Diary Bulan

21 5 0
                                    

Bulan benar, andai saja bulan tidak memberikan renjun jas hujan, renjun akan kehujanan dijalanan. Hati renjun entah sangat senang, bila bulan memperhatikan nya, makanya dia selalu meluangkan waktunya untuk selalu beristighfar, dan membaca al-qur'an, tidak ingin dikuasai dengan nafsu.

Renjun yang menjalankan motornya sedari tadinya tersenyum sendiri karena perkataan bulan benar, memang setiap perbuatan itu pasti ada hikmahnya.

"Astaghfirullah, wanita itu aah sadarkan dirimu renjun, kamu adalah kekasih Allah, mengapa kau kali ini dikendalikan oleh hawa nafsu mu, astaghfirullah." Renjun memberhentikan motornya. Kali ini dia sudah sampai dirumahnya. Memang tak besar, namun isinya penuh dengan kasih sayang. Dan orang yang ada didalamnya adalah orang yang paling dia sayangi.

Renjun melepas jas hujan bulan, mengebasnya , lalu memberikannya pelastik. Dan dia memasukkannya di sedel motor agar tak lupa dikembalikan oleh bulan.

Renjun tersentak, ada buku berwarna kuning emas, yang sangat mencolok dan bertuliskan 'Diary bulan', "ini pasti buku bulan, astaghfirullah pantas saja jatuh. Dia tidak meresleting tasnya, ada ada saja. Nanti saya kembalikan bersamaan dengan jas hujan ini" Buku itu entah kenapa langsung jatuh dari genggaman renjun.

Renjun mengambil nya, tapi tak sengaja halamannya terbuka, disitu bertuliskan 'Bulan, gadis biasa'. Itu menarik hati renjun untuk membacanya, maupun renjun sedari tadinya beristighfar karena tak boleh membaca diary seseorang.

Buku ini sangat menarik, namun pasti bulan lupa mengunci bukunya, buku ini memiliki gembok, seperti buku yang dimiliki oleh kakaknya, winwin.

Dia tidak bisa menahannya, dia membaca halaman demi halaman buku diary bulan.

BULAN GADIS BIASA.

Ditulis oleh senja bulan Kirana.
Kamis, 6 maret 2016.

Renjun tersentak, ini dituliskan setahun yang lalu. Renjun tak menghiraukan nya. Dan dia kembali fokus membacanya.

Bulan, manusia biasa yang tak sempurna. Selalu dianggap ceria, tak pernah sedih, dan penghibur. Namun bulan tidak seperti daun. Yang dipetik, lalu cairan putih keluar dari batangnya. Disakiti berkali, ditusuk berkali dia tidak akan mengeluarkan air mata. Jika memang dia sudah tidak kuat, maka disitulah dia mengeluarkan air mata.

Bulan. Tidak cantik, tidak jelek. Hanya biasa, yang memiliki wajah tidak semulus wanita lain, wajahnya hanya berseri seri kata seseorang, wajahnya bercahaya seperti kupu kupu putih.

Bulan lahir, dengan ayah yang meninggalkan nya sejak bulan berumur 1 tahun, bulan memulai kisah sedihnya, dan kisah belajar mengikhlas dari umur 1 tahun, dimana dia belum bisa membaca. Menulis kata kata. Berjalan. Dia hanya bisa menyaksikan yang dia lihat secara langsung.

Bulan, seperti namanya sendiri. Bulan, bercahaya disaat malam, dia seperti selalu mengikuti langkah kita, ya. Bulan akan selalu menemani orang yang ada disisinya, dia selalu mengorbankan dirinya demi teman, atau orang yang dia sayangi.

Pencinta dandelion, mandiri. Dia tidak akan memperlihatkan kesedihannya didepan orang orang. Dia selalu mengerjakan semua nya dengan sendiri, apa yang seseorang pikirkan tentangnya, semua itu beda. Bulan yang didepan berbeda dengan yang dibelakang. Dia sangat lihai berdrama seceria bagaimana pun itu.

Dia keras kepala, namun dia seperti buah. Keras kepala, tapi jika dikupas dia akan menjadi lebih indah, dia akan mendengar kan meski dia harus mengalah. Tak apa, dia selalu belajar mengalah.

Bulan, dia ingin bertemu dengan bintangnya, yang suatu hari akan menjadi imamnya, atau suaminya. Dia ingin bintang yang selalu meneranginya, peka terhadapnya, dia tak peduli mau bagaimana paras lelaki itu. Dia akan menerimanya, jika lelaki itu baik, sederhana dan menerima bulan apa adanya.

Harapannya, ingin membahagiakan ibunya, karena yang dia punya saat ini hanyalah ibunya, meski ibunya biasa tidak menyukai bulan. Namun bulan berusaha mungkin memperbaikinya, meski hatinya berkali kali disakiti.

Bulan, gadis biasa yang menyukai malam Dimana dia bisa menangis sepuas yang dia inginkan.

Renjun sesak membaca semua ini, dia menetaskan air matanya dan parahnya dia sesenggukan, dia sangat kagum dengan wanita ini. Padahal pas pertama melihatnya saja, rasanya tanduknya ingin muncul. Dia sangat membenci wanita itu, apalagi pas dia tahu wanita itu masuk dikelasnya tanpa mengucap salam.

Entah, sekarang dia malah merasa tenang disamping gadis itu. Dan ditambah nya, dia sangat kagum dengan gadis itu, dia tidak pernah mengira, bulan akan sekuat ini.

"Bulan.." Renjun menyeka air matanya, tapi satu tetes air mata menetes di kertas buku yang sudah dituliskan kisah bulan.

"Ya Allah, bulan sangat sabar. Hamba kagum, ntah ya Allah siapapun bintangnya suatu saat hamba harap bisa selalu menemaninya disaat duka maupun senang."

Renjun merasakan sesuatu yang membuat jantung nya berdetak kencang, dia merasa seperti dia lah bintang tersebut.

Renjun beristighfar "astaghfirullah", " Jika memang itu hamba ya Allah, apakah semua ini hikmah? Karena hamba mengenal nakyung, akhirnya hamba mengenalnya".

"Apakah dia bulan dimasa lalu itu? Saat hamba bertemunya di padang bunga dandelion didesa sambil menangis? Yang hamba menghampiri nya tapi dia langsung berlari dan meninggalkan hamba?"

Renjun menggeleng, mungkin itu cuma perasaannya saja. Jadi Renjun kembali membaca buku itu, atau beralih kehalaman berikutnya.

dia sangat terkejut melihat tulisanyang satu ini, benar benar renjun sangat terkejut. Dia tidak menduga ini akan dia baca.

Jika seseorang membaca ini, maka dia lah orang yang ditakdirkan oleh bulan. Buku ini bulan jaga sebaik mungkin, buku ini ada gemboknya tidak ada yang bisa membaca isinya didalam kecuali orang yang benar benar ditakdirkan oleh bulan.

Renjun keringat dingin membacanya, dia terasa merinding, dia tidak ingin melanjutkan membaca halaman berikutnya, dia secepatnya menutup buku itu dan menaruhnya kembali di sedel motor, dan berlari masuk kedalam rumahnya.

[Hikmah || renjun]

Hikmah| huangrenjun✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang