening, hanya terdengar seperti dengkuran halus dari seekor kucing.

"Tidak, aku baru saja tiba."

"Tiba?" Kai mengerutkan dahinya saat mendengar kalimat itu, "Apa kau baru selesai berlatih? Sudah aku katakan agar tidak memaksakan dirimu untuk terus berlatih, bukan? Ingat, kesehatanmu itu lebih penting."

Jujur saja, Kai memang merasa sangat tak suka jika sosok mungil disebrang sana selalu memaksan dirinya untuk terus berlatih. Entah itu latihan vokal atau pun latihan menari.

Bagi Kai, meskipun ia terlihat cuek dan tidak pedulian, kesehatan sosok mungil itu adalah segala-galanya baginya..

"Tsk.. Apa kau lupa? Atau kau tak melihat jadwal yang telah kuberikan?" jawabnya dengan mendecak sebal.

Mendengar jawaban itu membuat Kai melirikan matanya, melihat pada papan kecil yang berada tak jauh dari meja kerjanya. Ia bisa melihat selembar kertas yang di corat-coret dengan warna yang berbeda.

Disana, tepat pada tanggal 27 dengan coretan berwarna ungu ia bisa melihat gambar sebuah stage dengan tulisan Bangkok.

Ah, ternyata kesayangan manisnya ini baru saja selesai mengadakan konser di Bangkok dengan membernya.

"Tsk.. Aku tahu kau pasti lupa, Nini."

Kai terlonjak, merasa cukup terkejut saat mendengar suara decakan dari sebrang sana.

Ia mengelus dadanya dengan terkekeh pelan, lalu berdehem dan menjawab, "Maaf, aku tak bermaksud begitu."

"Hah, aku sudah tahu kau seperti apa, Nini." ucapnya dengan menghembuskan nafasnya panjang.

Kai kembali terdiam saat mendengar ucapan di sebrang sana, begitupun sosoknya disana..

Melirikan matanya pada sebuah foto yang tersimpan dengan rapih diatas nakas tepat disamping ranjangnya, Kai tersenyum kecil dengan mengambil foto tersebut. Di elusnya dengan pelan foto yang menampilkan sosok manis yang berada di pelukannya itu tengah tersenyum dengan lebarnya, membuat Kai seketika melebarkan senyumannya.

All X TENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang