Gue sama mamah cepet cepet pergi ke acara kemarin yang papahnya renjun ngundang gue sama mama gue. Ini sopirnya ngebut banget ajg.
Ini ya, mana jendela nya kebuka mau gmna nanti nasib riasan gue, mana mama gue yang nyuruh mek ap untung aja mek ap remaja gtu, gak trlalu tebel. Ini yang mau anniversary gue apa bapak sama emaknye renjun, kalau riasan gue tebel.
Akhirnya sampai juga. Rumah sederhana namun enak dipandang, eaaa. Siapalagi kalau bukan rumahnya joko.
Mepet, renjun.
"Wahhhh slamat dateng bep" Mama renjun sama mama gue lagi cepaka cepiki, mau rasanya huwek. Emak jaman now cium cium ya, takutnya belok aja si.
"Eh, ini anak kamu ya ken?" Mama gue ngangguk trus ngerangkul gue, ya kalau didepan orang emang nganggap gue anak. Kalau dirumah, beh. Silahkan di tanya.
Use, *jangan ditanya.
"Main sama renjun gih, tuh renjunnya. Tante culik mama kamu bentar ya" Ini beneran gak belok kan? , ku takut mama ku diambil tante tante pedo:(.
"Jun!" Renjun ngelirik gue, seketika dia kaget banget. Emang gue setan apa. "Eh iya, udah dateng?, anu.. Jas hujan kamu yang kemarin, ini kunci motor saya. Ambil sendiri ada di sedel motor."
Gue ngerutin alis "lo mau gue dituduh mau curi barang lo?! Eh ngent-, yang jelas aja lo" Renjun pasrah awokawok.
Renjun kemarin sangat lega menaruh jas hujan milik bulan di atas buku diary itu, agar bulan tidak curiga olehnya.
"Itu ambil" Renjun ngebuka sedel motornya, terus gue ngerogoh jas hujan gue "waww lo ngejaganya dengan penuh kasih sayang ya, smpek dikasih pelastik gi-"
Gue membelalak, benar..buku diary gue, gue ngelirik tajam renjun. "Ini buku gue kenapa bisa di elu ha?!" Renjun mengerutkan alisnya.
"Mungkin kemarin kan kamu engga resleting tas kamu, sudah saya bilang kan tutup dulu resleting nya, keras kepala" Gue nyengir nyengir, pasti ini gak disengaja. Jadi kenapa harus khawatir.
Gue ngerogoh gembok yang ada di tas gue, terus gembok buku itu.
"Kamu selalu bawa gembok itu?" Gue ngegeleng. "Engga, sebenarnya gue sengaja buka gemboknya kemarin disekolah, gue kira nakyung bakalan buka, nyatanya engga padahal gue pengen kalau dia tau gue yang asli huft, gue pengen dia ngeliat sendiri."
Renjun ngangguk terus tiba tiba ngajak gue jalan jalan "lah buat apa?udah malem jirt"
"Gapapa, saya mau ajak ke suatu tempat" Gue iyain aja, takut anak orang nangis aja si.
----------------------------------------------
Renjun ternyata ngajak gue ke padang bunga dandelion, tapi ini udah malem jirt. Bukan itu..masalahnya gue takut nanti ada, poc*ong.
"Kok kesini?!" Gue ngedengus kesal. Gue nge pukul lengan renjun. "Astaghfirullah bukan makhram"
"JAWAB NGAPAIN KE SINI?!" Renjun menunjuk arah jalan, sebenarnya gue suka. tapi ini udah malem, tapi lebih indah si dandelion kalau dimalam hari.
Sambil berjalan ngelilingi padang bunga dandelion, renjun ngebuka suara "kamu suka sama dandelion ya?"
"Kok tau?"
"Kamu ingat tidak? Kamu pernah ke desa hari itu? Lalu bertemu anak lelaki, saat itu kamu sedang menangis, dan anak lelaki itu menghampiri mu, sayangnya kamu lari" Gue kaget. Gimana renjun bisa tau?.
Jangan jangan..
Gak, gak mungkin renjun ngebaca buku diary gue halaman 10 , aduh jangan deh."Emangnya kenapa?"
"Jangan kaget, tapi anak lelaki itu saya sendiri" Gue membelalak, anjir gimana gak kaget coba..
Waktu itu bulan baru merasakan kenyamanan didekat seseorang, tapi sayangnya bulan malu disana, jadi bulan lari dan menjauh.
Ntah, bulan merasa kalau bulan jatuh hati dengan anak lelaki itu yang entah datangnya darimana.Halaman
10Demi apapun.
Jadi itu renjun?
Astaga."Kenapa?"
"E-enggak gue.." Gue menghembuskan nafas pelan, lebih baik gue ceritain ke renjun semuanya aja.
"Gue itu diciptakan dengan kesedihan, dengan anak yang masih berusia setahun, harus rela ditinggalkan oleh tulang punggung keluarga nya. Menenangkan orang yang tertusuk dengan kesedihan, namun seseorang itu tidak tahu kalau yang ada didepannya selalu tertusuk berkali kali. Karna yang dia tau, bulan adalah wanita kuat. Dan ceria, mana bisa merasakan kepedihan. Hahah tidak ada yang tau itu."
"Ceria ceria dan ceria, hingga malam yang sering bulan lakukan. Mungkin sudah menjadi hobi, dia terlelap didalam selimutnya dengan beribu air mata, bulan heran kenapa air matanya selalu terisi, dia tidak ingin menangis lagi. Kenapa air matanya tidak pernah hab-"
Gue kaget, renjun langsung meluk gue.
"Renj-""Cukup, saya tidak kuat mendengarnya. Saya terlalu lemah menghadapi mu bulan, saya lemah tidak sepertimu, saya tidak kuat"
"Renjun, udah gue udah terbiasa kok. Lagian gue juga selalu capek, kadang kadang gue ngerasa pengen bunuh diri" Renjun ngelepasin pelukannya. Dia natap gue dalem.
"Astaghfirullah"
"Lah kenape, gue kayak setan?" Renjun terkekeh "haha, maaf ya..tadi saya kelepasan, saya benar benar kagum kepada kamu, astaghfirullah seharusnya tadi saya tidak memeluk mu"
"Udah si gapapa, kan lo gak sengaja"
"Jangan mencoba untuk bunuh diri ya, kalau kamu pergi, memangnya kamu rela membiarkan bintang kamu sendiri dan kesepian?"
"Jun.. Jujur aja deh, lo ngebaca diary gue kan?" Renjun menghela nafas pelan "iya, maaf..jujur saya benar benar tidak sengaja, buku itu jatuh setelah saya genggam, dan lembarannya terbuka, jadi saya baca saja"
"Kenapa lu bohong?, gue gak bakal marah kali. Btw lu orang pertama yang baca, berarti lu ditakdirkan buat gue dong? Hahah yes klasik, lo mungkin bintang gue"
"Lihat diatas langit" Gue bingung maksut renjun? "Jangan mimpi" Gue trsenyum badut, gue nyubit paha renjun.
"Oasu lo" Renjun terkekeh begitupun gue, kita saling tertawa terbahak bahak, layaknya dia yang sudah lama pergi, akhirnya telah kembali.
Selesai tertawa, renjun metik bunga dandelion, terus naruh dandelion itu di samping sela sela telinga gue yang ditutupi hijab.
"Kamu mau tidak jadi kekasih a-"
"APASI JUN" mungkin muka gue sekarang merah kek tomat.
"Kekasih allah maksut saya, lihat langit lagi.. Jangan mimpi bulan, hahaha" Gue nge putar bola mata males.
"Dih"
"Dekati penciptanya dulu sesudah itu ciptaannya" Gue nginjak kaki renjun "DIAM"
Renjun terkekeh ngeliat tingkah gue yang saltingan dari tadi "udah pulang yok gue laper jun"
[Hikmah || renjun]
KAMU SEDANG MEMBACA
Hikmah| huangrenjun✓
Historia Corta"siapa yang mengira kan? kalau kebencian bisa berubah menjadi rasa kagum" ー kalau melebihi rasa kagum gmna dong jun?